Memanaskan Wadah Makanan Bayi dengan ”Microwave” Dapat Melepaskan Miliaran Nanoplastik
Hasil eksperimen dan studi menunjukkan, memanaskan wadah makanan bayi yang terbuat dari plastik PP dan PE dengan ”microwave” dapat melepaskan miliaran nanoplastik. Paparan partikel nanoplastik ini perlu dicegah.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil eksperimen dan studi menunjukkan wadah makanan bayi yang terbuat dari polipropilen dan polietilen yang dipanaskan dengan gelombang mikro (microwave) dapat melepaskan miliaran nanoplastik. Paparan partikel nanoplastik ini perlu dicegah dan dibatasi meski efeknya untuk kesehatan manusia belum terungkap dengan jelas.
Pelepasan miliaran nanoplastik dari pemanasan wadah makanan bayi dari jenis plastik polipropilen (PP) dan polietilen (PE) dengan microwave ini merupakan hasil studi para peneliti dari University of Nebraska-Lincoln, Amerika Serikat. Laporan lengkap studi ini telah terbit di jurnal Environmental Science and Technology, ACS Publications, 21 Juni 2023.
Kazi Albab Hussain, penulis utama studi tersebut yang juga mahasiswa doktoral di bidang teknik sipil dan lingkungan di University of Nebraska-Lincoln, menyampaikan pentingnya mengetahui berapa banyak mikroplastik dan nanoplatik yang tertelan manusia untuk memahami potensi bahaya yang ditimbulkan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa toksisitas mikroplastik dan nanoplastik sangat berkaitan dengan tingkat paparannya.
Kami berharap suatu saat akan ada produk yang menampilkan label bertuliskan bebas mikroplastik atau bebas plastik nano.
”Secara umum kita selalu diberi tahu atau memiliki informasi tentang kandungan kalori, kadar gula, dan nutrisi lainnya saat makan makanan tertentu. Jadi, hal ini juga sama pentingnya untuk mengetahui jumlah partikel plastik yang ada dalam makanan kita,” ujarnya dikutip dari situs resmi University of Nebraska-Lincoln, Jumat (21/7/2023).
Dalam penelitian sebelumnya telah terungkap pelepasan partikel plastik dari botol minuman bayi. Penelitian tersebut kemudian menjadi dasar bagi peneliti dari University of Nebraska-Lincoln untuk melihat pelepasan partikel plastik dari wadah makanan bayi.
Dalam studi ini, para peneliti melakukan percobaan dengan dua wadah makanan bayi yang terbuat dari PP dan PE. Keduanya merupakan jenis plastik yang telahmendapat sertifikasi dariBadan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA).
Dalam satu percobaan, para peneliti mengisi wadah dengan air deionisasi atau asam asetat sebanyak 3 persen. Setelah itu, botol tersebut dipanaskan dengan suhu tertinggi selama tiga menit dalam microwave berkapasitas 1.000 watt. Peneliti kemudian menganalisis adanya cairan partikel mikro berdiameter 1 banding 1.000 milimeter atau partikel nano lebih kecil.
Jumlah sebenarnya dari setiap partikel yang dilepaskan oleh gelombang mikro bergantung pada banyak faktor, termasuk wadah plastik dan cairan di dalamnya. Namun, tim peneliti memperkirakan bahwa bayi ataupun anak balita yang mengonsumsi produk dari pemanasan microwave telah mengonsumsi plastik dengan konsentrasi relatif terbesar.
Wadah plastik untuk bayi
Eksperimen yang dirancang untuk menyimulasikan pendinginan dan penyimpanan makanan atau minuman pada suhu kamar selama rentang enam bulan juga menunjukkan bahwa keduanya dapat menyebabkan pelepasan mikroplastik dan nanoplastik.
”Saya tidak bisa sepenuhnya menghindari penggunaan plastik untuk bayi saya. Akan tetapi, saya bisa menghindari penggunaan produk yang menyebabkan lebih banyak pelepasan mikroplastik dan nanoplastik. Semua orang berhak mengetahui informasi ini dan mereka harus memilih produk makanan bayi berwadah plastik dengan bijak,” ungkap Hussain.
Tim peneliti juga menganalisis dan menguji terkait toksisitas partikel plastik yang dilepaskan dari wadah yang dipanaskan dalam microwave tersebut. Pengujian ini melibatkan peneliti dari University of Nebraska Medical Center, Svetlana Romanova.
Tim peneliti kemudian membiakkan dan memaparkan sel ginjal embrionik ke partikel plastik yang sebenarnya dilepaskan dari wadah tersebut. Setelah dua hari, hanya 23 persen sel ginjal yang terpapar pada konsentrasi tertinggi yang berhasil bertahan hidup. Ini merupakan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada yang diamati dalam penelitian sebelumnya tentang toksisitas mikroplastik dan nanoplastik.
”Kita perlu menemukan polimer yang melepaskan partikel plastik lebih sedikit. Kami berharap suatu saat akan ada produk yang menampilkan label bertuliskan bebas mikroplastik atau bebas plastik nano,” kata Romanova.