Bahaya Emisi dari Keausan Ban dan Kendaraan Listrik
Meskipun kendaraan listrik dianggap bisa mengurangi emisi bahan bakar, kita akan terus memiliki masalah dengan polusi dari partikel akibat keausan ban jika tidak ada pembatasan kendaraan pribadi.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 6 juta ton partikel dari keausan ban dilepaskan secara global setiap tahun. Meskipun kendaraan listrik dianggap bisa mengurangi emisi bahan bakar, kita akan terus memiliki masalah dengan partikel karena keausan ban jika tidak ada pembatasan kendaraan pribadi. Bahkan, kendaraan listrik cenderung lebih berat, yang dapat meningkatkan keausan ban.
Bahaya polusi dari partikel ban ini disampaikan tim peneliti Imperial College London’s Transition to Zero Pollution dalam laporan terbaru yang dirilis pada Rabu (22/2/2023). Para ahli ini menyerukan urgensi untuk membatasi dampak berbahaya dari partikel ban beracun terhadap kesehatan dan lingkungan.
Dalam laporan ini, sekelompok pakar multidisiplin, termasuk insinyur, ahli ekologi, medis, dan analis kualitas udara, mendorong investasi sebanyak mungkin untuk meneliti keausan ban guna mengurangi emisi bahan bakar dan untuk memahami interaksinya. Selama ini, penelitian tentang dampak lingkungan dan kesehatan dari keausan ban telah diabaikan dibandingkan dengan penelitian dan inovasi yang didedikasikan untuk mengatasi emisi bahan bakar.
Penulis pertama laporan ini, Zhengchu Tan, dari Departemen Teknik Mesin Imperial College London mengatakan, partikel keausan ban mencemari lingkungan, udara yang kita hirup, limpasan air dari jalan, dan memiliki efek gabungan pada saluran air dan pertanian. ”Bahkan, jika semua kendaraan akhirnya menjadi bertenaga listrik, bukan bahan bakar fosil, kita masih akan memiliki polusi berbahaya dari kendaraan karena keausan ban,” katanya.
Tan mendesak para pembuat kebijakan dan ilmuwan untuk memulai penelitian ambisius tentang polusi keausan ban untuk sepenuhnya memahami dan mengurangi dampaknya terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan, serta penelitian untuk mengurangi pembentukan partikel-partikel ini.
Wakil Rektor Imperial College London Mary Ryan dan salah satu penulis laporan ini mengatakan, ”Kendaraan listrik adalah langkah maju yang penting untuk mendekarbonisasi transportasi, tetapi kita juga perlu melihat gambaran besarnya. Beberapa orang khawatir bahwa kendaraan listrik cenderung lebih berat, yang dapat meningkatkan keausan ban. Inilah mengapa Imperial College London melihat holistik, melakukan pendekatan gabungan untuk tantangan keberlanjutan,” katanya.
Dalam publikasi yang bisa diakses secara daring ini, para peneliti membahas bagaimana keausan ban menyebabkan terjadinya pencemaran partikel-partikel ini, serta potensi pengaruhnya terhadap manusia dan planet, dan mengapa kita harus bertindak sekarang.
Sumber polusi
Tim peneliti menyebutkan, saat ban pecah, mereka melepaskan berbagai partikel, mulai dari potongan karet ban yang terlihat hingga partikel nano. Partikel besar dibawa dari jalan oleh hujan ke sungai, di mana mereka dapat melepaskan bahan kimia beracun ke lingkungan, sementara partikel yang lebih kecil terbawa udara dan terhirup. Mereka cukup kecil untuk mencapai jauh ke dalam paru-paru.
Menurut perhitungan mereka, 6 juta ton partikel dari keausan ban dilepaskan secara global setiap tahun. Sementara di London saja, dengan 2,6 juta kendaraan, bisa mengeluarkan sekitar 9.000 ton partikel keausan ban setiap tahunnya. Partikel-partikel ini mengandung berbagai bahan kimia beracun, termasuk hidrokarbon poliaromatik, benzotiazol, isoprena, dan logam berat seperti seng dan timah.
Partikel dari keausan ban menjadi sumber signifikan mikroplastik di sungai dan lautan. Keausan ban di kota-kota dapat menimbulkan risiko lingkungan hingga empat kali lipat lebih besar daripada mikroplastik lainnya.
Saat ban pecah, mereka melepaskan berbagai partikel, mulai dari potongan karet ban yang terlihat hingga partikel nano. Partikel besar dibawa dari jalan oleh hujan ke sungai, di mana mereka dapat melepaskan bahan kimia beracun ke lingkungan, sementara partikel yang lebih kecil terbawa udara dan terhirup. Mereka cukup kecil untuk mencapai jauh ke dalam paru-paru.
Sementara intervensi teknologi yang ada, seperti filter dan kebijakan lingkungan, dapat membantu mengendalikan jejak ekologi kita, ada kesenjangan besar dalam pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan kita untuk meramalkan dampak polusi keausan ban.
Anggota tim penulis, Will Pearse, dari Imperial’s Department of Life Sciences, mengatakan, ”limbah ban tidak terdegradasi secara alami, menumpuk di lingkungan, dan dapat berinteraksi dengan polutan lain serta organisme biologis. Kesenjangan pemahaman kita membuat penelitian lebih jauh dan pengembangan solusi baru sangat penting agar kita dapat membatasi semua jenis polusi kendaraan.”
Efek kesehatan
Dalam laporan ini, tim peneliti juga melihat dampak partikel keausan ban terhadap kesehatan manusia yang dinilai semakin memprihatinkan. Ada bukti yang muncul bahwa partikel keausan ban dan partikel lainnya dapat berkontribusi pada berbagai dampak negatif kesehatan, termasuk gangguan pada jantung, paru-paru, perkembangan, reproduksi, dan kanker.
Anggota tim penulis, Profesor Terry Tetley dari Imperial’s National Heart and Lung Institute, mengatakan, ”Kami semakin khawatir dengan dampak keausan ban pada kesehatan manusia. Karena beberapa partikel ini sangat kecil sehingga dapat terbawa di udara, ada kemungkinan bahwa sekadar berjalan di trotoar kita dapat terpapar jenis polusi ini. Sangat penting bagi kita untuk lebih memahami efek partikel ini terhadap kesehatan kita.”
Dengan berbagai data ini, para peneliti berpendapat bahwa mengurangi polusi ban harus dilihat sebagai bagian penting untuk membuat transportasi lebih bersih dan berkelanjutan, bersamaan dengan pengurangan CO2 dan emisi gas buang lainnya.
Penulis laporan tersebut meminta para pembuat kebijakan dan ilmuwan menyelidiki masalah kompleks polusi keausan ban, mulai dari dasar produksi partikel aus hingga memahami bagaimana partikel ini memengaruhi kesehatan manusia dan planet ini.
Solusi inovasi potensial mencakup teknologi penangkap partikel, bahan canggih baru, dan model bisnis yang mengganggu yang mendorong pilihan transportasi yang berbeda. Hal ini perlu dipadukan untuk memperjelas kebijakan dan peraturan serta untuk diskusi yang lebih luas seputar sistem transportasi perkotaan.