Banyak kamus masa penjajahan memaknai ”kosa” sebagai ”tongkat dengan ujung berpengait besi untuk mengendalikan gajah”. Dalam kamus-kamus berikutnya, ”kosa” bermakna ”perbendaharaan”. Apa hubungannya dengan ”kosakata”?
Oleh
TD ASMADI
·3 menit baca
Begitu dekat, tetapi begitu jauh. Itulah dua kata yang diserap dari bahasa Sanskerta. Dalam kamus, keduanya, kosa dan kosakata, berdekatan. Dalam makna, sayangnya, mereka berjauhan. Apa sebabnya? Kekurangtelitian, terutama dalam memaknai kata kosa?
Kosa, oleh banyak kamus masa penjajahan, umumnya diberi penjelasan ”tongkat dengan ujung berpengait besi untuk mengendalikan gajah”. Yang seperti itu dapat dibaca di kamus dwibahasa susunan HC Klinkert, atau Pijnappel (Melayu-Belanda), atau RJ Wilkinson (Melayu-Inggris).
Definisi seperti itu kemudian dikutip pekamus kita. Sebut saja WJS Poerwadarminta dalam karyanya, Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI, 1953), Sastrasoeganda dalam Baoesastra Melajoe-Djawa (BMD, 1916), dan Sutan Muhammad Zain dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia (KMBI, 1954).
Dari berbagai kamus itu, KUBI memberi definisi yang ”berputar” tentang kosa. Pada cetakan I ada dua lema kosa: kosa I dan kosa II. Kosa I diberi makna ’angkus’ dan angkus ini dirujuk ke lema kusa (dengan u), sedangkan kosa II dirujuk ke perkosa. Lema angkus di kamus itu diberi definisi ”sebangsa gancu (tongkat berpengait untuk mengemudikan gajah)”.
Adapun lema kusa yang dirujuk oleh angkus itu berdefinisi ”sebangsa tongkat yang ujungnya diberi besi berkait (untuk mengemudikan gajah)”. Memang, definisi kusa tidak berbeda dengan angkus. Jadi, kosa sama dengan angkus, sama dengan kusa?
Sementara itu, BMD menulis kosa berasal dari bahasa Sanskerta, angkusa atau angkus, yakni ”tjis kanggo ngereh gadjah”, tongkat kecil untuk mengendalikan gajah. Akan halnya KMBI memberi asal kata kosa itu dari bahasa Sanskerta, angkusya, yakni ”tongkat yang terkait besi di ujungnya untuk mengemudikan gajah”.
Kosa, oleh banyak kamus masa penjajahan, umumnya diberi penjelasan sebagai tongkat dengan ujung berpengait besi untuk mengendalikan gajah.
Dari mana kamus-kamus itu memperoleh data kosa berasal dari angkus atau angkusa? Klinkert menulis lema kusa (dengan u) di Nieuw Maleisch-Nederlandsch Woordenboek (1893), berasal dari Sanskerta dan memberi definisi ”tongkat dengan kait besi untuk memandu gajah”. Adapun Wilkinson dalam Malay-English Dictionary (1901) mencatatnya sebagai ”tongkat yang digunakan gembala gajah”.
Jadi, tampaknya, ketidaktepatan pertama adalah menganggap kosa sebagai serapan dari angkus atau angkusa, yang berkaitan dengan tongkat. Siapa yang memulai hal itu?
Bisa jadi Herman van der Tuuk yang memulainya. Dalam Maleisch-Nederlandsch Woordenboek jilid II (1880)—jilid I terbit 1877—dia menambahkan lema kosa dengan penjelasan asal kata itu angkusa atau angkus. Definisi angkusa pun disertakan: ”tongkat dengan pengait besi yang dengannya gajah diperintah”.
Pemahaman itu kemudian menyebar ke kamus-kamus yang terbit kemudian. Penting dicatat, Van der Tuuk adalah penerus pembuatan Maleisch-Nederlandsch Woordenboek karena pembuat pertamanya, Hermaan von de Wall, meninggal.
Hubungan dengan kosakata
Lalu, tentang kosakata, apakah gabungan kosa dan kata itu memiliki kaitan makna dengan ’tongkat’, seperti kosa? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata bermakna ’perbendaharaan kata’, tidak ada kaitan dengan tongkat, apalagi gajah. Makna kosa dengan ’perbendaharaan’ (khazanah) lebih tepat.
Dalam edisi terakhir A Sanskrit English Dictionary susunan Sir Monier-Williams, yang pertama terbit tahun 1899, terdapat beberapa makna kosa, antara lain ’perbendaharaan’ dan ’kamus’. Makna dalam bahasa Indonesia seperti itu juga ada dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia (L Mardiwarsito, 1978) dan Kamus Jawa Kuna-Indonesia (Zoetmulder, 2006).
Kosakata pertama kali muncul di KUBI yang diolah kembali oleh Pusat Bahasa Depdikbud pada 1976, lalu tertera dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) yang diterbitkan Pusat Bahasa tahun 1983.
Sejak Edisi I (1988) sampai Edisi V (2016), kosakata bertengger terus di KBBI. Sebagai bahasa Indonesia, apakah kosa merupakan bentuk terikat yang harus bergabung dengan kata berikutnya (seperti kosakata), atau kata biasa yang bebas berdiri sendiri (seperti kosa gambar) yang terdapat dalam KBBI?