Layanan imunisasi mulai pulih setelah mengalami kemunduran selama pandemi Covid-19. Meski begitu, cakupan imunisasi masih tidak merata. Anak-anak pun masih berisiko tertular penyakit yang seharusnya bisa dicegah.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan imunisasi dasar untuk anak secara global mulai pulih. Meski begitu, pemulihan tersebut tidak merata di semua negara. Cakupan imunisasi yang rendah masih terjadi di negara berpenghasilan rendah sehingga risiko terjadinya wabah penyakit masih tinggi.
Dalam laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Unicef yang diterbitkan pada Selasa (18/7/2023), layanan imunisasi global pada 2022 menjangkau empat juta anak lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2021 tercatat ada 24,4 juta anak yang tidak mendapatkan satu atau lebih dosis vaksin. Sementara pada 2022, jumlah itu turun menjadi 20,5 juta anak di dunia.
Adapun penanda global untuk cakupan imunisasi menggunakan vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT). Dari 20,5 juta anak yang melewatkan satu atau lebih dosis vaksin, sebanyak 14,3 juta anak tidak menerima satu pun dosis vaksin atau yang disebut sebagai anak dengan dosis nol.
Jumlah anak dengan dosis nol pada 2022 meningkat dari tahun 2019 yang tercatat sebanyak 12,9 juta anak.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom menyampaikan, cakupan imunisasi yang mulai meningkat menjadi kabar baik bagi dunia. Hal ini jadi bukti kerja keras berbagai pihak yang berupaya memulihkan layanan imunisasi yang mengalami kemunduran selama dua tahun pandemi Covid-19.
”Akan tetapi, rata-rata global dan regional tidak menggambarkan seluruh kondisi yang ada dan menyembunyikan ketidaksetaraan yang serius. Ketika ada negara atau wilayah yang tertinggal, anak-anak yang akan menanggung akibatnya,” ujarnya.
Ketika ada negara atau wilayah yang tertinggal, anak-anak yang akan menanggung akibatnya.
Layanan imunisasi yang mulai pulih belum terjadi secara merata di dunia. Ketika negara-negara dengan sumber daya yang baik dengan populasi anak yang besar seperti Indonesia dan India mulai melakukan kemajuan dalam layanan imunisasi, sebagian besar negara berpenghasilan rendah justru menunjukkan pemulihan yang lebih lambat, bahkan terus menurun.
Dari 73 negara yang mencatatkan penurunan cakupan imunisasi selama pandemi, sebanyak 15 negara mulai pulih seperti sebelum pandemi. Sementara ada 24 negara sedang dalam proses pemulihan. Namun, yang mengkhawatirkan, sebanyak 34 negara justru mengalami stagnasi, bahkan terus menurun.
Untuk itu, Tedros menyebutkan, setiap negara harus mempercepat upaya untuk mengatasi ketertinggalan dalam cakupan imunisasi dan menjangkau setiap anak untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Imunisasi amat penting sebagai pilar dari perawatan kesehatan primer.
Direktur Eksekutif Unicef Catherine Russell menyampaikan, di balik tren positif dari layanan imunisasi masih ada peringatan serius yang harus diperhatikan. ”Jika kesenjangan dalam cakupan imunisasi masih ada, anak-anak di seluruh dunia akan terus berisiko tertular dan meninggal akibat penyakit yang dapat kita cegah dengan imunisasi,” katanya.
Salah satu vaksin yang harus dikejar adalah vaksinasi campak. Virus penyebab campak sangat menular.
Upaya yang kuat harus dilakukan segera untuk mengejar anak-anak yang melewatkan vaksinasi tersebut. Itu tentu disertai dengan upaya pemulihan dan peningkatan layanan imunisasi, setidaknya seperti sebelum pandemi terjadi.
Terjadi di Indonesia
Kondisi layanan imunisasi yang mulai pulih juga terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat, capaian imunisasi dasar lengkap pada 2022 meningkat menjadi 99,6 persen dari tahun 2021 yang tercatat sebesar 84,5 persen. Jumlah ini bahkan lebih besar dari cakupan sebelum pandemi pada 2019 yang tercatat sebesar 93,7 persen.
Meski begitu, cakupan tersebut tidak merata. Masih ada 11 provinsi dengan cakupan imunisasi yang di bawah target 90 persen. Capaian terendah terdapat di Aceh (48,1 persen), Papua (57,4 persen), dan Sumatera Barat (72,2 persen).
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine dalam seminar daring terkait pemutakhiran data peralatan cold chain pada Jumat (14/7/2023) menuturkan, program imunisasi merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Itu sebabnya, semua pihak harus berupaya bersama untuk mencapai target imunisasi yang tinggi dan merata agar angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi bisa ditekan.
”Dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, kita bisa menghasilkan imunitas dan kekebalan di masyarakat. Dari kekebalan yang tinggi itu, kita pun bisa mencapai kekebalan komunitas,” katanya.