Duduk Lama Berjam-jam Meningkatkan Risiko Demensia
Olahraga rutin sekalipun ternyata tidak banyak menolong apabila berjam-jam aktivitas harian kita diisi dengan duduk berlama-lama.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil penelitian terbaru di jurnal JAMA Network, 12 September 2023, menunjukkan, duduk lama berjam-jam dapat meningkatkan risiko demensia. Bahkan, bagi orang yang rutin berolahraga pun, jika ia duduk berjam-jam dalam sehari, tetap memiliki risiko demensia yang sama.
Studi retrospektif yang dipimpin David A Raichlen dari Departemen Ilmu Biologi University of Southern California itu menganalisis 49.841 data Biobank penduduk berusia di atas 60 tahun di Inggris. Penelitian dilakukan sejak Februari 2013 hingga Februari 2018.
Setelah itu, sejumlah partisipan yang datanya ada di Biobank menggunakan pelacak aktivitas di pergelangan tangan (wrist activity tracker/wrist accelerometer) sejak Februari 2013. Pemantauan akhir pemakaian alat itu bervariasi, ada yang September 2021, Juli 2021, dan Februari 2018.
Dampak dari terlalu banyak duduk sudah banyak diketahui oleh para ilmuwan ataupun masyarakat umum. Riset-riset sebelumnya, misalnya, memperlihatkan bahwa orang yang menghabiskan harinya mayoritas dengan duduk seperti duduk berjam-jam di kantor, duduk di depan televisi atau komputer, atau duduk di kendaraan lebih mungkin mengalami penyakit jantung, obesitas, serta diabetes.
Meski demikian, bagaimana sebenarnya perilaku sedentari bisa memengaruhi otak belum diketahui jelas. Apalagi jika pengumpulan data durasi duduk hanya mengandalkan ingatan responden sehingga membuat perhitungan dalam riset bisa tidak akurat.
Dengan kata lain, jika kita berolahraga 30 menit sehari tapi kemudian menghabiskan sisa waktu hari itu dengan duduk 10-12 jam, sama artinya dengan kita tidak berolahraga sama sekali.
Untuk itulah, para peneliti menggunakan data besar Biobank yang berisi informasi kesehatan dan kematian ratusan ribu orang di Inggris. Banyak partisipan yang datanya ada di Biobank kemudian memakai pelacak aktivitas di pergelangan tangan setiap hari saat berpartisipasi dalam penelitian.
Alat tersebut merekam semua aktivitas partisipan riset termasuk saat bergerak aktif ataupun duduk. Alhasil, para ilmuwan berhasil mendapatkan rekaman aktivitas hampir 50.000 laki-laki dan perempuan usia 60 tahun ke atas yang saat bergabung dalam penelitian tidak memiliki demensia.
Dengan bantuan algoritma kecerdasan buatan yang dapat menginterpretasi data aktivitas yang terekam, para ilmuwan mengidentifikasi kegiatan partisipan riset setiap menit, apakah bergerak aktif atau diam (duduk atau berbaring).
Hasil penelitian Raichlen dan tim tersebut, menurut Andrew Budson, profesor neurologi dari Boston University, Amerika Serikat, yang tidak terlibat studi itu, mendukung dugaan selama ini bahwa perilaku sedentari meningkatkan risiko demensia.
Kepada The Washington Post, 27 September 2023, Budson juga menyampaikan, hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa besar konsekuensi dari duduk terlalu lama pada pikiran dan tubuh kita. Bahkan, olahraga rutin sekalipun ternyata tidak banyak menolong.
Olahraga 30 menit
Hal itu serupa dengan riset sebelumnya di Finlandia yang melibatkan 3.700 partisipan. Menurut Vahid Farrahi, ilmuwan pascadoktoral di University of Oulu yang memimpin riset ini, hasil risetnya mengungkap bahwa olahraga 30 menit setiap hari bagi laki-laki dan perempuan mungkin tidak cukup untuk menekan risiko demensia akibat duduk terlalu lama.
Dengan kata lain, jika kita berolahraga 30 menit sehari tapi kemudian menghabiskan sisa waktu hari itu dengan duduk 10-12 jam, sama artinya dengan kita tidak berolahraga sama sekali. Temuan lain yang juga muncul adalah kadar gula darah, kolesterol, dan lemak tubuh mereka yang melakukan aktivitas tersebut meningkat. Hasil penelitian ini sudah dipublikasi di jurnal Medicine & Science in Sport & Exercise, Desember 2022.