Pendidikan Kewirausahaan Dorong Tumbuhnya Usaha Rintisan
Indonesia butuh banyak wirausaha atau entrepreneur muda. Karena itu, pendidikan kewirausahaan diajarkan di kampus untuk menumbuhkan perusahaan-perusahaan rintisan.
JAKARTA, KOMPAS – Kewirausahaan dapat dipelajari untuk menciptakan jiwa wirausaha bagi generasi muda Indonesia. Lewat program Wirausaha Merdeka, perguruan tinggi memberikan bimbingan kewirausahaan untuk para mahasiswa yang dapat dikonversi menjadi 20 satuan kredit semester.
Pelaksana tugas Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Sri Gunani Partiwi, Jumat (11/11/2022) mengatakan, hingga saat ini, sebanyak 17 perguruan tinggi di Indonesia telah melaksanakan Program Wirausaha Merdeka yang diikuti lebih dari 11.000 mahasiswa. Program ini sebagai upaya untuk menghasilkan mahasiswa yang mampu menjalankan dan mengembangkan potensi kewirausahaan.
“Kemampuan wirausaha dapat dipelajari. Melalui Wirausaha Merdeka inilah, kami sediakan sarana untuk menciptakan jiwa wirausaha bagi adik-adik di perguruan tinggi,” kata Sri.
Wirausaha Merdeka menjadi bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam pelaksanaannya, Wirausaha Merdeka akan dikonversi ke dalam satu semester dan diakui setara dengan 20 satuan kredit semester (SKS).
Baca juga : 10.000 Kuota Disiapkan dalam Program Wirausaha Merdeka
Perguruan tinggi pelaksana yang berpartisipasi dalam program Wirausaha Merdeka diharapkan mempunyai kapasitas yang cukup untuk melaksanakan program tersebut. “Misalnya perguruan tinggi mempunyai lembaga atau inkubator serta rekam jejak pengalaman dalam mengelola kewirausahaan,” ujarnya.
Selain itu, perguruan tinggi harus memiliki dan menyusun program untuk bimbingan kewirausahaan dalam bentuk proposal sesuai dengan ketentuan. Perguruan tinggi yang akan menjadi penyelenggara juga harus memiliki kesiapan dalam bentuk program. Dengan demikian, program Wirausaha Merdeka dapat diakses oleh mahasiswa seluruh Indonesia yang ingin belajar wirausaha.
Di webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang diselenggarakan secara daring awal November lalu, Bryan Erfanda Putra mencontohkan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bermitra dengan usaha kecil menengah (UKM) yang mengelola perikanan. Para mahasiswa mengikuti program ini secara langsung dengan praktik mengolah ikan hingga menjual produknya.
Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan saat penyelenggaraan Wirausaha Merdeka menjadi hal yang penting, salah satunya dengan melakukan pendekatan kepada praktisi di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). “Melalui praktisi, para mahasiswa bisa mendapatkan pengetahuan dan ilmu yang luar biasa. Mereka juga bisa langsung praktik didampingi mentornya," ujar Bryan.
Dukungan dan kolaborasi dengan pemerintah daerah (pemda) juga menjadi keharusan dalam melaksanakan Wirausaha Merdeka. Dampak dari program ini antara lain, beberapa mahasiswa sudah ada yang mempunyai usaha dan mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) hingga logo halal atas usahanya.
Sementara itu, salah satu mentor Wirausaha Muda, Ida Bagus Agung Gunarthawa mengatakan, program ini dibutuhkan dalam menyambut bonus demografi di Indonesia. Peran mentor signifikan dalam membangun karakter dan kompetensi mahasiswa, serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki mahasiswa.
“Untuk membangun jiwa wirausaha ini, mental mereka harus siap dulu. Karena itu, beberapa modulasi yang kami berikan salah satunya tentang design thinking, selanjutnya dibawa kepada yang sifatnya teknikal,” ujar Ida Bagus.
Salah satu peserta Wirausaha Merdeka, Fuji Lestari Arsyad dari Universitas Muhammadiyah Makassar mengatakan, di program ini, peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga diberikan pengalaman dengan melakukan sesuatu hal baru yang dapat diimplementasikan secara langsung dalam kegiatan bisnis. Dia merasakan manfaat program ini untuk memperkuat semangat keberanian, dan kemandirian dalam mengambil keputusan, membangun jiwa kreatif, dan berinovasi.
“Di sini, kami juga mampu membangun jejaring informasi antara mahasiswa dan lembaga terkait dengan bidang kewirausahaan,” kata Fuji.
Lahirkan start up
Tumbuhnya jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa memunculkan peluang lahirnya start up atau usaha rintisan yang digagas mahasiswa. Di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), sebanyak lima start up buatan mahasiswa berkesempatan mengenalkan ide bisnis mereka dalam acara Demo Day yang diselenggarakan Skystar Ventures, Jumat (11/11). Beberapa start up tersebut yakni Visitory, Archlive, Saraya, Adopsea, dan Leumpang.
Kelima start up itu diberikan peluang untuk mengenalkan ide bisnis mereka kepada tiga Venture Capital (VC) untuk mendapatkan masukan. Tiga VC yang berpartisipasi dalam acara ini yaitu Skystar Capital, BNI Ventures, dan Living Lab Ventures.
Melalui Wirausaha Merdeka inilah, kami sediakan sarana untuk menciptakan jiwa wirausaha bagi adik-adik di perguruan tinggi
Head of Incubator Skystar Ventures sekaligus Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan UMN Andrey Andoko memaparkan, keberadaan inkubator bisnis Skystar Ventures merupakan perwujudan dari visi UMN untuk menghasilkan lulusan yang memiliki semangat entrepreneurship dan sudah mengembangkan perusahaan start up.
“UMN menyadari bahwa untuk mewujudkan Indonesia yang maju masih memerlukan banyak entrepreneur yang membuka lapangan kerja,” ujar Andrey.
Demo Day sendiri merupakan tahapan akhir dari Skystar Ventures Incubation Program. Tahun ini, Demo Day diselenggarakan bersamaan dengan penutupan rangkaian “Level Up Program” yakni “Meet and Connect with the Venture Capital,” yang merupakan kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Lewat program inkubasi Skystar Ventures, start up buatan mahasiswa UMN mendapatkan akses pendampingan dari mentor dan praktisi terbaik di bidang yang relevan.
Selain mentoring, start up buatan mahasiswa UMN turut mendapatkan akses jejaring ke Venture Capital dan program dana hibah pemerintah. Mereka juga mendapatkan akses ke jejaring Kompas Gramedia Group dan berkesempatan berkantor di Skystar Ventures.
Baca juga : Kewirausahaan untuk Mahasiswa Berdampak
Start up Visitory membuka layanan travel dengan menyediakan tour guide untuk perjalanan instan yang dapat dipesan secara real-time. Archlive merupakan start upmarketplace yang menyediakan jasa arsitek freelancer. Adapun Saraya memberikan layanan digital yang membuka akses permodalan dan manajemen keuangan untuk UMKM.
Sementara itu, Adopsea merupakan perusahaan marketplace untuk mengadopsi (membeli) hewan dengan aman, nyaman, dan terpercaya. Lalu, Leumpang sebagai start up marketplace yang menyediakan jasa fotografer atau videografer untuk kalangan menengah ke bawah.