Literasi Rendah, Ketersediaan Buku Sesuai Minat Siswa Minim
Distribusi 15 juta buku bacaan ke sekolah-sekolah belum mengatasi ketertinggalan kemampuan literasi siswa. Hal ini perlu dibarengi dengan pelatihan dan pendampingan terhadap guru-guru dalam meningkatkan minat baca siswa.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
KEMENDIKBUDRISTEK
Suasana peluncuran program Merdeka Belajar episode ke-23 bertajuk ”Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia” di Jakarta, Senin (27/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Asesmen Nasional 2021 menunjukkan satu dari dua peserta didik di Indonesia belum mencapai kompetensi minimum literasi. Upaya mendongkrak tingkat literasi itu terkendala oleh minimnya ketersediaan buku bacaan yang sesuai minat siswa. Untuk itu, pemerintah mendistribusikan sekitar 15 juta eksemplar dari 716 judul buku bagi lebih dari 20.000 pendidikan anak usia dini.
Hasil Asesmen Nasional itu sejalan dengan survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan rendahnya skor kemampuan membaca anak-anak Indonesia. Tingkat literasi peserta didik di Tanah Air masih di bawah rata-rata negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
”Penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik,” ujar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim saat meluncurkan program Merdeka Belajar episode ke-23 bertajuk ”Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia”, di Jakarta, Senin (27/2/2023).
Untuk mengatasi kelangkaan buku bermutu yang sesuai minat siswa, Kemendikbudristek mendistribusikan sekitar 15 juta eksemplar dari 716 judul buku disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20.000 pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar pada 2022. Distribusi buku difokuskan pada sekolah-sekolah yang literasinya paling rendah, salah satunya di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan atau 3T.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim meluncurkan program Merdeka Belajar episode ke-23 bertajuk Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia di Jakarta, Senin (27/2/2023).
Nadiem menceritakan pengalaman mengunjungi perpustakaan sekolah di sejumlah daerah. Pada umumnya, buku-buku bertumpuk dan berdebu karena jarang digunakan. Selain itu, banyak buku yang topiknya tidak berhubungan dengan minat siswa. ”Kunci dari program Merdeka Belajar adalah perubahan paradigma. Yuk kita mencarikan buku yang seru buat anak-anak,” katanya.
Akan tetapi, distribusi jutaan buku ke sekolah-sekolah saja belum cukup mengatasi ketertinggalan kemampuan literasi. Hal ini perlu dibarengi dengan pelatihan dan pendampingan terhadap guru-guru yang berperan meningkatkan minat baca siswa. ”Tidak bisa hanya dengan buku-buku bermutu tanpa ada pelatihan. Ini dua hal yang tidak bisa dipisahkan,” ucapnya.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Tiga anak didampingi orangtuanya membaca buku di Taman Suropati, Menteng, DKI Jakarta, Minggu (17/7/2022). Buku itu diambil dari lemari buku Bookhive yang terletak di tengah taman tersebut.
Nadiem mengutip riset Inovasi Literacy Thematic Study pada 2020 terkait perubahan nilai literasi siswa. Dalam penelitian itu disebutkan, melalui pelatihan, kemampuan membaca anak meningkat 10 persen. Namun, jika dikombinasikan dengan pemberian buku bacaan, peningkatannya bertambah menjadi 18 persen.
Distribusi buku oleh Kemendikbudristek belum bisa menjangkau semua sekolah di Nusantara. Oleh karena itu, program ini diharapkan menjadi gerakan kolaborasi sehingga perlu didukung berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, sekolah, komunitas, dan keluarga.
”Membeli buku-buku cerita 100 persen boleh dari dana BOS (bantuan operasional sekolah). Saya tahu banyak sekolah yang ragu. Ini sama pentingnya dengan buku paket atau buku kurikulum,” ujarnya.
Tiga pilar
Nadiem menambahkan, terdapat tiga pilar dalam mengawal program buku bacaan bermutu itu, yaitu pemilihan dan perjenjangan, cetak dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan. Terkait pemilihan, buku disesuaikan dengan minat dan kemampuan baca siswa. Buku itu juga dibuat berjenjang sesuai tingkatan siswa.
Untuk mengatasi kelangkaan buku bermutu yang sesuai minat siswa, Kemendikbudristek mendistribusikan sekitar 15 juta eksemplar dari 716 judul buku disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20.000 pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar pada 2022.
Buku terpilih dikirim ke 470 kabupaten/kota. Prioritas tujuan pengiriman dipilih berdasarkan data Asesmen Nasional terkait daerah yang paling membutuhkan. ”Kami juga melatih kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola serta merawat buku. Memastikan buku-buku itu benar-benar dirasakan manfaatnya,” ujarnya.
Siswa pun diperbolehkan meminjam buku untuk dibawa ke rumah. Tujuannya agar budaya membaca tidak hanya di sekolah, tetapi juga di tengah keluarga.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Aziz mengatakan, berdasarkan pengamatan internal pihaknya, siswa Indonesia mempunyai minat baca yang tinggi. ”Persoalan yang justru muncul adalah ketika minat baca itu tidak didukung oleh tidak cukupnya ketersediaan buku bacaan. Kalaupun tersedia, bahan bacaan itu belum tentu sesuai dengan minat anak,” ujarnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Siswa membaca buku-buku yang tersedia di motor perpustakaan keliling di SDN 02 Malakasari, Jakarta Timur, Selasa (8/1/2019). Layanan perpustakaan keliling ini menjadi sarana yang dinanti para siswa untuk membaca buku-buku baru dan menambah pengetahuan.
Menurut dia, literasi berkaitan erat dengan kebiasaan dan pembiasaan membaca. Prosesnya tidak dadakan atau dipaksakan, tetapi mesti dipupuk sejak usia dini. Oleh karena itu, peran orangtua dan keluarga dalam menumbuhkan minat baca tidak kalah penting. Sementara sekolah menyediakan sumber bacaan yang menarik minat siswa dan mudah diakses.
Pemanfaatan di sekolah
Sejumlah sekolah penerima buku dari Kemendikbudristek memanfaatkannya untuk menumbuhkan kebiasaan membaca siswa. SD Negeri Lirung, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara, misalnya, berkolaborasi dengan orangtua siswa dalam membuat pojok baca di setiap kelas.
Seorang anak membaca buku di perpustakaan mini di Taman Bima, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (18/4). Keberadaan perpustakaan itu diharapkan menumbuhkan minat baca warga di sekitarnya.
”Tidak hanya siswa yang tertarik, tetapi orangtua juga. Mereka bahkan meminjam buku untuk dibacakan di rumah sebelum anaknya tidur,” ujar Kepala SDN Lirung Pelma Petonengan. Akan tetapi, sekolah itu masih terkendala dalam melakukan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Ia berharap sekolahnya mendapatkan bantuan komputer atau laptop.
Sementara guru UPTD SD Negeri 35 Iyameli, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Via Watna Legimakani, mengatakan, para siswa sangat antusias membaca buku-buku yang didistribusikan. Sebab, buku tak hanya memuat materi pelajaran, tetapi juga memakai visual yang menarik. ”Buku berhitung sederhana, misalnya memakai gambar-gambar hewan. Begitu lihat gambarnya, siswa langsung tertarik dan berlomba membacanya,” katanya.