Pada limpasan air hujan, sebanyak 19 dari setiap 20 mikroplastik yang dikumpulkan merupakan partikel keausan ban. Jumlahnya 2-59 partikel per liter air.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
Ban kendaraan yang terbuat dari karet sejatinya juga mengandung plastik. Pemakaiannya di jalan raya menimbulkan keausan karena bergesekan dengan permukaan jalan. Partikel-partikel ban yang terkikis ini kemudian terbawa air hujan menuju saluran air menuju sungai, waduk, muara, dan laut.
Seiring dengan jumlah kendaraan yang semakin banyak di jalananan, partikel ban yang terkikis permukaan jalan juga kian banyak. Tak heran, menurut penelitian dari Australian Rivers Institute, School of Environment and Science, Griffith University di Australia, partikel dari keausan ban ini merupakan mikroplastik paling umum yang ditemukan di saluran air perkotaan
Dalam jurnal yang diterbtkan di Environmental Science & Technology, penelitian ini menunjukkan, dalam limpasan air hujan saat hujan, sebanyak 19 dari setiap 20 mikroplastik yang dikumpulkan merupakan partikel keausan ban. Jumlahnya 2-59 partikel per liter air.
Bahkan, semua kendaraan kita pada akhirnya jika kita menggunakan listrik daripada bahan bakar fosil, kita masih akan mendapatkan polusi berbahaya dari kendaraan akibat keausan ban.
”Pencemaran mikroplastik di saluran air kita merupakan masalah lingkungan yang muncul karena keberadaan dan akumulasinya dalam organisme dan ekosistem akuatik,” kata penulis utama laporan tersebut, Shima Ziajahromi, peneliti di Australian Rivers Institute dalam laman internet Griffith University Australia, Rabu (6/9/2023).
Limpasan air hujan yang mengandung campuran polutan sedimen, kimia, organik, dan fisik merupakan jalur penting bagi mikroplastik untuk terbawa dari lingkungan perkotaan saat hujan dan masuk ke habitat perairan setempat. Hal ini termasuk partikel dari ban yang terkikis tadi.
Karet ban mengandung hingga 2.500 bahan kimia dan kontaminan dan dianggap lebih beracun bagi bakteri dan mikroalga dibandingkan polimer plastik lainnya.
”Karena tantangan analitis dalam mengukur sumber mikroplastik di air hujan, penelitian hingga saat ini seringkali kekurangan informasi mengenai jumlah sebenarnya dari sampel air partikel keausan ban,” kata Ziajahromi.
Informasi kuantitatif semacam ini dinilai sangat penting untuk meningkatkan pemahaman terkait jumlah partikel keausan ban di air hujan. Informasi itu dapat digunakan untuk menilai risiko terhadap lingkungan dan pengembangan strategi pengelolaan limpasan air hujan.
”Studi kami mengukur dan mengkarakterisasi mikroplastik dan partikel keausan ban di limpasan air hujan dan sedimen sistem drainase air hujan di Queensland,” kata rekan penulis, Fred Leusch, yang memimpin Program Penelitian Toksikologi di Australian Rivers Institute.
Para peneliti juga menilai efektivitas perangkat pengolahan air hujan untuk menangkap dan menghilangkan kontaminan pada air hujan. Peneliti juga mengevaluasi peran lahan basah yang dibangun untuk menangkap mikroplastik dalam sedimen, dan menghilangkannya dari limpasan air hujan.
”Perangkat ini berupa kantong yang terbuat dari jaring berukuran 0,2 milimeter yang dapat dipasang ke saluran pembuangan air hujan. Meskipun awalnya dirancang untuk menangkap polutan kotor, sedimen, sampah, minyak, dan lemak, perangkat ini secara signifikan mengurangi mikroplastik dari limpasan mentah, dengan mikroplastik hingga 88 persen lebih sedikit dalam air olahan yang telah melewati perangkat,” katanya.
Sampel sedimen yang dikumpulkan dari saluran masuk dan saluran keluar lahan basah air hujan mengandung 1.450-4.740 partikel dalam setiap kilogram sedimen, dengan lebih banyak mikroplastik dalam sedimen di saluran masuk dibandingkan saluran keluar. Hal ini menunjukkan kemampuan lahan basah untuk menghilangkannya dari air hujan.
”Mikroplastik yang memasuki lahan basah yang dibangun untuk sistem drainase air hujan mengendap di sedimen dan membentuk biofilm sehingga lama-kelamaan akan terakumulasi sehingga menghilangkannya dari limpasan air hujan,” kata Ziajahromi.
Limpasan air hujan perkotaan biasanya memerlukan pengolahan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor di banyak wilayah hukum di Australia. Pada beberapa wilayah juga memerlukan pembuangan polutan kotor. Namun, peraturan masih tertinggal dalam hal mikroplastik dari partikel keausan ban.
”Temuan kami menunjukkan bahwa lahan basah yang dibangun dan perangkat penangkap air hujan merupakan strategi yang berpotensi digunakan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi jumlah partikel mikroplastik keausan ban yang diangkut dari air hujan ke saluran air kita,” ujarnya.
Mobil listrik
Keberadaan polutan mikroplastik dari ban, menurut hasil penelitian Imperial College London, menunjukkan penggunaan kendaraan listrik baru menyelesaikan masalah emisi bahan bakar. Selebihnya, masyarakat, khususnya di perkotaan, akan terus menghadapi polusi dari partikel keausan ban di udara, air, dan tanah.
”Partikel keausan ban mencemari lingkungan, udara yang kita hirup, air yang mengalir dari jalan raya, dan memiliki efek buruk pada saluran air dan pertanian. Bahkan, semua kendaraan kita pada akhirnya jika kita menggunakan listrik daripada bahan bakar fosil, kita masih akan mendapatkan polusi berbahaya dari kendaraan akibat keausan ban,” kata penulis utama Zhengchu Tan, dari Departemen Teknik Mesin di Imperial, dalam laman internet Imperial College London, 23 Februari 2023.
Mary Ryan, Wakil Rektor Imperial College London, yang juga tim penulis makalah pengarahan tersebut, mengatakan, ”Menjaga planet kita dan kesehatan generasi mendatang mengharuskan kita untuk tidak hanya melihat suatu masalah dari satu sisi, kita harus mengambil pendekatan pada tingkat sistem. Oleh karena itu, kita perlu melihat lebih dari sekadar karbon dan mempertimbangkan polusi yang disebabkan oleh manusia dalam segala bentuknya.”
Dalam makalah pengarahannya, para peneliti membahas bagaimana keausan ban menyebabkan partikel-partikel ini, di mana partikel-partikel tersebut berakhir, potensi dampaknya terhadap manusia dan planet ini, dan mengapa kita harus bertindak sekarang. Selain berdampak buruk bagi lingkungan dan biota di dalamnya, polutan ban ini juga mengancam kesehatan organ pernapasan manusia.