ASEAN Perkuat Ketahanan Kesehatan Pada Masa “Damai”
Penanganan pandemi tidak hanya diperlukan ketika masa kedaruratan terjadi, persiapan sebelum pandemi itu justru lebih penting. ASEAN pun berkomitmen untuk memperkuat upaya persiapan tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS –Persiapan yang lebih baik untuk menghadapi risiko pandemi pada masa depan merupakan keniscayaan di kawasan ASEAN. Upaya memperkuat ketahanan kesehatan regional pun perlu dilakukan sebelum masa kedaruratan kesehatan terjadi lagi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kolaborasi dan kerjasama lintas sektor di kawasan ASEAN akan terus diperkuat untuk mewujudkan ketahanan kesehatan di tingkat regional. Sejumlah langkah telah disepakati untuk dilakukan bersama pasca berakhirnya pandemi Covid-19.
“Kita harus lebih siap menghadapi pandemi pada masa depan. Itu sebabnya, persiapan harus mulai dilakukan pada masa damai seperti saat ini. Dengan kerjasama, perencanaan, dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh, komunitas ASEAN bisa mengatasi tantangan kesehatan di masa depan,” ujarnya dalam konferensi pers terkait pertemuan tingkat tinggi Menteri Kesehatan se-ASEAN di Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Kita (ASEAN) harus lebih siap untuk menghadapi pandemi di masa depan. Itu sebabnya, persiapan yang baik harus mulai dilakukan di masa damai seperti saat ini.
Adapun tema pertemuan tersebut yakni "Membangun Keberlanjutan dan Ketahanan di Masa Depan di Kawasan ASEAN: dari Respons Kedaruratan menjadi Manajemen Covid-19 Jangka Panjang". Kesepakatan yang dihasilkan akan disampaikan untuk dibahas oleh pemimpin ASEAN dalam konferensi tingkat tinggi ASEAN 2023.
Budi mengatakan, upaya penguatan ketahanan kesehatan regional antara lain dengan meningkatkan kapasitas infrastruktur di kawasan ASEAN. Itu dilakukan dengan membekali negara dengan kemampuan penelitian dan pengembangan, produksi vaksin, farmasi, dan alat kesehatan, serta pengawasan yang lebih baik.
Selain itu, penguatan pada sumber daya kesehatan kesehatan juga diperlukan, Hal tersebut termasuk memastikan adanya cadangan sumber daya manusia yang terampil yang dapat dengan cepat dikerahkan lintas batas di kawasan ASEAN. Upaya untuk bisa saling berbagi pengetahuan melalui pelatihan akan dijalankan untuk memperkuat kesiapan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
“Melanjutkan pembahasan dalam pertemuan menteri keuangan dan menteri kesehatan ASEAN kemarin, perbaikan mekanisme pendanaan juga dilakukan, baik pada masa damai maupun perang.” kata Budi.
Selama masa damai, pendanaan untuk PPR pandemi harus bisa dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan rencana strategis jangka panjang. Pemanfaatan pada berbagai sumber pendanaan untuk pandemi juga diharapkan bisa lebih efektif.
Pertemuan antarmenteri kesehatan ASEAN mengusulkan agar berbagai sumber pendanaan yang berpotensi digunakan dalam penanganan pandemi bisa dikumpulkan menjadi dana tunggal. Lalu, pemanfaatannya pun bisa dikoordinir dengan lebih baik. Langkah itu diharapkan bisa mengatasi kesenjangan di kawasan ASEAN.
“One health”
Budi menyampaikan, inisiatif “One Health” semakin diperkuat di kawasan ASEAN. Kawasan ASEAN perlu dilihat sebagai satu epidemiologi yang sama sehingga upaya penanganan kesehatan, terutama terkait penyakit menular yang berisiko menjadi pandemi perlu dijalankan secara harmonis.
Salah satunya akan diwujudkan melalui pembentukan ASEAN Centre of Public Health Emergency and Emerging Disease (ACPHEE). Ini merupakan pusat kerja sama ASEAN untuk menghadapi potensi kedaruratan kesehatan ataupun pandemi di masa depan.
Setidaknya ada tiga pilar utama yang dilakukan melalui pusat kedaruratan tersebut, yakni upaya surveilans, pengobatan, dan manajemen risiko.
Tiga negara yang telah berkomitmen menjadi pusat untuk masing-masing pilar terkait, yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Khusus Indonesia akan lebih berfokus pada pilar surveilans.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyampaikan, investasi dalam penguatan inisiatif “One Health” juga akan dilakukan melalui penguatan dalam riset dan penelitian terkait peluang penyakit yang berpotensi menjadi pandemi.
“Ini perlu kerjasama untuk memetakan risiko-risiko penyakit sehingga persiapan ketika pandemi terjadi menjadi lebih baik.” ucapnya.