Strategi Konservasi Badak Jawa yang Intensif Mendesak Dilakukan
Strategi konservasi badak jawa yang intensif mendesak dilakukan saat ini. Sebab, banyak faktor yang mengancam populasi badak jawa di Ujung Kulon mulai dari perburuan liar, penurunan habitat, hingga potensi bencana alam.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
ARSIP BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON
Anak Badak Jawa Di TN Ujung KulonBalai Taman Nasional Ujung Kulon mempublikasikan foto induk dan anak badak jawa (Rhinoceros sondaicus). Dalam kurun waktu Maret-Agustus 2015 terpantau dan terekam tiga kelahiran badak jawa di Ujung Kulon.
JAKARTA, KOMPAS – Hilangnya 15 ekor badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dari pemantauan tidak hanya berkaitan dengan perburuan liar, tetapi juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Kendati demikian, upaya paling mendesak yang perlu dilakukan saat ini yaitu menerapkan strategi konservasi badak jawa yang intensif.
Hilangnya 15 badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dari pemantauan sejak tiga tahun terakhir ini sebelumnya terungkap dalam hasil laporan investigasi Auriga Nusantara. Dalam laporan tersebut, tidak terpantaunya keberadaan 15 badak jawa ini diduga kuat berkaitan dengan perburuan yang dibuktikan dengan temuan jerat dan diperkuat melalui hasil rekaman kamera pemantau.
Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Harini Muntasib mengatakan, pemantauan badak jawa dengan menggunakan kamera pemantau (camera trap) dilakukan secara periodik. Jumlah populasi bisa bertambah bila ditemukan individu baru sesuai rekaman tersebut. Namun, tidak semua badak jawa bisa terpotret dalam pemantauan ini.
“Dalam laporan yang disebut Auriga ini adalah 15 individu badak jawa yang tidak ditemukan lagi setelah dari beberapa kali pemantauan. Belum tentu penyebab tidak ditemukannya badak jawa ini akibat perburuan liar, tetapi banyak aspek yang menjadikan perubahan ini,” ujarnya, Rabu (12/4/2023).
Menurut Harini, salah satu faktor yang menyebabkan badak jawa tidak terekam yakni posisi atau peletakan kamera pemantau di daerah konsentrasi badak. Selama beberapa waktu terakhir, terdapat juga perubahan konsentrasi badak di Taman Nasional Ujung Kulon.
Konsentrasi penyebaran badak jawa pada umumnya berada di bagian selatan Semenanjung Ujung Kulon seperti di daerah Cibandowoh. Akan tetapi, badak di Cibandowoh mulai berpindah setelah banyak kapal di daerah tersebut yang mengambil sumber daya laut.
“Saat ini jumlah anjing ajak (Cuon alpinus) juga berkembang pesat dan mereka bergerombol sehingga sangat membahayakan bagi anak badak. Kemudian kemungkinan lain hilangnya badak jawa ini juga bisa karena penyakit. Jadi, dinamika populasi di lapangan sebenarnya wajar bila digambarkan sesuai tahun dan tidak dikumulatifkan,” tuturnya.
Hariani memandang, dinamika populasi badak jawa ini masih tergolong wajar karena habitat di Taman Nasional Ujung Kulon memang tengah mengalami penurunan kualitas akibat dominasi tumbuhan langkap (Arenga obtusifolia). Di sisi lain, kualitas genetik badak juga menurun akibat banyak terjadi perkawinan sedarah atau inbreeding.
Kita membutuhkan kemauan sosial dan politik untuk meningkatkan populasi tambahan ini.
Meski demikian, ia tidak menampik bahwa perburuan liar tetap bisa menjadi salah satu faktor hilangnya badak jawa dari pemantauan ini. Sebab, selama ini terdapat beberapa temuan yang mengindikasikan adanya perburuan badak di Taman Nasional Ujung Kulon.
Menurut Harini, upaya paling mendesak yang perlu dilakukan saat ini yaitu terkait kebijakan pemerintah untuk menerapkan strategi konservasi badak jawa yang intensif.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (30/4/2019) merilis foto kematian seekor badak jawa remaja di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Meski memerlukan pendanaan besar, pengembangan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) menjadi salah satu upaya agar pengelolaan badak jawa dapat lebih intensif. JRSCA merupakan program konservasi yang bertujuanmeningkatkan jumlah habitat yang tersedia dan menarik bagi badak jawadi Taman Nasional Ujung Kulon.
“Setelah JRSCA siap, maka perlu mengambil beberapa pasang badak dengan kualitas bagus untuk dipindahkan dan diatur perkawinannya. Sudah ada data badak berkualitas bagus baik secara fisik dan genetis dari hasil penelitian. Akan tetapi, banyaknya gangguan manusia membuat badak susah diarahkan masuk ke JRSCA secara alami,” kata Harini yang juga terlibat dalam Tim Penyempurnaan Manajemen dan Rencana Tapak JRSCA.
Habitat baru
Pentingnya mengembangkan habitat baru untuk badak jawa juga ditegaskan dalam hasil studi yang dilakukan para peneliti dari Colorado State University, Amerika. Dalam studi yang terbit di Conservation Letters pada 2017, peneliti menyebut bahwa badak jawa di Ujung Kulon dapat terancam punah akibat letusan gunung berapi anak Krakatau dan tsunami.
Dalam studi tersebut, tim peneliti memperkirakan adanyapotensi tsunami setinggi 10 meter dalam 100 tahun mendatang di wilayah sekita Taman Nasional Ujung Kulon. Hal ini dapat mengancam 80 persen kawasan di Ujung Kulon, termasuk populasi badak jawa.
Brian Gerber, salah satu penulis korespondensi studi tersebut, mengatakan, hasil studi ini menunjukkan perlunya meningkatkan populasi badak tambahan untuk melindungi spesies tersebut.“Kita membutuhkan kemauan sosial dan politik untuk meningkatkan populasi tambahan ini,” ucapnya dikutip dari Sciencedaily.
KOMPAS/DIAN DEWI PURNAMASARI
Petugas Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten memperlihatkan alat video trap yang dipasang di sekitar kawasan konservasi TNUK. Video trap merekam aktivitas binatang yang ada di sekitar taman nasional terutama badak Jawa yang langka.
Dalam surat edaran yang diterbitkan pada akhir Maret lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan tiga arahan strategis prioritas dalam pelaksanaan pengelolaan badak jawa 2023-2029. Strategi pertama yaitu terkait perlindungan dan pengamanan terhadap jaminan kelestarian badak jawa di dalam habitatnya. Hal ini dilakukan melalui kegiatan penguatan kapasitas penegakan hukum, insentif penegakan, dan implementasi sistem proteksi terintegrasi (IPS).
Kemudian dilakukan juga strategi tentang daya dukung habitat badak jawa dengan ukuran kinerja. Strategi penguatan daya dukung ini berfokus pada dua habitat di Semenanjung Ujung Kulon dan di luar Taman Nasional. Khusus untuk habitat di luar Taman Nasional akan dilakukan penilaian dan persiapan pengembangan lokasi terpilih sebagai habitat baru badak jawa.
Strategi terakhir yakni melalui sistem manajemen JRSCA sebagai pusat pengelolaan populasi badak jawa. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemantauan populasi, identifikasi profil genetik, persiapan JRSCA, translokasi individu terpilih, perawatan intensif, dan pengembangan teknologi reproduksi berbantu.