Kolaborasi dunia pendidikan dan dunia usaha terus didorong untuk memberikan pendidikan yang relevan bagi peserta didik. Program magang dibutuhkan siswa vokasi SMK dan mahasiswa untuk memperkuat kesiapan kerja.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
MERAUKE, KOMPAS — Program Kampus Merdeka yang memberikan hak bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus terus berkembang. Penyelenggaraan Kampus Merdeka secara mandiri dipersiapkan perguruan tinggi dengan memanfaatkan potensi di daerah masing-masing.
Potensi dunia usaha dan industri bisa dioptimalkan untuk menjadi tempat belajar mahasiswa, salah satunya lewat program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kampus Merdeka Mandiri salah satunya dilaksanakan mahasiswa Universitas Musamus di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, di perusahaan grup Medco Papua.
Ketiga mahasiswa Universitas Musamus, yaitu Raldi Onisimus Tiwery, Natalis Kwandealo Menyak, dan Norbertus Asa, menjalani program magang dan studi independen bersertifikat (MSIB) di bidang pembangkit listrik tenaga biomasa milik Medco Papua di Wapeko, Distrik Kurik, selama hampir tiga bulan. Mereka nantinya akan mendapatkan pengakuan 20 satuan kredit semester (SKS) untuk program magang ini.
Program MSIB merupakan salah satu program unggulan Kampus Merdeka Kemendikbudristek. Untuk tingkat nasional, program ini terbuka secara kompetetif bagi mahasiswa dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Para mahasiswa akan menjalani magang hingga enam bulan di mitra industri yang terdaftar di program ini dan sudah dikurasi oleh Kemendikbudristek.
”Saya senang bisa ikut magang yang menjadi bagian MBKM. Selain bisa belajar secara langsung tentang dunia kerja, magang juga bisa membantu saya mendapatkan judul untuk skripsi dengan menemukan masalah di dunia kerja,” kata Raldi, mahasiswa semester 7 program studi teknik elektro yang dijumpai di asrama Pusat Vokasi Pertanian Modern di kawasan Medco Papua di Kampung Wapeko, Distrik Kurik, Kamis (8/12/2022) malam.
Menurut Raldi, para mahasiswa yang menjalani magang MBKM mendapatkan mentor di perusahaan selain dosen pembimbing lapangan dari kampus. Selain itu, para mahasiswa juga membuat laporan jurnal tentang kegiatan mereka.
Natalis mengatakan mendapatkan pengayaan dari kesempatan magang di perusahaan. ”Dengan pengalaman langsung saya merasa jadi sigap dan merasa lebih siap untuk memasuki dunia kerja. Apalagi, untuk industri listrik biomasa ini, saya jadi banyak belajar secara langsung karena di kampus terbatas belajarnya,” ujarnya.
Sementara itu, Norbertus, mahasiswa semester 5 program studi akuntansi, juga merasakan semakin diperkaya wawasannya dengan menjalankan secara langsung ilmu yang didapat di kampus ke dunia nyata. ”Semakin dilengkapi karena banyak hal yang baru yang harus dipelajari. Kami juga harus bisa berefleksi untuk kegiatan yang kami lakukan dengan membuat laporan di logbook tiap hari,” kata Norbertus.
Para mahasiswa mengaku mendapatkan kredit 20 SKS untuk program MSIB mandiri dari kampus yang mereka ikuti. Namun, mereka tidak secara jelas mengetahui konversi mata kuliah apa saja yang masuk dalam pengakuan SKS belajar di luar kampus tersebut.
”Kami harus mengisi semacam logbook tentang kegiatan harian selama magang ini ke dosen pembimbing lapangan. Nanti akan dinilai oleh dosen dan ada dari mentor juga,” kata Nobertus.
Deputi General Manager Proyek Pertanian dan Industri Kayu Grup Medco Papua Saifudin Ahmad mengatakan, perusahaannya mendukung program magang siswa SMK dan mahasiswa di Kabupaten Merauke sejak tahun 2017. Dalam magang, siswa SMK pertanian disiapkan menjadi petani modern untuk mengembangkan sawah, utamanya memproduksi padi yang bisa diselingi dengan hortikultura.
Ada pula magang Kampus Merdeka yang diikuti 14 mahasiswa Universitas Musamus. Lalu, program baru dengan Kemendikbudristek tahun 2022 berupa pembelajaran berbasis proyek dan magang/praktik kerja lapangan bersertifikat serta program SMK pusat keunggulan.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam berharap, tahun 2023 tiap kampus mampu menjadikan MBKM sebagai program utama. ”Tahun ini mulai banyak kampus melakukan MBKM mandiri yang tak kalah hebat dari program nasional,” kata Nizam.
Hingga kini sekitar 179.000 mahasiswa ikut dalam sembilan program unggulan Kampus Merdeka Kemendikbudristek dan 250.958 mahasiswa mengikuti program tersebut yang dilaksanakan secara mandiri oleh perguruan tinggi. Pada tahun 2024, Kemendikbudristek menargetkan satu juta mahasiswa aktif dapat mengikuti program Kampus Merdeka. Pencapaian target itu dilakukan lewat program unggulan nasional Kemendikbudristek ataupun program mandiri oleh setiap perguruan tinggi.