Publik merayakan hari jadi ke-101 penyair Chairil Anwar pada 2023. Puisi-puisi Chairil Anwar lantas diterjemahkan ke sejumlah bahasa dan dibacakan oleh perwakilan negara-negara sahabat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams membacakan puisi karya Chairil Anwar di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (26/7/2023) malam. Hari itu Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi merayakan hari ulang tahun ke-101 penyair Chairil Anwar dengan pembacaan puisi yang diikuti sejumlah negara sahabat, seperti Timor Leste, Belanda, India, Meksiko, dan Venezuela. Puisi-puisi itu diterjemahkan ke sejumlah bahasa dan dibacakan oleh perwakilan negara-negara sahabat.
Puisi-puisi Chairil Anwar menggantikan raga tuannya untuk hidup dalam keabadian. Untuk merayakan usia tuannya ke-101 tahun, sang puisi ”jalan-jalan” ke Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika dan memperkenalkan diri sebagai sastra yang layak diperbincangkan hingga kini.
Perwakilan negara-negara sahabat Indonesia hadir di Museum Nasional, Jakarta, pada (Rabu 26/7/2023) malam. Ada Australia, Belanda, Thailand, Nigeria, Ukraina, Meksiko, Timor Leste, India, hingga Venezuela. Mereka semua diundang dalam pembacaan puisi karya Chairil Anwar di hari ulang tahun sang penyair.
Kehadiran mereka bukan sebagai audiens semata. Mereka, yang kebanyakan adalah duta besar, diminta naik ke panggung dan membacakan puisi Chairil yang telah diterjemahkan ke bahasa mereka masing-masing. Beberapa pihak mengakui, ini bukan hal yang mudah.
Pembacaan puisi dimulai dengan penampilan anggota Lembaga Sensor Film (LSF), Noorca M Massardi, yang membawakan puisi bertajuk ”Siap Sedia”. Puisi ini ditulis pada 1944 dan berkisah soal nasionalisme dalam melawan penjajahan Jepang di Indonesia. Dahulu, Chairil (1922-1949) adalah salah satu pelopor Angkatan ’45 yang aktif di masa perjuangan Indonesia.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Ukraina Vasyl Hamianin membacakan puisi karya Chairil Anwar di Museum Nasional, Jakarta, pada Rabu (26/7/2023) malam.
Puisi kedua dibacakan oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams. Ia membacakan ”Sajak Putih” yang ditulis ”Si Binatang Jalang” pada 18 Januari 1944. Williams, yang paham bahasa Indonesia, jadi satu-satunya peserta yang membacakan puisi dengan bahasa Indonesia.
Puisi demi puisi kembali dibacakan pada acara yang berlangsung hampir dua jam ini. Duta Besar Meksiko untuk Indonesia Armando G Alvarez membacakan puisi ”Cintaku Jauh di Pulau”. Puisi yang ditulis pada 1946 ini diterjemahkan dan judulnya menjadi ”Amor mío tan lejos en la isla”.
Adapun Penjabat Direktur Pusat Kebudayaan India-Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center Ram Kumar membacakan ”Kepada Pelukis Affandi”. Puisi yang ditulis pada 1946 ini merupakan ungkapan kekaguman Chairil terhadap maestro lukis Affandi yang juga sahabatnya.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Penjabat Direktur Pusat Kebudayaan India-Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center Ram Kumar membacakan puisi karya Chairil Anwar di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (26/7/2023) malam. Puisi itu diterjemahkan ke sejumlah bahasa dan dibacakan oleh perwakilan negara-negara sahabat.
Setahun setelah kematian Chairil, Affandi mendapat beasiswa selama dua tahun di India untuk belajar seni ke sekolah Shantiniketan. Tokoh seni India, Nandalal Bose, menilai bahwa Affandi tak perlu lagi diajari tentang cara melukis. Program beasiswa itu lantas berubah. Affandi diajak mengelilingi India dan melukis potret negara tersebut.
Di akhir pembacaan, Ram Kumar mengakui betapa sulitnya menerjemahkan puisi ini ke bahasa Hindi. Ia bahkan minta maaf jika ada kesalahan dalam terjemahan tersebut. ”Sejujurnya, puisi ini tidak bisa diterjemahkan karena sangat intelektual dan ini adalah ’puisi tinggi’,” katanya.
Walau demikian, ia mengapresiasi undangan dari Indonesia untuk terlibat dalam pembacaan puisi. Ia mengatakan, Indonesia dan India punya kedekatan sastra yang tampak, antara lain, dari kisah Mahabharata. Adopsi kisah Mahabharata ke berbagai karya seni di India dan Indonesia disebut menunjukkan kekayaan budaya serta merefleksikan keberagaman dan kreativitas.
”Saya harap pertukaran budaya antara kita dapat terus tumbuh dan memperkaya literasi,” tambah Kumar.
Buka ruang budaya
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, pembacaan puisi ini memungkinkan perwakilan sejumlah negara terlibat dengan budaya Indonesia, dalam hal ini sastra. Penerjemahan juga memungkinkan mereka mengulik bahasa serta belajar puisi secara mendalam.
”Karena (diterjemahkan) dalam bahasa masing-masing, pilihan kata dan rimanya tidak sama (dengan puisi asli Chairil). Tapi, mereka berusaha sedemikian rupa untuk mencari kata-kata yang pas sehingga maknanya tetap diterjemahkan dengan baik. Keindahan bunyinya juga dipertahankan. Saya tahu itu bukan pekerjaan mudah dan saya senang sekali mereka berusaha keras,” kata Hilmar.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana pembacaan puisi karya Chairil Anwar di Museum Nasional, Jakarta, pada Rabu (26/7/2023) malam. Hari itu Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi merayakan hari ulang tahun ke-101 penyair Chairil Anwar dengan pembacaan puisi yang diikuti sejumlah negara sahabat, seperti Timor Leste, Belanda, India, Meksiko, dan Venezuela.
Adapun para negara sahabat diberi kebebasan untuk memilih puisi Chairil Anwar yang ingin dibacakan. Namun, pihak Indonesia juga menyediakan pilihan puisi jika dibutuhkan. Kata Hilmar, negara-negara sahabat biasanya memilih puisi yang berhubungan dengan negaranya.
Chairil disebut salah satu penyair paling penting di dunia sastra Indonesia. Puisi-puisinya dianggap berkontribusi besar dalam ”mematangkan” bahasa Indonesia. Sebelumnya, sastrawan Goenawan Mohamad menyebut bahwa bunyi sajak serta susunan vokal dan konsonan dalam sajaknya tidak mudah ditebak. Hal itu menjadi kekuatan karya-karya Chairil Anwar.