10.000 Kuota Disiapkan dalam Program Wirausaha Merdeka
Kesempatan mahasiswa belajar di luar kampus kembali dibuka untuk menyiapkan wirausaha muda. Ada kuota 10.000 mahasiswa untuk mengikuti program Wirausaha Merdeka Kemdikbudristek 2022.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun ini menyediakan kuota 10.000 bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam program Wirausaha Merdeka angkatan pertama.
Program Wirausaha Muda yang menjadi salah satu program unggulan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diluncurkan Jumat (15/7/2022). Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah jiwa kewirausahaan, keterampilan nonteknis (soft skills), dan manajerial. Selain itu, mendorong peningkatan pengalaman wirausaha mahasiswa dan kemampuan daya kerja mahasiswa. Program ini dapat diakui dan disetarakan dalam bentuk satuan kredit semester (SKS).
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, Indonesia saat ini memiliki jumlah wirausahawan paling rendah di Asia Tenggara, yaitu hanya 3,4 persen dari total penduduk Indonesia. Dengan adanya program Wirausaha Merdeka, diharapkan mahasiswa tidak hanya mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan terbaik, tetapi juga bisa mendirikan perusahaan dan membuka banyak lapangan kerja di Indonesia.
”Kami ingin mahasiswa dapat membangun pola pikir dan semangat berwirausaha. Berani mencoba merealisasikan ide untuk memulai bisnis, mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan tidak mudah menyerah jika mengalami masalah atau kegagalan,” kata Nadiem.
Kepala Program Wirausaha Merdeka tahun 2022 Wachyu Hari mengatakan, program wirausaha muda yang dapat diikuti mahasiswa diploma ataupun sarjana berinovasi bersama mitra yang relevan guna menyediakan lapangan kerja di wilayah setempat. ”Generasi muda kita punya banyak potensi menjadi pengusaha. Mereka hanya kurang dukungan lingkungan dan bimbingan yang bersifat teknis sehingga sering kali ragu untuk memulai,” kata Wachyu.
Selama menjalani program wirausaha muda para mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pelajaran yang didapat di perguruan tinggi. Mereka juga akan mengembangkan ide bisnis yang solutif dan relevan dengan pendidikan mereka dengan bimbingan (mentorship) dari industri dan praktisi bisnis.
Bisnis rintisan atau startup tetap menarik minat para mahasiswa. Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) dari berbagai fakultas yang menggagas startup Banoo, mendapat dukungan untuk pengembangan bisnis rintisan mereka setelah memenangi hadiah utama WE Innovate, program akselerator bergengsi di Imperial College London, Inggris, belum lama ini.
Banoo dirintis oleh alumni UGM dari berbagai fakultas, yakni Azellia Alma Shafira (Manajemen 2016), Lakshita Aliva Zein (Perikanan 2016), Muhammad Adlan Hawari (Elins, FMIPA 2015), Fakhrudin Hary Santoso (Perikanan 2015), dan Fajar Sidik Abdullah Kelana (Teknik Mesin 2012). Mereka mengembangkan teknologi guna mendukung peningkatan produktivitas pembubidaya ikan di Indonesia.
CEO Banoo Shafira menjelaskan, pengembangan teknologi akuakultur yang terjangkau dan terintegrasi dibutuhkan untuk membantu pembudidaya ikan. Adanya perubahan iklim telah memengaruhi kualitas air dalam praktik budidaya sehingga meningkatkan risiko kematian ikan dan budidaya yang tidak efisien.
Generasi muda kita punya banyak potensi menjadi pengusaha. Mereka hanya kurang dukungan lingkungan dan bimbingan yang bersifat teknis sehingga sering kali ragu untuk memulai
Sistem Banoo adalah aerasi yang menghasilkan gelembung berukuran mikro untuk meningkatkan oksigen terlarut dan meningkatkan kualitas air. Peningkatan oksigen terlarut ini meningkatkan metabolisme dan nafsu makan ikan.
Dalam waktu dekat, tim Banoo berencana mengembangkan sistem dengan energi surya untuk menjangkau pembudidaya di daerah terpencil dengan akses terbatas ke jaringan listrik agar tetap bisa menggunakan Banoo. Dengan aplikasi seluler Banoo, pembudidaya ikan dapat memantau dan mengontrol kolam mereka dari mana saja sehingga menghemat biaya transportasi dan mengurangi risiko kerugian panen karena keterlambatan penanganan masalah.
Lakshita menambahkan adanya program WE Innovative membantu mereka dalam mengembangkan bisnis rintisan. Hal itu mulai dari pengetahuan mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) hingga customer discovery. ”Kami telah meluncurkan aerator microbubble kami, MycroFish, berkat bantuan mentoring dari WE Innovate,” ujar Lakshita.