WHO Merekomendasikan Vaksin Baru Kedua untuk Cegah Malaria
Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan vaksin baru untuk mencegah penularan malaria pada anak.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
GENEVA, RABU— Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan vaksin kedua untuk mencegah infeksi malaria pada anak, yakni vaksin R21/Matrix-M. Rekomendasi ini sesuai masukan dari Kelompok Ahli Penasihat Strategis untuk Imunisasi atau SAGE dan Kelompok Penasihat Kebijakan Malaria.
Tahap selanjutnya setelah rekomendasi adalah melengkapi proses prakualifikasi WHO sehingga nantinya siapa pun bisa membeli vaksin R21/Matrix-M. Dalam pertemuan dua tahunan WHO di Geneva, 25-29 September 2023, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memaparkan vaksin baru malaria tersebut.
Selain vaksin malaria, WHO mengeluarkan rekomendasi vaksin dengue dan meningitis baru bersama dengan jadwal imunisasi dan sejumlah produk terkait Covid-19. WHO juga mengeluarkan rekomendasi kunci untuk program polio dan program pemulihan imunisasi.
Vaksin R21 merupakan vaksin malaria kedua yang direkomendasikan WHO menyusul vaksin RTS,S/AS01 yang telah direkomendasikan pada tahun 2021. Kedua vaksin tersebut terbukti aman dan efektif mencegah malaria pada anak. Apabila keduanya diberikan secara luas, hal itu diharapkan dapat memberikan dampak yang besar.
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk banyak menginfeksi anak-anak di kawasan Afrika. Hampir setengah juta anak-anak meninggal setiap tahun karena malaria di kawasan tersebut.
Permintaan akan vaksin RTS,S luar biasa tinggi. Akan tetapi, persediaannya sangat terbatas. Keberadaan vaksin R21 yang sudah direkomendasikan WHO diharapkan dapat mencukupi kebutuhan untuk anak-anak di daerah di mana malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
”Sebagai peneliti malaria, saya terbiasa bermimpi hari di mana kita memiliki vaksin malaria yang aman dan efektif. Sekarang kita punya dua,” kata Tedros dalam pernyataan resmi WHO, Senin 2 Oktober 2023. Permintaan akan vaksin RTS,S jauh melebihi stok yang ada sehingga vaksin kedua ini menjadi tambahan senjata yang vital untuk melindungi lebih banyak anak-anak dan membawa kita semakin dekat dengan visi masa depan bebas malaria.
Direktur WHO Regional Afrika Matshidiso Moeti menekankan pentingnya rekomendasi WHO ini bagi Afrika. ”Vaksin kedua ini berpotensi menutup kesenjangan antara kebutuhan dan suplai yang lebar. Jika disebarluaskan, kedua vaksin ini dapat mencegah malaria dan menyelamatkan ratusan ribu anak-anak di Afrika,” tuturnya.
Efikasi
Berdasarkan hasil uji klinis dan beberapa studi, vaksin R21 sangat efektif jika diberikan sebelum puncak musim penularan malaria (biasanya dalam 4-5 bulan setahun). Efikasi tiga dosis vaksin ini selama 12 bulan sebesar 66 persen dan dapat menurunkan 75 persen kasus malaria bergejala. Dosis keempat yang diberikan setahun setelah dosis ketiga berfungsi untuk mempertahankan efikasinya. Hal tersebut sama dengan efikasi vaksin RTS,S.
Sebagai peneliti malaria, saya terbiasa bermimpi hari di mana kita memiliki vaksin malaria yang aman dan efektif. Sekarang kita punya dua.
Pemodelan matematika menunjukkan, vaksin R21 akan berdampak besar jika diberikan di daerah penularan malaria yang bervariasi, di daerah penularan rendah hingga tinggi.
Harga vaksin yang dikembangkan University of Oxford ini 2 dollar AS-4 dollar AS per dosis. Harga ini sekitar setengah dari harga vaksin RTS,S. Uji klinis memperlihatkan bahwa vaksin R21 aman digunakan. Meski demikian, sebagai bagian dari proses pengembangan vaksin baru, pemantauan aspek keamanan akan terus berlanjut.
Para pakar menyambut baik hadirnya vaksin malaria yang baru ini. Akan tetapi, mereka mengingatkan bahwa vaksin bukanlah ”peluru ajaib” dalam perang melawan malaria. Vaksinasi harus tetap dibarengi upaya lain seperti pemasangan jaring berinsektisida dan penyemprotan dalam ruangan untuk mencegah penularan malaria.
Pimpinan RBM Partnership to End Malaria Michael Charles, seperti dikutip the Guardian, Senin (2/10/2023), menyampaikan, rekomendasi WHO tersebut merupakan ”satu langkah ke arah yang benar”, tetapi akan tetap ada “hambatan besar untuk diatasi.”
Charles menambahkan, anggaran yang sangat terbatas serta meningkatnya ancaman resistensi obat dan insektisida, maupun perubahan iklim, membuat investasi dalam program pencegahan malaria perlu ditingkatkan dan memastikan vaksin dapat diakses oleh negara-negara.
Saat ini, setidaknya 28 negara di Afrika berencana memasukkan vaksin malaria dalam program imunisasi nasionalnya. Gavi the Vaccine Alliance telah setuju untuk memberikan dukungan teknis dan finansial dalam vaksinasi malaria bagi 18 negara. Sejumlah negara Afrika mulai memberikan vaksin malaria RTS,S awal tahun 2024 dan vaksin malaria R21 diharapkan bisa tersedia pada pertengahan 2024.