Gramedia Pustaka Utama menggelar Pesta Literasi Indonesia di Taman Ismail Marzuki pada 1-3 September 2023. Kegiatan ini melibatkan puluhan penulis, musisi, penyair, dan pegiat kuliner.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rendahnya tingkat literasi menjadi masalah serius dalam membangun sumber daya manusia Indonesia masa depan. Dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk menularkan gerakan literasi ke penjuru Nusantara sehingga tidak hanya berfokus di kota-kota besar.
Literasi merupakan fondasi pembelajaran anak yang menjadi modal penting untuk mengembangkan pengetahuan. Namun, berdasarkan Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik di Tanah Air belum mencapai kompetensi minimum literasi. Selain itu, survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menyebutkan, tingkat literasi peserta didik di Tanah Air masih di bawah rata-rata negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Untuk meningkatkan kesadaran berliterasi, Gramedia Pustaka Utama akan menggelar Pesta Literasi Indonesia di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 1-3 September 2023. Ajang tahunan yang pada dua edisi sebelumnya bernama Ruang Tengah itu melibatkan lebih dari 50 penulis, musisi, penyair, dan pegiat kuliner. Bentuk kegiatannya beragam, mulai dari diskusi panel, bazar buku dan makanan, lomba mewarnai, hingga konser literasi.
Chief Editor Gramedia Pustaka Utama Andi Tarigan berharap, ke depan Pesta Literasi Indonesia dapat menggandeng lebih banyak penerbit, penulis, dan pegiat literasi lainnya untuk menumbuhkan budaya membaca. Dengan begitu, acara tersebut bukan milik sebagian atau sekelompok orang.
”Poinnya adalah kami ingin mengajak semakin banyak orang untuk ikut dalam gerakan ini. Kami berharap ini menjadi gerakan dan menular ke kota-kota lain. Jadi, ketika orang mengatakan ini Pesta Literasi Indonesia, siapa pun bisa merasa mereka bagian dari pesta ini,” ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Budaya literasi perlu dibangun sejak dini. Oleh sebab itu, Pesta Literasi Indonesia juga mendorong keterlibatan anak-anak dengan menyediakan buku anak dan mengadakan lomba mewarnai.
”Bicara ke depan tidak bisa melepaskan dunia anak. Setidaknya mereka pegang sebuah buku dulu. Mereka punya interaksi dengan dunia literasi. Mewarnai menjadi salah satu pintu masuk. Dengan mewarnai, mereka akan melihat bukunya, melihat ceritanya,” jelasnya.
Selama acara berlangsung akan dibuka editor klinik bagi pengunjung yang ingin menerbitkan naskah atau berkonsultasi agar naskahnya bisa diterima penerbit.
Ketua Panitia Pesta Literasi Indonesia 2023 ,Anastasia Aemilia, menyebutkan, kegiatan itu mengusung tema ”Merangkul Rasa”. Sejumlah pengisi acara yang direncanakan hadir di antaranya Najwa Shihab, Nicholas Saputra, Eka Kurniawan, Joko Pinurbo, Jerome Polin, Rintik Sedu, Ratih Kumala, Almira Bastari, M Aan Mansyur, dan Intan Paramaditha. Ada juga The Hartono’s Family, Didiet Maulana, Nathalie Indry, Puty Puar, Ruth Priscilia Angelina, Samuel Ray, Saras Dewi, Nadia Atmaji, Wregas Bhanuteja, dan Zaky Yamani.
”Rasa di sini (tema acara) bukan hanya tentang makanan, tapi juga rasa yang muncul ketika kita membicarakan ide serta topik-topik hangat di dunia kuliner, musik, dan perbukuan. Selain itu, Pesta Literasi Indonesia tahun ini juga bekerja sama dengan Pasar Keliling untuk menghadirkan UMKM-UMKM pilihan dalam bazar,” ujar Anastasia.
Pesta Literasi Indonesia diharapkan menjadi ajang bagi para peserta untuk saling bertukar pikiran dan menambah wawasan tentang berbagai bidang agar kesadaran literasi semakin meningkat. Selama acara berlangsung akan dibuka editor klinik bagi pengunjung yang ingin menerbitkan naskah atau berkonsultasi agar naskahnya bisa diterima penerbit.
Menghidupkan gagasan
Penulis Eka Kurniawan mengatakan, Pesta Literasi Indonesia memungkinkan penulis bertemu penulis lain, pembaca, dan orang-orang dari beragam latar belakang untuk membicarakan ide-ide tulisan. Sebab, penulis juga perlu mendengar alasan pembaca dalam memilih buku bacaan.
”Tidak cuma mengenai buku yang kami tulis, tetapi juga beragam hal. Itu membuat gagasan penulis menjadi lebih hidup dan dinamis,” ucapnya.
Eka berharap, ke depan Pesta Literasi Indonesia tidak hanya digelar di Jakarta, tetapi menjangkau banyak daerah lain hingga ke luar Jawa. Dengan begitu, upaya mendongkrak tingkat literasi dapat meluas di seluruh penjuru negeri.
”Tentu bagus kita punya gedung (perpustakaan) tinggi dengan banyak koleksi buku. Namun, yang jauh lebih penting, kita memiliki taman bacaan kecil-kecil di pelosok,” ujar penulis novel Cantik Itu Luka tersebut.
Direktur Bisnis PT Jakarta Propertindo I Gede Adi Adnyana mengatakan, pihaknya sebagai pengelola TIM ingin menjadi bagian dari gerakan literasi di Tanah Air. Ia berharap, Pesta Literasi Indonesia tahun depan bisa melibatkan lebih banyak penulis dan berdampak lebih luas.