Jamin Keberlanjutan Pendidikan Anak dari Keluarga Kurang Mampu
Akses pendidikan bermutu hingga ke perguruan tinggi jadi kendala bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Karena itu, pemerintah memberikan jaminan pendidikan untuk anak-anak dari keluarga miskin.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberlanjutan pendidikan anak-anak sekolah dari keluarga tidak mampu hingga perguruan tinggi dijamin pemerintah. Mereka yang memiliki potensi akademik diprioritaskan untuk tetap mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah sehingga tidak terkendala menuntaskan pendidikan.
Subkoordinator Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah pada Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Muni Ika mengutarakan hal itu dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar bertajuk ”Wujudkan Masa Depan Gemilang dengan KIP Kuliah”, di Jakarta, Kamis (3/8/2023),
Menurut Muni Ika, kelanjutan pendidikan anak-anak dari keluarga miskin dan rentan miskin yang sudah menerima KIP di sekolah ataupun penerima bantuan sosial lainnya dari pemerintah diprioritaskan untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi. Kesempatan kuliah sesuai impian atau cita-cita mereka di perguruan tinggi mana pun juga didukung dengan KIP Kuliah yang memberikan biaya kuliah dan biaya hidup hingga lulus kuliah.
Hingga tahun 2022, sebanyak 1,2 juta orang menerima manfaat KIP Kuliah. Untuk tahun 2023, sekitar 800 mahasiswa yang sedang berjalan dan mahasiswa baru menerima KIP Kuliah. Sekitar 400.000 orang selesai kuliah dan menjadi sarjana dengan dukungan KIP Kuliah.
Muni mengutarakan, jumlah pendaftar KIP Kuliah meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2020, jumlah pendaftar KIP Kuliah sekitar 689.000 orang, pada tahun 2021 naik menjadi sekitar 840.000 orang, tahun berikutnya sekitar 941.000 orang, dan per 3 Agustus 2023 sudah terdata sekitar 996.000 pendaftar. Padahal, pendaftaran masih dibuka hingga 31 Oktober.
Muni menambahkan, kebijakan pembiayaan KIP Kuliah tidak lagi sama (flat), tetapi disesuaikan dengan pilihan program studi (akreditasi) dan indeks kemahalan hidup di daerah perguruan tinggi berada. Hal ini memberi rasa percaya diri bagi keluarga tidak mampu untuk mendaftar kuliah di perguruan tinggi ternama di kota-kota besar.
”Kami ingin memastikan anak dari keluarga miskin tetap difasilitasi untuk terus bersekolah setinggi mungkin. Kuota KIP Kuliah di perguruan tinggi diprioritaskan untuk lulusan SMA/SMK (sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan) yang berhasil diterima kuliah,” ujarnya.
Penerima KIP Kuliah diprioritas yang menerima KIP di sekolah, pemegang kartu keluarga sejahtera, penerima bantuan sosial, seperti program keluarga harapan, atau masyarakat yang terdata dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Jika tidak punya KIP sekolah, tidak terdata sebagai penerima bantuan sosial atau KKS, maka dalam regulasi tahun 2023 masyarakat yang terdata terkait kemiskinan ekstrem atau dari panti asuhan juga diprioritaskan.
Kami ingin memastikan anak dari keluarga miskin tetap difasilitasi untuk terus bersekolah setinggi mungkin. Kuota KIP Kuliah di perguruan tinggi diprioritaskan untuk lulusan SMA/SMK (sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan) yang berhasil diterima kuliah.
”Kalau tidak masuk kategori di atas, tetap bisa menjadi prioritas jika penghasilan orangtua tidak lebih dari Rp 4 juta per bulan. Kalau lebih dari Rp 4 juta, tetapi dibagi dengan anggota keluarga menjadi di kisaran Rp 750.000, tetap bisa diprioritaskan,” ujar Muni.
Melampaui kuota
Sementara itu, Rektor Universitas Pembangunan Veteran (UPN) Yogyakarta M Irhas Effendi mengatakan, kuota KIP Kuliah yang diperoleh kampus negeri ini sebenarnya selalu lebih rendah dari jumlah mahasiswa dari keluarga tidak mampu yang diterima. Namun, perguruan tinggi negeri (PTN) harus ada komitmen untuk tidak menolak calon mahasiswa yang memenuhi syarat meskipun terkendala kemampuan finansial.
Menurut Irhas, kampus kemudian membuat prioritas sesuai ketentuan sehingga calon mahasiswa penerima KIP Kuliah tepat sasaran. Adapun mahasiswa lainnya yang juga butuh bantuan tetap bisa mendapatkan bantuan. Salah satunya, kampus menggugah dukungan dari para mitra perusahaan.
Jihan Dermawan, penerima KIP Kuliah 2021, mahasiswa prodi akuntansi Politeknik Negeri Bandung, menuturkan, beasiswa KIP Kuliah membantu dirinya untuk berani mewujudkan mimpi berkuliah. Dampak pandemi Covid-19 pada tahun 2021 memengaruhi kemampuan finansial keluarganya sehingga Jihan hampir tidak bisa kuliah.
Sementara Marata Septi, penerima KIP Kuliah 2020, mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM), menyatakan bisa kuliah tanpa beban finansial. Dengan dukungan KIP Kuliah, saat pandemi dan harus belajar daring, dirinya dapat memakai biaya hidup untuk membeli komputer jinjing atau laptop. Dia menunjukkan prestasi dengan indeks prestasi kumulatif atau IPK 3,6 serta mengikuti berbagai kursus dan lomba bisnis.
“Saya merasa tenang untuk kuliah dan bisa mengasah berbagai kemampuan lewat kursus tanpa mengkhawatirkan soal biaya,” kata Marata.