Gangguan tidur berhubungan dengan risiko demensia di masa depan. Untuk mencegahnya, orang dewasa disarankan menjalani pola hidup sehat dan warga lansia dianjurkan menjalani kegiatan yang merangsang kemampuan kognitif.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Warga terlelap di bantaran kali di kawasan Cideng, Jakarta Pusat.
JAKARTA, KOMPAS — Peneliti menemukan bahwa gangguan tidur pada orang dewasa berhubungan dengan peningkatan risiko demensia di masa depan. Identifikasi gangguan tidur yang diikuti gaya hidup sehat diharapkan dapat menurunkan risiko demensia.
Hal ini sesuai dengan studi yang dipimpin peneliti Roger Wong, Assistant Professor di Departemen Kesehatan Masyarakat dan Pengobatan Pencegahan SUNY Upstate Medical University, New York, Amerika Serikat. Hasil studi ini dipublikasi di American Journal of Preventive Medicine pada 25 Januari 2023 dengan judul ”Sleep Disturbances and Dementia Risk in Older Adults: Findings from 10 Years of National US Prospective Data”.
Penelitian dilakukan dengan mengamati hubungan demensia dengan tiga ukuran gangguan tidur. Pertama, kesulitan tidur dalam waktu 30 menit (sleep-initiation insomnia), lalu kedua, penggunaan obat tidur, dan ketiga, kesulitan tidur kembali setelah terbangun (sleep-maintenance insomnia). Hasilnya, ukuran gangguan tidur pertama dan kedua berhubungan dengan risiko demensia yang lebih tinggi dibanding ukuran gangguan tidur ketiga.
”Motivasi di balik penelitian ini adalah dorongan pribadi. Ayah saya mengalami gangguan tidur kronis sejak pandemi Covid-19 dan saya khawatir bagaimana ini akan memengaruhi kognisinya di masa depan. Setelah membaca literatur yang ada, saya terkejut melihat temuan campuran terhadap hubungan tidur dengan demensia. Jadi, saya memutuskan menggali topik ini,” ucap Wong seperti dikutip dari ScienceDaily, Selasa (14/3/2023).
KOMPAS/RIANA AFIFAH
Seorang ibu sedang menjalani tes deteksi dini demensia alzheimer di pelayanan kesehatan yang berada di acara Jalan Sehat Peduli Alzheimer, di Jakarta, Minggu (21/9/2014).
Studi ini menggunakan 10 gelombang data prospektif (periode 2011-2020) dari Studi Tren Kesehatan dan Penuaan Nasional (NHATS), AS. NHATS menyurvei penerima manfaat Medicare, program asuransi kesehatan nasional di AS, berusia 65 tahun ke atas di AS. Pada penelitian ini, yang diteliti ialah orang-orang yang bebas demensia pada awal 2011.
Peneliti mengakui belum mengetahui bagaimana sleep-maintenance insomnia dapat menurunkan risiko demensia. Namun, mereka berteori bahwa risiko demensia bisa diturunkan jika seseorang melakukan aktivitas yang dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan kognitif.
Demensia bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Demensia juga akan memengaruhi kualitas hidup pengasuh pasien.
Beberapa kegiatan yang dapat memelihara kemampuan kognitif, antara lain, membaca, menjalani hobi, berdiskusi, mengisi teka-teki silang, hingga bermain gim sudoku. Menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari stres juga dapat memelihara kemampuan kognitif.
Wong menambahkan, gangguan tidur pada orang dewasa bisa jadi berhubungan dengan kecemasan saat pandemi Covid-19. Ia juga menduga ini berhubungan dengan malam yang panas karena perubahan iklim.
”Dengan fokus ke variasi gangguan tidur, temuan kami dapat membantu menginformasikan perubahan gaya hidup untuk menurunkan risiko demensia,” kata salah satu investigator di Departemen Kesehatan Masyarakat dan Pengobatan Pencegahan SUNY Upstate Medical University, Margaret Anne Lovier.
Para penghuni Wisma Lansia Harapan Asri, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, sedang beraktivitas senam lansia, Jumat (9/8/2019). Wisma lansia tersebut dihuni 68 orang yang berasal dari Semarang dan sekitarnya maupun luar kota, seperti Jakarta, Surabaya, dan Palembang.
Isu sosial dan ekonomi
Sementara itu, di Indonesia, prevalensi demensia diperkirakan 20-30 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding angka rata-rata global, yaitu 10 persen. Hal ini mesti diwaspadai karena demensia bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Demensia juga akan memengaruhi kualitas hidup pengasuh pasien.
Pengasuh diperkirakan kehilangan 143,1 jam per bulan atau setara 4,7 jam sehari untuk merawat pasien demensia. Hal ini dapat memengaruhi produktivitas pengasuh, terlebih jika ia ada di usia produktif.
Hal ini sesuai dengan riset Strengthening Responses to Dementia in Developing Countries (STRiDE). Data itu tercantum di studi Elderly Report yang dikerjakan Alzheimer Indonesia (Alzi), yang tergabung dengan STRiDE, bersama SurveyMETER dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional 2022.
Kompas
Warga lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha mengikuti senam pagi bersama di tempat tinggal mereka di kawasan Kasongan, Kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (30/4/2020). Kegiatan olahraga bersama rutin diadakan untuk menjaga kesehatan mereka, terutama saat pandemi Covid-19 ini.
Alzheimer Indonesia (Alzi) mencatat hampir 40 persen pengasuh menghabiskan Rp 1 juta-Rp 3 juta per bulan untuk merawat anggota keluarga dengan demensia. Sebanyak 15 persen pengasuh lain menghabiskan Rp 5 juta-Rp 10 juta per bulan untuk perawatan.
Artinya, pengeluaran pengasuh untuk merawat orang dengan demensia sekitar Rp 12 juta-Rp 120 juta per tahun. Padahal, pendapatan per kapita penduduk Indonesia pada 2019 adalah Rp 59 juta per tahun. Adapun pendapatan per kapita pada 2020 Rp 57,3 juta per tahun dan 2021 Rp 62,2 juta per tahun.