Gita Bahana Nusantara 2023 Tampilkan Kisah Ibu Kota Negara
Gita Bahana Nusantara 2023 akan membawakan "medley" dari lima lagu daerah. Lagu ini sebagai representasi perjalanan ibu kota negara Indonesia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Kelompok paduan suara dan orkestra Gita Bahana Nusantara 2023 akan kembali tampil pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka. Mereka bakal membawakan medley lagu dari lima daerah yang merepresentasikan perpindahan ibu kota negara selama 78 tahun terakhir.
Gita Bahana Nusantara (GBN) 2023 terdiri atas 199 orang berusia 16-23 tahun dari 33 provinsi. Sebanyak 131 orang di antaranya anggota paduan suara, sedangkan 68 orang lain pemain orkestra. Mereka bergabung setelah lolos seleksi yang diadakan di daerah masing-masing.
Musisi sekaligus salah satu narasumber GBN 2023, Purwacaraka, pada Kamis (10/8/2023), mengatakan, salah satu ciri khas GBN adalah penampilan lagu medley yang diaransemen ulang. Pada 2022, ada tujuh lagu daerah yang diaransemen menjadi medley, yaitu ”Indung- indung”, ”Tutu Koda”, ”Bindhe Biluhuta”, ”Sang Bumi Ruwa Jurai”, ”Lir Sa’alir”, ”E Mambo Simbo”, dan ”O, Ulate”.
Tahun ini GBN mengaransemen lima lagu, yaitu ”Kicir-kicir”, ”Suwe Ora Jamu”, ”Kampuang Nan Jauh di Mato”, ”Ondel-ondel”, dan ”Indung-indung”. Lagu tersebut masing-masing berasal dari DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur. Kelimanya digubah menjadi medley berdurasi sekitar enam menit.
”Kami mau membuat untaian lagu yang menceritakan perjalanan ibu kota negara Republik Indonesia,” ucap Purwacaraka di sela-sela pelatihan GBN 2023 di Kinasih Resor, Depok.
Jakarta menjadi ibu kota negara saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 1945. Ibu kota negara lantas pindah ke Yogyakarta pada 1946. Saat terjadi Agresi Militer Belanda II pada 1948, ibu kota negara pindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat.
Saat suasana kondusif, ibu kota negara kembali dipindahkan ke Jakarta. Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, ibu kota negara berencana dipindahkan ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada 2024.
Adapun GBN dibentuk sejak 2003 untuk menyemarakkan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Formasi GBN berubah setiap tahun. Publik hanya punya kesempatan sekali untuk bergabung dengan tim paduan suara GBN. Sementara itu, pemain orkestra bisa bergabung dengan GBN maksimal dua kali atau dua tahun.
Pada 2022, GBN tampil empat kali, yaitu saat Sidang Paripurna DPR (16 Agustus 2022), Detik-detik Proklamasi Ri di Istana Merdeka (17 Agustus 2022), penurunan bendera Merah Putih di Istana Merdeka (17 Agustus 2022 sore), serta Hari Konstitusi Indonesia (18 Agustus 2022).
Berbeda dengan tahun lalu, GBN 2023 akan tampil dua kali. Pertama, saat upacara peringatan kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, pada 17 Agustus 2023.
Mereka akan membawakan sembilan lagu di Istana Merdeka, yaitu ”Rayuan Pulau Kelapa”, ”Negeriku”, ”Satria Indonesia”, ”Nusantara II”, ”Zamrud Khatulistiwa”, ”Pemuda”, ”Hari Merdeka”, dan medley. Aransemen lagu-lagu ini memasukkan unsur musik tradisional dari beberapa instrumen, seperti suling, sape, kendang, tehyan, dan talempong. Penampilan di istana berkolaborasi dengan penyanyi Putri Ariani, Ziva Magnolya, dan Adikara.
Penampilan kedua GBN 2023 adalah konser publik yang akan berlangsung di pelataran Museum Fatahillah di Kawasan Kota Tua, Jakarta pada Sabtu (12/8/2023). Konser bertajuk ”Menembus Batas” ini akan menampilkan sepuluh lagu, seperti ”Indonesia Raya”, ”Rayuan Pulau Kelapa”, ”Butet”, dan ”Nusantara V”.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Irini Dewi Wanti mengatakan, ini pertama kalinya GBN menggelar konser untuk publik. Selama ini, GBN tampil hanya di ruang-ruang formal.
”Orkestra selama ini disaksikan di ruang tertutup dan formal. Di Kota Tua akan ada semua lapisan masyarakat. ini akan jadi pembelajaran bagi masyarakat bahwa GBN dapat mengekspresikan seni melalui orkestra, dan itu bisa disaksikan siapa pun,” ucap Dewi.
Konser di ruang publik ini mau membuka pandangan bahwa sebetulnya orang-orang yang bisa bermain musik adalah tetangga-tetangga kota sendiri
Konduktor GBN 2023 Eunice Tong mengatakan, sebagai musisi, GBN ingin mengenalkan bahwa penampilan orkestra bukan untuk orang berada saja. Selama ini, ada anggapan bahwa musik klasik hanya buat orang tua atau orang pintar saja. Padahal, semua musik mestinya bisa dinikmati siapa pun.
Pengarusutamaan orkestra dan musik klasik ke publik juga diharapkan dapat menginspirasi publik. Ini juga sebagai upaya menjaring talenta-talenta musik.
”Musisi Indonesia banyak, tapi belum diberi kesempatan. Konser di ruang publik ini mau membuka pandangan bahwa sebetulnya orang-orang yang bisa bermain musik adalah tetangga-tetangga kota sendiri,” kata Eunice. ”Ini (musik) juga salah satu bentuk seni, bukan hanya lukisan atau pahatan,” tambahnya.