Tingginya ”Screen Time” Anak Jadi Kekhawatiran Utama Orangtua
Penggunaan gawai yang berlebihan pada anak membuat orangtua khawatir. Jika dibiarkan, hal ini bisa mengganggu kesehatan dan perkembangan anak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingginya waktu penggunaan gawai atau screen time pada anak menjadi kekhawatiran terbesar orangtua terhadap isu kesehatan anak saat ini. Penggunaan gawai yang berlebihan dapat berujung ke kecanduan, kesulitan konsentrasi, hingga kesulitan regulasi emosi.
Kekhawatiran orangtua itu tampak dari jajak pendapat nasional yang diadakan Rumah Sakit Anak CS Mott, University of Michigan Hospital, Michigan, Amerika Serikat. Hasil jajak pendapat (Mott Poll) ini dipublikasi di laman resmi mereka pada Senin (21/8/2023).
Jajak pendapat tersebut dilakukan berkala untuk memotret isu-isu kesehatan anak di AS yang jadi perhatian orangtua. Tahun ini, isu kesehatan nomor satu yang dikhawatirkan orangtua adalah penggunaan gawai atau screen time berlebih. Hal ini disusul kekhawatiran atas penggunaan media sosial, keamanan di dunia maya, depresi atau bunuh diri, perundungan, serta stres atau kecemasan.
Penggunaan gawai berlebih menggeser isu kesehatan lain yang selama ini jadi perhatian orangtua, yakni obesitas. Sekitar satu dekade lalu, obesitas merupakan isu kesehatan nomor satu yang dikhawatirkan orangtua.
Adapun menurut hasil jajak pendapat tahun ini, isu kesehatan lain yang jadi perhatian orangtua adalah pola makan anak yang tak sehat, biaya kesehatan, kekerasan di sekolah, serta penggunaan rokok konvensional maupun elektrik.
”Orangtua masih melihat masalah yang langsung berdampak ke kesehatan fisik, seperti pola makan tak sehat dan obesitas, sebagai isu penting bagi kesehatan anak. Tapi, hal itu teralihkan oleh kekhawatiran tentang kesehatan mental, media sosial, dan screen time,” ucap dokter anak di Rumah Sakit Anak CS Mott, Susan Woolford, sekaligus Wakil Direktur Mott Poll, seperti dikutip dari Eurekalert.org.
Penggunaan gawai berlebih menggeser isu kesehatan lain yang selama ini jadi perhatian orangtua, yakni obesitas.
Jajak pendapat ini mencatat sebanyak dua dari tiga orangtua khawatir akan meningkatnya waktu penggunaan gawai dan media sosial pada anak. Hal ini semakin jadi perhatian saat pandemi Covid-19.
Menurut Woolford, anak-anak menggunakan gawai di usia yang semakin muda. Hal ini menuntut orangtua mengerahkan tenaga ekstra untuk memantau anak, termasuk konten apa saja yang mereka konsumsi, keamanan digital, dampak penggunaan gawai, hingga kebiasaan menggunakan gawai dan hubungannya dengan pola tidur.
Ia mendorong orangtua untuk mengevaluasi penggunaan gawai pada anak secara berkala. Ini bisa dilakukan dengan membatasi penggunaan gawai saat anak menunjukkan tanda perilaku tak sehat.
Adapun peningkatan waktu penggunaan gawai pada anak sesuai dengan temuan penelitian berjudul Assessment of Changes in Child and Adolescent Screen Time During the Covid-19 Pandemic. Hasilnya, rata-rata screen time anak naik 52 persen selama pandemi Covid-19.
Penelitian ini dipublikasi di JAMA Pediatrics pada 7 November 2022. Penelitian dilakukan dengan menganalisis 46 riset yang melibatkan 29.017 anak berusia di bawah 18 tahun.
Dampak negatif
Ketergantungan anak terhadap gawai juga dapat dilihat di Indonesia. Sebagian anak bisa mengakses gawai karena diizinkan orangtua. Pada beberapa kasus, orangtua memilih memberi gawai agar anak tak rewel dan orangtua bisa bekerja.
Saat dihubungi terpisah, pakar komunikasi digital Universitas Indonesia Firman Kurniawan mengatakan, orangtua dengan latar pendidikan yang baik biasanya membatasi penggunaan gawai pada anak. Mereka bahkan cenderung meniadakan screen time. Alasannya agar perkembangan otak anak optimal.
”Salah satu akibat screen time tak terkontrol (pada anak) adalah speech delay (keterlambatan bicara). Anak mengonsumsi banyak informasi, tapi kemampuan mereka untuk mencernanya masih terbatas. Itu membuat mereka bingung dan sulit mengungkapkan sesuatu,” kata Firman.
Selain itu, penggunaan gawai berlebih juga berdampak ke kesulitan konsentrasi. Mengutip suatu penelitian, Firman mengatakan, rentang waktu orang zaman sekarang untuk berkonsentrasi hanya sekitar 8 detik. Di sisi lain, ikan mas koki mampu berkonsentrasi selama 9 detik.
Adapun screen time berlebihan bisa menyebabkan anak kecanduan gawai. Ini juga bisa bermuara ke kesulitan anak untuk meregulasi emosi. Mereka bisa bereaksi secara kuat terhadap perasaan seperti marah, sedih, atau frustrasi.
Itu sebabnya orangtua perlu membuat aturan yang jelas tentang penggunaan gawai pada anak. Anak berusia di bawah tiga tahun tidak disarankan mengakses gawai sama sekali. Adapun, anak berusia di atas tiga tahun boleh mengakses gawai sekitar 10 menit, kemudian diberi jeda untuk melakukan aktivitas fisik.
Adapun anak berusia 13 tahun boleh mengakses gawai, namun mesti dengan pendampingan orangtua. Anak dan orangtua bisa membuat kesepakatan, misalnya tentang jam penggunaan gawai, kunci ponsel pintar yang mesti diketahui satu sama lain, serta konten-konten apa saja yang boleh diakses.
Firman menambahkan, ayah dan ibu mesti sama-sama terlibat dalam pengawasan penggunaan gawai pada anak. Hal ini tak bisa dibebankan hanya pada ibu.