Dukung Penghijauan Lahan, 4 Juta Pohon Ditanam di DAS Citarum
Perusahaan farmasi AstraZeneca berinvestasi 400 juta dollar AS dalam program keberlanjutan AZ Forest. Salah satu kegiatannya, yaitu menanam jutaan pohon di Daerah Aliran Sungai Citarum.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya penurunan emisi dan penyelamatan keanekaragaman hayati dari perubahan iklim perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta atau korporasi. Perusahaan farmasi AstraZeneca juga turut berupaya membantu penurunan emisi dengan menanam 4 juta pohon di Daerah Aliran Sungai Citarum.
Salah satu komitmen dalam mengatasi dampak perubahan iklim dari sektor swasta dilakukan oleh perusahaan farmasi AstraZeneca. Komitmen tersebut ditunjukkan melalui investasi sebesar400 juta dollar Amerika Serikatatau empat kali lipat lebih banyak dari komitmen awal pada 2020dalam program keberlanjutan bernama AZ Forest.
Dalam program AZ Forest, AstraZeneca menargetkan bisa menanam dan memelihara 50 juta pohon hingga akhir tahun 2025. Komitmen ini kemudian ditingkatkan kembali dengan menanam 200 juta pohon di berbagai wilayah di dunia hingga tahun 2030.
Perlu jutaan pohon yang ditanam karena setiap hari kendaraan bermotor terus mengeluarkan emisinya. Semua industri perlu mencontoh upaya ini.
Sementara khusus di Indonesia, AstraZeneca bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) serta mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM) One Tree Planted dan Trees4Trees telah menanam lebih dari 4 juta pohon dengan luas21.000 hektar di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat, sejak 2020.
Head of Corporate Affairs AstraZeneca IndonesiaHoerry Satrio mengemukakan, upaya mengatasi dampak perubahan iklim butuh kerja sama lintas sektor. Sejalan dengan hal tersebut, AstraZeneca juga memiliki ambisi untuk menjadi perusahaan nol emisi pada 2030.
”Indonesia menjadi negara prioritas dalam program AZ Forest dan sudah ada nota kesepahaman dengan Kemenko Marves untuk menanam 20 juta pohon. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan emisi hingga memperkuat daya serap emisi di udara,” ujarnya dalam diskusi media bertajuk ”Akselerasi Transisi Menuju Nol Emisi untuk Sektor Kesehatan yang Berkelanjutan”, di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Hoerry menekankan bahwa AZ Forest didesain sebagai program yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pihaknya juga melibatkan dan memberikan edukasi kepada masyarakat lokal di sekitar lokasi penanaman pohon. Program dengan pendekatan agroforestri ini tercatat telah memberikan dampak positif bagi sekitar 20.000 keluarga petani di 240 desa.
”Sampai sekarang sekitar 65 persen petani memilih untuk ikut program agroforestri. Kemudian, untuk tahun 2023 dan 2024 kami targetkan sebanyak 4 juta pohon kembali bisa ditanam sehingga bisa mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2025,” ucapnya.
Selain AZ Forest, upaya lain yang telah dilakukan AstraZeneca untuk menurunkan emisi yaitu dengan berinvestasi pada sektor energi terbarukan. ”Bila dilihat dari baseline (dasar penghitungan) saat 2015, pada 2022 ini kami sudah berhasil mengurangi lebih dari 14 persen emisi,” ungkap Hoerry.
Pemilihan daerah yang ditanami pohon dalam program AZ Forest merupakan rekomendasi dari Kemenko Marves. Kriteria daerah penanaman tidak hanya melihat tanah kosong, tetapi juga mengedepankan aspek rehabilitasi terhadap kondisi ekologi daerah tersebut.
Kerusakan ekologis
Asisten Deputi Pengelolaan DAS dan Konservasi Sumber Daya Alam Kemenko Marves Mochamad Saleh Nugrahadi mengatakan, DAS Citarum dipilih sebagai lokasi penanaman pohon karena kerusakan ekologis di daerah tersebut. Di sisi lain, DAS Citarum merupakan salah satu DAS prioritas pemulihan yang ditetapkan pemerintah pusat.
”Kondisi DAS Citarum buruk karena lahan kritis yang mencapai 180.000 hektar. Pemulihan di kawasan hutan merupakan kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sedangkan di kawasan nonhutan itu kewenangan provinsi. Program penanaman pohon AZ Forest ini bisa mengatasi sepertiga dari lahan kritis,” tuturnya.
Dosen Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (ITB) I Gusti Ayu Andani menambahkan, penanaman pohon merupakan salah satu upaya yang bisa diambil dalam penurunan emisi. Sebab, hasil kajian menunjukkan satu pohon rata-rata dapat menyerap sekitar 25 kilogram emisi karbon setiap tahun.
”Emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor mencapai 70.000 kilogram atau 70 ton per tahun. Jadi, perlu jutaan pohon yang ditanam karena setiap hari kendaraan bermotor terus mengeluarkan emisinya. Semua industri perlu mencontoh upaya ini,” katanya.