Dorong Munculnya Potensi Kecerdasan Anak Muda yang Beragam
Peluang bonus demografi Indonesia 2045 untuk membawa kemajuan bangsa harus dioptimalkan. Untuk itu, anak-anak muda perlu didukung dalam memaksimalkan potensi kecerdasan mereka yang beragam.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi kecerdasan anak bangsa yang beragam perlu dipetakan dan dikembangkan secara tepat agar bangsa ini dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusianya. Dengan demikian, Indonesia dapat mengembangkan beragam keahlian warga negaranya untuk memaksimalkan bonus demografi yang dinikmati Indonesia pada tahun 2045.
Chairman Mensa Indonesia Satriadi Gunawan di acara diskusi ”Merangkul Keragaman Intelektual untuk Mencapai Visi Indonesia Emas 2045” di Jakarta, Selasa (22/8/2023), mengatakan, selama ini kecerdasan dengan sempit dimaknai sebagai cerdas dalam matematika atau sains. Padahal, kecerdasan itu beragam dan tak terbatas di bidang akademik.
”Dalam era yang terus berkembang ini, kita tidak dapat lagi mengukur kecerdasan dengan parameter konvensional seperti dengan kecerdasan matematika atau ilmu pengetahuan. Kami sebagai komunitas intelektual yang berjejaring global ingin menghapus batasan-batasan tersebut dan menyambut individu dari berbagai lapisan masyarakat yang memiliki kecerdasan unik lainnya,” kata Satriadi.
Komunitas Mensa Indonesia merupakan bagian dari Mensa internasional. Komunitas ini menghimpun individu dengan kemampuan intelektualitas luar biasa atau IQ di atas rata-rata.
Individu dengan kecerdasan istimewa jumlahnya berkisar dua persen di suatu negara. Mereka mengembangkan potensinya dalam beragam bidang seperti menjadi e-sport gamer, pesulap atau magician, pimpinan perusahaan, ilmuwan, olahragawan, hingga musisi.
”Mengambil momentum Hari Kemerdekaan RI, kami ingin mendorong akses yang setara bagi masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, dalam mengembangkan potensi intelektual yang beragam,” kata Satriadi.
Menghadapi bonus demografi Indonesia Emas 2045, Indonesia tidak kekurangan jumlah lulusan sekolah. Hanya saja, dunia kerja mengeluhkan kurangnya angkatan kerja dengan keahlian yang tepat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, tingkat pengangguran terbuka usia produktif mencapai 20,46 persen.
Potensi diri
Director of Strategic Partnership Mensa Indonesia Budi Handoko mengatakan, komunitas Mensa di dunia dimulai tahun 1946, sedangkan di Indonesia mulai muncul tahun 1991. Selama ini, komunitas lebih melayani kepentingan internal dari anggotanya. Namun, Mensa secara rutin melakukan tes IQ di berbagai tempat untuk memetakan kecerdasan intelektual berbagai individu.
”Kini kami ingin bisa lebih berkontribusi yang berdampak luas. Kami ingin mengenalkan nilai-nilai kecerdasan yang beragam sehingga tiap orang tahu potensi dirinya dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan sehingga bisa berdaya saing di dunia kerja di Indonesia dan global,” ujar Budi.
Mensa ingin menjaring generasi muda yang memiliki kecerdasan yang beragam dengan kreativitas dan logika tinggi. Hal ini dimulai dengan tes IQ yang terstandar agar tiap orang mengenal kecerdasan dirinya lalu memperkuat kemampuan yang sesuai dengan potensi kecerdasannya lewat pendidikan dan pelatihan yang tepat.
Budi mengatakan, orangtua dan guru harus memiliki keyakinan bahwa semua anak memiliki potensi unik yang perlu diakui dan didukung. Salah satu program Mensa Indonesia adalah mendukung pendidik untuk mengoptimalkan potensi intelektual semua siswa, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
”Dengan pendekatan inklusif, kami berharap upaya untuk mendorong kecerdasan yang beragam bagi generasi muda dapat menjadi bagian integral dari pencapaian visi Indonesia Emas 2045,” ujar Budi.
Guna terus mendorong komunitas intelektual yang beragam, Mensa Indonesia juga menggandeng dua anak muda, yaitu Mischka dan Devon, untuk menjadi Sahabat Mensa atau Friends of Mensa. Mereka memenangi lebih dari 100 medali olimpiade matematika dan sains internasional.
”Kami merasa senang, bukan hanya karena dapat bergabung di komunitas intelektual. Kami ingin mendorong generasi muda Indonesia mengembangkan potensi diri dan menjadi versi terbaik diri mereka dengan meraih prestasi setinggi mungkin hingga kancah internasional,” kata Devon.
Penting juga untuk memiliki pola pikir yang tidak takut gagal dan mencoba supaya tahu kemampuan kita sampai di mana.
Mischka menambahkan, jika diiringi dengan persiapan akademik dan sosial yang kuat, anak muda Indonesia dapat memiliki peran yang sentral dalam kancah internasional. ”Penting juga untuk memiliki pola pikir yang tidak takut gagal dan mencoba supaya tahu kemampuan kita sampai di mana,” ujarnya.
Nurul Qormaiyah, anggota Mensa Indonesia dan dosen Universitas Bakrie, mengatakan, kecerdasan juga dapat dimiliki ABK. Nurul menderita Asperger’s Syndrome yang membuat dirinya mengalami keterbatasan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi efektif saat bersekolah. Namun, dia memiliki kecerdasan intelektual untuk berkembang di bidang sosial dan humaniora.
Menurut Nurul, yang penting orangtua ABK meyakini tiap anak ada potensi dan keunikan yang dapat dikembangkan menjadi kekuatan. Untuk itu, orangtua harus mau menerima keberadaan ABK dan menentukan metode penanganan yang tepat.
”Dengan tekad dan dorongan yang sesuai, setiap individu dapat meraih impian dan mengembangkan potensi mereka,” kata Nurul.
Secara terpisah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kebijakan pendidikan Merdeka Belajar memberi ruang bagi pengembangan diri peserta didik sesuai kemampuan dan potensi kecerdasan mereka yang beragam. Ada fleksibilitas dan kemerdekaan bagi guru dalam mengelola pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Menurut dia, pembelajaran yang seragam membuat potensi siswa tidak berkembang. Dengan Kurikulum Merdeka Belajar, para guru diperkuat untuk mengembangkan pembelajaran yang terpersonalisasi sehingga anak-anak senang belajar karena prosesnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dirinya.
”Ada pembelajaran berbasis proyek yang dapat mendorong kreativitas dan mengeluarkan potensi dalam diri tiap anak,” ujar Nadiem.