Kampus Merdeka Perkuat Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi perlu memastikan relevansi lulusannya yang sesuai kebutuhan di masyarakat dan dunia kerja. Untuk itu, pembelajaran inovatif lewat Merdeka Belajar Kampus Merdeka terus dikuatkan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – JAKARTA, KOMPAS – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus. Mahasiswa juga mendapat pengakuan capaian pembelajaran yang memperkuat relevansi mereka di dunia kerja. Untuk itu, MBKM harus berkembang secara mandiri guna mendorong pembelajaran inovatif.
Ketua Pusat Pelaksana Kampus Merdeka Gugup Kismono di acara Media Gathering Kampus Merdeka 2023 di Jakarta, Jumat (25/8/2023), mengatakan 70 persen pembelajaran dapat dicapai dari pelaksanaan kurikulum selama lima semester. Sedangkan 30 sisanya dilakukan lewat pembelajaran dengan pilihan nonkonvensional.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2020 menjalankan program unggulan yang diikuti mahasiswa secara terbuka.
“Pemerintah ingin agar MBKM bukan sekadar program tapi menjadi gerakan yang melibatkan berbagai pihak. Di tingkat pusat ada program flasgship MBKM yang sudah berjalan bagi mahasiswa, dosen, mitra, dan kelembagaan,” papar Gugup.
Menurut Gugup, program unggulan MBKM yang memberikan peluang bagi mahasiswa belajar di luar ruang kuliah. Hal ini penting bukan hanya untuk capaian akademik, tapi juga berdampak sosial, ekonomi dan kelembagaan.
“Sebagai contoh, mayoritas mahasiswa di Kampus Mengajar berasal dari ekonomi kurang beruntung. Dari keikutsertaan itu diidentifikasi ada kenaikan ekonomi dan harapan kenaikan upah,” kata Gugup.
Wakil Ketua 3 Pelaksana Kampus Merdeka Amir Mahmud Saatari mengatakan MBKM mendorong tipe pembelajaran bisa berubah dan menjadi budaya dalam pendidikan tinggi guna mendukung pembangunan bangsa. Lewat MBKM, pembelajaran di kelas berdampak pada peningkatan mutu bagi mahasiswa, dosen, dan perguruan tinggi.
Ada delapan tipe pembelajaran di luar kampus yang dapat dijalankan, seperti magang atau praktik kerja, studi atau proyek independen, kampus mengajar, pertukaran pelajar dalam dan luar negeri, penelitian, kewirausahaan, proyek kemanusiaan, dan membangun desa.
Hingga kini, sekitar 760.000 mahasiswa menikmati program MBKM flagship maupun mandiri. Antusiasme peserta terus meningkat. Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang semula diikuti dari 121 mitra kini menjadi lebih dari 300 mitra. Sementara perguruan tinggi pengirim mahasiswa bertambah dari 543 menjadi 800.
Survei yang dilakukan terhadap alumni program flagship menunjukkan mahasiswa mengalami peningkatan kompetensi, mulai dari kompetensi terkait manajemen diri, komunikasi interpersonal, kepemimpinan, hingga kepercayaan diri. Di samping itu, program Kampus Merdeka juga terbukti menghasilkan dampak ekonomi, sosial, dan kelembagaan.
Hal ini, menurut Amir Mahmud, menghadirkan optimisme akan keberlanjutan kebijakan yang menjadi sebuah upaya untuk mentransformasi penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia serta menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.
Saat ini ada enam program flagship yang diselenggarakan Kemendikbudristek yakni Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kampus Mengajar, Praktisi Mengajar, dan Wirausaha Merdeka.
Program MSIB misalnya, dapat menjadi kendaraan mobilitas vertikal mahasiswa karena 36 persen berasal dari keluarga kurang mampu. Sebanyak 57,64 persen memiliki orangtua yang tidak pernah kuliah sebelumnya dan 10,72 persen memiliki orangtua yang hanya lulusan SD atau tidak lulus SD sama sekali. Program MSIB memberikan peluang kepada mahasiswa untuk mendapatkan kesempatan atau tawaran kerja setelah mengikuti program.
Terbukti dari pengalaman sejumlah alumni program yang memperoleh tawaran pekerjaan dari mitra magang atau studi independen bahkan sebelum mereka lulus dari perguruan tinggi.
Selain bermanfaat bagi para mahasiswa, pemangku kepentingan juga merasakan dampak positif dari pelaksanaan program. Untuk Program Kampus Mengajar, manfaat pelaksanaan program dirasakan oleh sekolah sasaran, utamanya pada peningkatan capaian pembelajaran literasi numerasi dengan metode pembelajaran inovatif yang dihadirkan oleh para mahasiswa.
MBKM mandiri
Keberlanjutan MBKM dilakukan dengan menormalisasi program ini agar menjadi bagian dari tiap perguruan tinggi. Tahun ini, pelaksanaan Kampus Merdeka Fair berfokus tentang MBKM Mandiri. Pelaksanaan secara mandiri yang diproyeksikan akan diimplementasikan secara lebih masif oleh perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Kepala Bidang Kampus Merdeka Mandiri, Dessy Aliandrina memaparkan MBKM Mandiri merupakan kegiatan MBKM yang dijalankan secara mandiri dan berkelanjutan oleh perguruan tinggi dengan adanya keterlibatan multipihak. Dengan begitu, pengembangan keilmuan berkontribusi nyata bukan saja pada internal perguruan tinggi, tetapi juga pihak eksternal. Implementasinya secara spesifik diselaraskan dengan sektor prioritas lokal atau nasional.
Pada tahun 2022 jumlah mahasiswa yang terlibat dalam MBKM Mandiri mencapai 241.000. Untuk tahun 2023 Kemendikbudristek menetapkan target kepesertaan MBKM Mandiri sebesar 500.000 mahasiswa.
“Inovasi MBKM sejalan dengan tanggung jawab perguruan tinggi untuk mentransformasi mahasiswa, melalui berbagai program, menjadi lulusan yang relevan dengan dunia kerja dan karya, terutama yang pendukung pengembangan sektor prioritas daerah. Semakin relevan para lulusan suatu perguruan tinggi berarti semakin relevan pula kehadiran perguruan tinggi pada
lingkungan dan zamannya,” kata Dessy.
Secara terpisah, Rektor Universitas Yarsi, Fasli Jalal mengatakan perguruan tinggi menyadari dunia kerja semakin butuh mahasiswa yang siap kerja usai lulus, baik dari karakter kerja maupun kompetensi. Untuk itulah, kampus juga mengembangkan perluasan Kampus Merdeka secara mandiri agar semakin banyak mahasiswa yang mendapatkan kesempatan untuk magang maupun melakukan kegiatan lain yang riil yang terhubung dengan dunia kerja.
Sebenarnya, lanjut Fasli, selama ini kampus sudah menjalankan program magang, pertukaran mahasiswa ke luar negeri, maupun kuliah kerja nyata (KKN). Dengan adanya program Kampus Merdeka, kampus mendesain program ini agar capaian belajarnya setara 20 SKS. ”Tiap perguruan tinggi bisa mengembangkan program Kampus Merdeka secara mandiri, tetapi butuh tahapan,” ujar Fasli.