Presiden Jokowi: Disrupsi dan Krisis Bukan untuk Ditakuti
Presiden Jokowi mengingatkan, tantangan disrupsi dan krisis perlu disadari dan diantisipasi. Inovasi bisa mengubah tantangan menjadi peluang dan kesempatan.
Oleh
NINA SUSILO, MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengingatkan tantangan disrupsi teknologi ataupun krisis perlu disadari, tetapi bukan untuk ditakuti. Mengidentifikasi tantangan ini mempersiapkan diri untuk berinovasi dan mengubah tantangan menjadi peluang.
Dalam pidatonya di Sidang Terbuka Dies Natalis ke-60 IPB University, di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023), Presiden Jokowi menceritakan, ia dinilai terlalu menakut-nakuti orang dengan beragam cerita mengenai krisis pangan, krisis ekonomi, krisis energi, ataupun disrupsi teknologi. Presiden juga dinilai terlalu khawatir dengan tantangan-tantangan tersebut.
”Kenapa harus takut? Kita juga tidak perlu khawatir karena disrupsi teknologi (tetap) akan datang,” katanya.
Menurut Presiden, mengetahui kesulitan dan tantangan yang dihadapi ke depan akan memudahkan untuk mencari solusi. Dicontohkan, krisis pangan adalah ancaman bagi seluruh dunia. Sebab, jumlah penduduk dunia semakin meningkat. Kebutuhan terhadap pangan akan terus bertambah. Di Indonesia saja, pertambahan penduduk naik 1,25 persen setiap tahun dari 2010 sampai 2020.
Hal tersebut diperparah perubahan iklim ditambah super El Nino, kenaikan suhu, serta kenaikan permukaan air laut. Belum lagi, situasi geopolitik yang memanas dengan perang Ukraina-Rusia yang belum selesai menghambat aliran bahan pangan terutama gandum. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan setiap negara menjadi tantangan sendiri, apalagi sudah 19 negara membatasi ekspor komoditas pangan. Indonesia pun tak lagi mudah mengimpor beras.
”Ini semua kenyataan yang harus kita hadapi dan sadari, kita terima dan paling penting kita antisipasi, apa yang harus kita kerjakan. Nah, ini tugas IPB, Pak Rektor. Urusan pangan ini, serahkan ke IPB,” tutur Presiden Jokowi kepada Rektor IPB Prof Arif Satria.
Presiden Jokowi juga meminta IPB berkontribusi memberikan usulan rencana, terobosan, dan pelaksanaan untuk mengantisipasi masalah pangan dunia. Justru, masalah pangan dunia ini diharap bisa menjadi peluang bagi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
”Ada masalah, tetapi bisa menjadi peluang dan bisa menjadi kesempatan yang bisa menyejahterakan petani-petani kita,” tuturnya.
Namun, untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan inovasi. Presiden juga menyepakati konsep agromaritim yang berkelanjutan yang kini dikembangkan IPB University. ”Ini bisa menjadi bagian penting dalam ekosistem pangan kita,” ujarnya.
Ditambahkan pula, upaya untuk mengatasi tantangan ini memerlukan beragam disiplin ilmu. Karena itu, perluasan disiplin ilmu seperti yang diterapkan IPB University juga diapresiasi.
Dalam laporannya, Rektor IPB University Prof Arif Satria menjelaskan, riset IPB masih berfokus pada sektor pertanian, mulai dari melahirkan 116 varietas unggul padi, beras dari sorgum dan rumput laut, dan bibit unggul ayam. Selain itu, dikembangkan pula teknologi robotik untuk di sawah, mesin pemanen sawit, sistem pemonitoran sawah, dan lainnya. Dari inovasi tersebut, dibangun pula science technopark IPB tempat inovasi IPB dihilirisasi. Selain itu, halal center dan start up center juga disiapkan di sini.
Untuk menyelamatkan potensi genetik Indonesia di Ibu Kota Nusantara, IPB University bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga sedang membangun pusat plasma nutfah Nsantara. ”Ini akan menjadi yang pertama dan diharap bisa menyelamatkan potensi genetik Indonesia,” tutur Arif.
Ini semua kenyataan yang harus kita hadapi dan sadari, kita terima dan paling penting kita antisipasi, apa yang harus kita kerjakan. Nah, ini tugas IPB, Pak Rektor. Urusan pangan ini, serahkan ke IPB.
Ke depan, pada 2027, IPB University juga berharap bisa menjadi global leadership in innopreneurship.
Cabai
Dies Natalis ke-60 IPB University ini dihadiri pula Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Selain itu, hadir pula Ketua Majelis Wali Amanah IPB Prof Tridoyo Kusumastanto, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, dan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim.
Dalam Dies Natalis, Presiden Jokowi juga mengapresiasi inovasi-inovasi yang sempat ditunjukkan Arif sebelum sidang terbuka dimulai. Cabai merah berukuran besar ataupun benih padi khusus lahan tandus serta benih padi dengan produktivitas 12 ton per hektar lahan menarik perhatian Presiden.
”Pak Mentan yang beras tadi diambil, cabe gede-gede juga, beri petani sebanyak-banyaknya,” tutur Presiden yang langsung meminta Menteri Pertanian mengembangkan bersama para petani.
”Semoga IPB semakin jaya dan semakin kontributif untuk memecahkan permasalahan bangsa dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa,” kata Presiden menambahkan.
Membajak krisis
Di Forum Pengetahuan Dunia atau World Knowledge Forum, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Rabu (13/9/2023), memaparkan tentang berbagai strategi kesiapan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. Moeldoko menyampaikan Indonesia telah membangun resiliensi bahkan bertumbuh dan mampu memanfaatkan momentum krisis pandemi untuk membuat perbaikan-perbaikan.
”Inilah strategi yang dikatakan membajak krisis,” ujar Moeldoko dalam forum yang dihadiri para pakar, pengusaha, dan perwakilan pemerintah dari berbagai negara dunia di Seoul, Korea Selatan, itu seperti disampaikan dalam keterangan tertulis, Jumat (15/9/2023).
Moeldoko menegaskan, Indonesia siap menghadapi ketidakpastian global meski terjadi pergantian pemimpin sekalipun. Hal ini karena sistem fondasi agar bisa bertahan di saat terjadi beragam krisis di dunia ini sudah dibangun.
Terkait resiliensi saat pandemi, Moeldoko menjelaskan, Indonesia menerapkan tiga strategi utama. Strategi tersebut mencakup pengerahan sektor kesehatan, program bantuan sosial bagi masyarakat bawah, dan insentif dunia usaha agar terus bergerak.
Pada forum tersebut, Moeldoko juga menyampaikan bahwa Indonesia mengambil peluang untuk berperan dalam masalah global. Hal ini dilakukan dengan menjaga perdamaian kawasan dan membangun sistem resiliensi kawasan melalui kepemimpinan ASEAN. Selain itu, Indonesia juga mendorong terbangunnya infrastruktur kesehatan global dan kerja sama ekonomi yang setara melalui kepemimpinan di KTT G20.