Kepedulian dalam menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak, tak terkecuali anak.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS —Kepedulian anak dalam menjaga lingkungan perlu ditanamkan sejak dini. Hal ini akan mendorong edukasi serta kontribusi anak dalam menjaga kelestarian bumi di masa depan.
”Ke depan, anak menjadi generasi yang mendominasi pada 2030. Anak perlu mengambil peranan positif serta keterlibatan dalam memastikan lingkungan tetap lestari,” kata pegiat lingkungan Jerhemy Owen saat menjadi pembicara dalam gelar wicara ”Peran Anak dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan” yang merupakan rangkaian Hari Anak Nasional 2023 di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (21/7/2023).
Owen yang sedang menempuh S-1 Ilmu Lingkungan di Avans Hogeschool, Belanda, ini mengingatkan, anak harus mulai sadar dengan keadaan lingkungan sekitar. Dengan populasi anak yang besar, dia berharap gerakan massal anak bisa berkontribusi dalam menjaga lingkungan, baik itu perubahan iklim maupun penanganan sampah.
Dalam forum anak tersebut, Owen menyampaikan, keadaan iklim bumi semakin kritis, salah satunya dengan masalah timbulan sampah yang kian membeludak. Dengan populasi penduduk usia anak yang besar, dia berharap anak bisa menunjukkan kontribusinya dalam penanganan masalah ini. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2022, total timbulan sampah di Indonesia sebanyak 69,2 juta ton (Kompas, 5/6/2023).
Selain itu, Owen memacu anak semakin terlibat dalam berbagai gerakan peduli lingkungan. Berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik tahun 2022, jumlah penduduk usia anak (0-19 tahun) mencapai sekitar 88 juta dari total 275 juta penduduk Indonesia.
Anak juga bisa saling mengingatkan, baik kepada anak lain maupun kepada yang lebih tua. Kepedulian pada lingkungan adalah investasi untuk hidup sehat di masa depan.
Pelibatan anak, menurut Owen, bisa dimulai dengan edukasi dari lingkungan terdekat. Edukasi bisa dilakukan lewat pendidikan ataupun gerakan berbasis komunitas. Situasi saat ini ketika anak dekat dengan dunia digital seharusnya bisa dengan mudah dijangkau kampanye dan edukasi.
Bahkan, anak juga bisa memulai gerakan untuk memengaruhi orang banyak melalui platform digitalnya. ”Selain mendorong anak untuk terlibat, suara anak tentang kepedulian lingkungan perlu didengarkan. Tidak boleh dianggap hanya sebelah mata,” ucapnya.
Sementara anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak, baik tingkat nasional maupun daerah, sepakat, kepedulian pada lingkungan harus ditanamkan sejak dini. Perwakilan Forum Anak Kalimantan Utara, Esther (15), mengatakan, keterlibatan dan kontribusi tersebut bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Menurut dia, saat ini semakin banyak komunitas yang melibatkan anak. Dengan banyaknya anak yang terlibat dan berkontribusi pada lingkungan, dampak yang dihasilkan juga semakin luas.
Hal serupa diungkapkan Eka Salsabilla Sangadji (16), perwakilan Forum Anak Maluku. Menurut dia, kepedulian pada lingkungan semakin penting, apalagi lingkungan merupakan investasi untuk menjamin tumbuh kembang anak di masa depan.
”Anak juga bisa saling mengingatkan, baik kepada anak lain maupun kepada yang lebih tua. Kepedulian pada lingkungan adalah investasi untuk hidup sehat di masa depan,” kata Eka.
Ketua Forum Anak Nasional Muhammad Aqsha Dewantoro (18) menambahkan, gerakan anak dalam kepedulian sampah terus tumbuh. Anak banyak terlibat dalam berbagai kampanye dan gerakan peduli lingkungan.
Di sisi lain, Aqsha berharap agar suara dan aspirasi anak dalam berbagai hal, termasuk kepedulian pada lingkungan, perlu didengarkan dan dipertimbangkan. Dengan demikian, anak bisa menggerakkan jumlah anak lain yang lebih besar lagi. ”Anak adalah penerus bangsa. Karena kita penerus, lingkungan menjadi tanggung jawab kita,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati saat pembukaan Hari Anak Nasional 2023 di Semarang, Kamis malam, mendorong anak meningkatkan kapasitas dalam berbagai aspek. Dengan demikian, partisipasi anak di ruang publik bisa semakin menyeluruh.
Selain itu, anak bisa mewujudkan peran sebagai 2P, yakni pelopor dan pelapor. ”Melalui peran-peran tersebut, diharapkan anak ikut berkontribusi mengambil bagian menjadi solusi dari permasalahan yang ada,” ucapnya.