Tekan Pengangguran, Mahasiswa Ditantang Berani Berwirausaha
Dengan perkembangan zaman dan teknologi, mahasiswa bisa menjadi pembuka lapangan pekerjaan dengan berani berwirausaha. Target pemerintah, rasio kewirausahaan bisa mencapai 4 persen pada 2024.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Mahasiswa sekarang diharapkan tidak hanya lulus dari perguruan tinggi lalu mencari pekerjaan dan sekadar menjadi pekerja di institusi atau perusahaan. Dengan perkembangan zaman dan teknologi, mereka seharusnya bisa menjadi pembuka lapangan pekerjaan dengan berani berwirausaha.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri menjadi calon wirausahawan melalui program Wirausaha Merdeka. Pemerintah berkolaborasi dengan perguruan tinggi memantik minat dan semangat mahasiswa untuk berwirausaha, mulai dari menanamkan pemikiran dan kompetensi dasar, meningkatkan pengalaman, meningkatkan kemampuan daya kerja, hingga meningkatkan kapasitas dan kualitas mahasiswa sebagai lulusan perguruan tinggi.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek Sri Suning Kusumawardani mengatakan, wirausahawan termasuk dalam kelompok yang sangat besar membantu perekonomian negara, bahkan dalam kondisi sulit. Oleh sebab itu, mahasiswa sebagai generasi penerus yang lebih melek digital seharusnya mempunyai peluang lebih besar untuk berwirausaha dibanding generasi sebelumnya.
Era sekarang begitu terbuka dan cepat, yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan ini adalah anak-anak muda.
”Selama belajar di perguruan tinggi pelaksana, kami menitipkan adik-adik mahasiswa untuk mendapatkan pendampingan dari praktisi dan akademisi bisnis yang berpengalaman untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa,” kata Sri dalam acara pembukaan Wirausaha Merdeka di PK Ojong Lecture Theater, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang, Banten, Jumat (1/9/2023).
Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Asrorun Niam Sholeh menambahkan, dengan menjadi wirausaha, mahasiswa turut berperan mendukung target pemerintah untuk pertumbuhan rasio kewirausahaan sebesar 4 persen pada 2024. Pemerintah berkomitmen mempermudah perizinan, pelatihan, hingga membantu akses permodalan bagi usaha kecil menengah (UKM), salah satunya melalui program Wirausaha Merdeka ini.
Catatan Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini Indonesia baru mencapai rasio kewirausahaan sebesar 3,47 persen. Padahal, rasio kewirausahaan menjadi prasyarat Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045 sehingga Indonesia harus memiliki rasio entrepreneur atau wirausaha minimal sebesar 4 persen dari populasi penduduk.
”Kesempatan ke depan itu dimiliki oleh anak-anak muda, tidak lagi dimiliki orangtua seperti saya. Era sekarang begitu terbuka dan cepat, yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan ini adalah anak-anak muda,” kata Asrorun.
Salah satunya perguruan tinggi pelaksana, UMN, mendapatkan dana hibah sebesar Rp 2 miliar dari pemerintah untuk menjalankan program ini. UMN untuk pertama kalinya terpilih menjadi satu dari 34 perguruan tinggi pelaksana program Wirausaha Merdeka.
”UMKM itu wirausaha baik dari skala kecil itu sering kali masih konvensional dalam manajemen, produksi, dan distribusinya. Di UMN lewat lokakarya Skystar Ventures itu akan diberi ilmu dan tekniknya karena universitas ini berbasis teknologi informasi komunikasi (ICT), itu bisa memperindah desain, memperlancar produksi, dan mempercepat distribusi,” kata Rektor UMN Ninok Leksono.
UMN juga menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang terpilih di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah III. Program Wirausaha Merdeka di UMN ini akan diikuti 300 mahasiswa yang terdiri 180 orang dari UMN dan 120 orang dari 23 perguruan tinggi di LLDIKTI wilayah III dan beberapa daerah lain, seperti Lampung, Serang, Tasikmalaya, dan Bandung.
Salah satu peserta Wirausaha Merdeka, Ningrum, mahasiswa semester III dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bagasasi (STIA Bagasasi), Bandung, bercerita, dia sudah berwirausaha berjualan cemilan, seperti bakso goreng atau basreng dan siomay, dalam satu tahun terakhir. Dengan modal awal Rp 500.000, dia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 1 juta per bulan dengan cara menjualnya ke lingkungan terdekat.
”Saya juga berjualan di Shopee dan Tiktok untuk di digitalnya. Saya sudah evaluasi dan tantangannya, kan, sudah banyak juga orang jualan basreng. Dengan program ini, semoga bisa lebih berkembang,” kata Ningrum.
Selama satu semester, Ningrum dan peserta yang lain akan diinkubasi untuk dididik dan dibimbing oleh tim pengajar UMN dan praktisi UKM. Tim pelaksana dari UMN terdiri dari Prodi Manajemen, Prodi Magister Manajemen Teknologi, Skystar, Biro Keuangan, dan Biro Informasi Akademik.
Terdapat lima kategori ketentuan untuk jenis bisnis mahasiswa dan bidang UKM dalam program Wirausaha Merdeka ini. Kelima jenis itu adalah makanan dan minuman, fashion, industri kreatif (agensi dan fotografi), produk kriya (sepatu rajut, aksesori, dan lain-lain), serta teknologi dan digital (lokapasar, situs internet, aplikasi, dan kecerdasan buatan).