Revitalisasi Selesai, Taman Burung TMII Akan Dibuka Lagi
Setelah tiga bulan direvitalisasi, Taman Burung TMII tampil dengan wajah baru. Lebih dari 2.000 ekor yang terdiri atas 218 spesies burung endemik Indonesia telah siap menyambut kembali para pengunjung.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah tiga bulan direvitalisasi, Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, akan segera dibuka untuk umum pada 17 Agustus 2023, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia. Taman yang didirikan sejak 1975 ini bertransformasi menjadi lebih terawat dengan koleksi burung yang lebih beragam sehingga mendukung proses konservasi satwa sekaligus edukasi bagi masyarakat.
Revitalisasi ini bertepatan saat PT Dyandra Mitra Indah selaku pengelola tiga wahana di TMII, PT Bhumi Visatanda Indonesia sebagai operator pengelola TMII, dan Jagat Satwa Nusantara yang mengelola satwa berkolaborasi. Nanti baru Taman Burung yang dibuka, sementara wahana Taman Komodo serta Dunia Air Tawar dan Dunia Serangga masih dalam proses revitalisasi.
Jumlah satwa di Taman Burung TMII kini 2.000 ekor yang terdiri atas 218 spesies burung. Mayoritas merupakan burung endemik Indonesia, seperti burung elang jawa, burung merak hijau, dan burung undan kacamata.
Kepala Animal Helper dan Kesehatan sekaligus dokter hewan Jagat Satwa Nusantara, Piter Kombo, memastikan selama proses revitalisasi semua burung dipindahkan ke tempat karantina agar tidak stres dan sakit. Sesudah revitalisasi pun semua burung tidak langsung dimasukkan ke aviari, melainkan melalui proses habituasi terlebih dahulu.
”Kami berupaya menyajikan satu wahana wisata yang tidak wisata biasa, tetapi juga mengedepankan unsur edukasi dan konservasi yang tetap mengedepankan kesejahteraan satwa di sini,” kata Piter di Taman Burung TMII, Sabtu (12/8/2023).
Taman seluas 6 hektar ini memiliki dua kubah aviari yang membagi spesies burung berdasarkan wilayah asalnya. Kubah Wallacea dan Sahul untuk spesies burung dari wilayah Indonesia timur dan Kubah Sunda Besar untuk spesies burung dari wilayah Indonesia barat.
Sungai buatan di tengah-tengah taman pun sempat dikeringkan untuk dikeruk endapan lumpurnya. Hal ini dilakukan agar kebersihan lingkungan taman mendukung kesehatan satwa seperti burung pelikan dan jenis-jenis bebek yang banyak hidup di air.
”Ini dalamnya 0,8 sampai 1,2 meter, dari tahun 1986 belum pernah dikuras secara maksimal,” ucapnya.
Piter menambahkan, konservasi satwa di Taman Burung TMII sudah berhasil menelurkan sejumlah burung endemik. Hal ini membuktikan taman ini tidak sekadar dikomersialkan untuk wisata edukasi semata.
Setiap kandang di Taman Burung kini diberi pagar pembatas dengan jarak sekitar 1 meter dan dipasangi papan informasi edukasi tentang burung yang ada di kandang. Pengunjung tidak diperbolehkan menyentuh kandang demi keselamatan dan kesehatan burung serta pengunjung.
Jalan pengunjung yang sebelumnya terbuat dari susunan balok beton kini sudah diratakan dengan semen untuk memudahkan semua orang berjalan. Pengunjung dilarang menginjak rumput selain di jalur semen ini.
Di bagian tengah ada teater ruang terbuka yang diberi nama Plaza Maleo. Di tempat ini pengunjung akan dihibur oleh pertunjukan edukasi gratis tentang burung pada pukul 10.30 dan 15.30.
Plaza ini menghadap langsung ke Restoran Bantimurung yang terletak di tengah Gua Bantimurung. Di dalam restoran, selain ada makanan dan minuman yang terjangkau, pengunjung bisa berfoto bersama burung kakatua dan macaw.
Ada pula kesempatan bagi pengunjung bisa merasakan pengalaman dengan burung elang terbang jarak sekitar 60 meter di atas sungai buatan yang akan mendarat di tangan pengunjung. Harganya hanya Rp 30.000, tetapi dibatasi enam pengunjung per hari demi kenyamanan si elang.
”Sebaiknya waktu berkunjung itu saat pagi hari, saat burung-burung masih diberi makan pagi dan sedang akan memulai aktivitasnya. Namun, sore hari juga tak kalah menarik,” kata Manajer Komersial, Graha Abadi Pasyaman.
Taman ini juga sangat ramah untuk penyandang disabilitas. Ditambah dengan fasilitas umum seperti taman bermain anak serta tempat-tempat ikonik seperti Rumah Pohon Mbaru Niang dan Jembatan Layang Omo Hada yang berada di masing-masing kubah aviari.
”Taman Burung akan menjadi destinasi yang menginspirasi, memberikan edukasi, dan pusat konservasi serta menjadi wadah untuk kepedulian terhadap satwa,” kata Direktur PT Dyandra Mitra Indah, Ery Erlangga.
Harga tiket masuk ke Taman Burung setelah revitalisasi masih terjangkau, yakni Rp 50.000 pada Senin-Jumat serta Rp 60.000 pada Sabtu-Minggu dan hari libur nasional. Anak dengan tinggi badan di atas 120 sentimeter sudah dikenai biaya.
Jam operasionalnya pukul 09.00–17.00 WIB pada Senin-Jumat dan pukul 09.00–18.00 WIB saat akhir pekan dan hari libur nasional. Pembelian tiket bisa dilakukan di loket atau secara daring.