logo Kompas.id
Bebas AksesIPB University Himpun Peternak...
Iklan

IPB University Himpun Peternak untuk Membentuk Usaha Kolektif di Fakfak

IPB University membentuk enam Sekolah Peternakan Rakyat di Fakfak, Papua Barat. Tujuan program itu membekali peternak agar dapat memulai usaha kolektif secara mandiri.

Oleh
PANDU WIYOGA
· 5 menit baca

Sebanyak 54 calon siswa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) menghadiri acara deklarasi program SPR di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). Program itu dikelola oleh IPB University.
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Sebanyak 54 calon siswa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) menghadiri acara deklarasi program SPR di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). Program itu dikelola oleh IPB University.

FAKFAK, KOMPAS — Sebanyak 54 warga dari empat distrik di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, dihimpun IPB University untuk mengikuti Sekolah Peternakan Rakyat. Mereka akan dididik selama sembilan bulan untuk mengembangkan usaha peternakan dan pertanian secara kolektif di distrik masing-masing.

Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Muladno, Kamis (22/6/2023), mengatakan, Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) bertujuan mendorong warga agar dapat mengembangkan usaha kolektif secara mandiri. Selain diharapkan meningkatkan perekonomian warga, usaha kolektif peternak dinilai juga bisa membentuk ketahanan pangan dari akar rumput

”Siswa yang mengenyam pendidikan SPR diharapkan dapat menjadi agen perubahan di distrik masing-masing sehingga setelah kami pergi, ilmu yang telah kami beri dapat diturunkan kepada warga lainnya,” kata Muladno saat menghadiri Deklarasi SPR di Distrik Bomberai, Fakfak.

IPB membentuk enam SPR di empat distrik di Kabupaten Fakfak. SPR Peternakan dan SPR Pertanian dibentuk di Distrik Bomberay dan Tomage. Adapun SPR Perkampungan, yang merupakan gabungan dari SPR Peternakan dan SPR Pertanian, dibentuk di Distrik Arguni dan Kokas.

Di setiap kecamatan tersebut warga mengajukan sembilan orang untuk masuk ke setiap SPR sehingga total ada 54 perwakilan warga yang mulai hari ini menjalani pendidikan di enam SPR.

Calon siswa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dari Distrik Arguni menghadiri deklarasi program SPR di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). Program itu dikelola oleh IPB University.
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Calon siswa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dari Distrik Arguni menghadiri deklarasi program SPR di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). Program itu dikelola oleh IPB University.

Menurut Muladno, perwakilan warga itu nantinya akan menjalani pendidikan selama sembilan bulan yang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama, selama tiga bulan siswa dibekali teori untuk mengembangkan usaha kolektif oleh 14 dosen IPB. Adapun pada enam bulan berikutnya, siswa SPR akan didampingi oleh sejumlah alumni IPB untuk mempraktikkan teori yang telah mereka dapat sebelumnya.

Setelah lulus pendidikan, mereka akan tergabung dalam himpunan Solidaritas Alumni SPR Indonesia. Di sana, perkembangan alumni akan dimonitor terus dan diukur setiap dua tahun sekali selama enam tahun.

Baca juga: Presiden Jokowi Minta IPB University Fokus Tangani Persoalan Pangan dan Pertanian

Lewat pernyataan tertulis, Bupati Fakfak Untung Tamsil menyatakan, program SPR selaras dengan upaya pemerintah kabupaten untuk mengembangkan sektor peternakan serta menjaga ketahanan pangan. Ia berharap transfer pengetahuan dari akademisi IPB kepada warga Fakfak akan mendorong inovasi ekonomi kolektif di daerah tersebut.

”Peningkatan nilai komoditas hasil pertanian dan peternakan adalah harapan besar pemerintah dan masyarakat Fakfak. Kami berharap kerja sama dengan IPB ini dapat berlanjut minimal sampai empat tahun ke depan,” kata Untung.

Para peternak dari Distrik Bomberay dan Distrik Tomage mengikuti deklarasi dimulainya pendidikan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). SPR itu dikelola oleh IPB University.
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Para peternak dari Distrik Bomberay dan Distrik Tomage mengikuti deklarasi dimulainya pendidikan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). SPR itu dikelola oleh IPB University.

Belajar dari kegagalan

Pada 2011-2013, pemerintah pernah merancang program peternakan sapi dengan model ranch atau ladang penggembalaan di Bomberay dan Tomage, Kabupaten Fakfak. Ribuan hektar padang rumput dipagar oleh pemerintah untuk menjadi ranch.

Lebih kurang 1.300 sapi juga diberikan kepada warga untuk digembalakan. Dengan pemberian bantuan besar-besaran itu, pemerintah menargetkan populasi sapi di Bomberay dan Tomage akan berkembang menjadi 30.000 ekor pada 2016.

Namun, program itu gagal karena sekitar 700 sapi di antaranya mati dalam jangka waktu hanya beberapa bulan setelah diserahkan. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Fakfak juga menunjukkan populasi sapi hingga 2023 hanya 5.758 ekor.

Iklan

”Niat pemerintah sebenarnya bagus menggelontorkan dana yang sangat banyak. Namun, hal itu gagal karena peternak tidak siap,” ujar Muladno.

Baca juga: Membenahi Program Peternakan

Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Muladno saat menghadiri deklarasi program Sekolah Peternakan Rakyat di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023).
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Muladno saat menghadiri deklarasi program Sekolah Peternakan Rakyat di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023).

Salah satu warga Bomberay, Muhammad Asrul (52), mengatakan, karena kegagalan program ranch sebelumnya, warga awalnya juga ragu dengan program SPR yang ditawarkan IPB. Namun, setelah melewati diskusi yang panjang, akhirnya warga mengerti manfaat SPR.

”Memang, program SPR ini memakan waktu lama, tetapi menurut kami justru sesuatu yang tidak instan itu biasanya hasilnya baik. Saya antusias menjadi siswa SPR karena kami tak hanya diberi teori, tetapi juga didampingi mempraktikkan teori itu,” ucap Asrul.

Adapun warga Distrik Kokas, Rohani Waripen (48), mengatakan, warga di distrik itu berniat mengembangkan usaha pertanian cabai, jagung, dan sayur. Selain itu, mereka juga ingin merintis usaha ternak kecil, seperti kambing dan ayam.

Oleh karena itu, IPB mendirikan SPR Perkampungan di sana untuk mengembangkan sektor pertanian dan peternakan secara beriringan. Sektor pertanian, menurut rencana, akan dikelola oleh warga usia produktif, sedangkan usaha ternak kecil akan dijalankan oleh warga lansia.

Saya antusias menjadi siswa SPR karena kami tak hanya diberi teori, tetapi juga didampingi mempraktikkan teori itu.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB University Agik Suprayogi berharap geliat sektor peternakan dan pertanian di Fakfak juga dapat menular ke daerah lain di Papua. Ia mendorong warga Fakfak untuk terus berusaha bersama agar suatu saat sektor peternakan dan pertanian di daerah itu dapat berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.

Calon siswa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dari Distrik Kokas menghadiri deklarasi program SPR di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). Program itu dikelola oleh IPB University.
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Calon siswa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dari Distrik Kokas menghadiri deklarasi program SPR di Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat, Kamis (22/6/2023). Program itu dikelola oleh IPB University.

Fondasi

Anggota Dewan Penasihat Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB University, Arya Wishnuardi, menambahkan, pendidikan di SPR berfokus lebih banyak pada upaya mengubah pola pikir serta karakter peternak dan petani. Hal ini yang sering dilupakan dalam upaya pemberdayaan peternak dan petani.

Arya mencontohkan, mengubah pola pikir serta karakter adalah fondasi yang amat penting. Hal itu salah satunya dilakukan dengan menanamkan pemahaman bahwa menjadi peternak dan petani adalah profesi yang amat penting dan tidak kalah mulia dari profesi lain.

”Perubahan pola pikir dan karakter itu salah satunya terlihat pada alumni SPR di Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka sekarang bangga menyebut diri sebagai peternak, di sana tidak ada lagi stigma bahwa peternak adalah profesi orang kampung,” kata Arya.

Selain mengembangkan pola pikir dan karakter, SPR juga mendidik siswa untuk memiliki pemahaman menjalankan usaha secara kolektif. Hal ini salah satunya bisa dimulai dengan bekerja sama dalam memasarkan hasil ternak atau hasil tani sehingga harga juga dapat ditentukan oleh warga.

”Selain itu, kalau mereka peternak, mereka bisa mendirikan kandang komunal dan ladang pakan bersama untuk memangkas biaya operasi,” ujar Arya.

Baca juga: Peternakan Sapi Perlu Jadi Proyek Strategis

https://cdn-assetd.kompas.id/qCwK-X6o-TEpV8LJXoLqbGgxZWA=/1024x2242/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F19%2F5f67dd6f-9d51-4027-8aaf-c1372e886015_png.png

Dalam menjalankan program SPR, IPB juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi Dimitra. Country Partner Dimitra Ricky Tanudibrata mengatakan, Dimitra diciptakan untuk membantu peternak dan petani menerapkan tata kelola usaha berbasis data yang mengombinasikan sistem informasi geografi (GIS), kecerdasan buatan, dan rantai blok (blokchain).

Ia mencontohkan, salah satu kemampuan Dimitra adalah memberi masukan bagi petani kapan saat yang paling tepat untuk menanam dan memanen. Hal itu dapat dilakukan karena aplikasi itu dapat membaca data cuaca dan iklim global, lalu memperkirakan implikasinya terhadap pertanian di suatu daerah.

Aplikasi itu juga dapat memasarkan hasil tani dan ternak dengan disertai deskripsi lengkap mengenai asal dan kualitas produk. Menurut Ricky, hal itu akan mempermudah petani dan peternak menjangkau pembeli yang tepat untuk mendapat harga terbaik.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000