Di era digitalisasi, ruang ekspresi menjadi semakin luas dan beragam. Pameran ”Re-identify” di Bentara Budaya Jakarta menjadi salah satu wahana multiplatform bagi seniman dan pekerja kreatif untuk berekspresi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan teknologi membawa perubahan di berbagai bidang, termasuk kesenian. Hal ini membuka peluang mengeksplorasi inovasi dengan memanfaatkan teknologi terkini untuk memanggungkan karya seni secara multiplatform.
Dengan memanfaatkan teknologi digital, salah satunya berbentuk non-fungible token atau NFT, para seniman dan pelaku kreatif bisa menampilkan karya secara luar ruangan sekaligus dalam jaringan. Karya yang dihasilkan pun bisa diakses lebih luas karena tidak terbatas ruang dan waktu.
Inovasi ini dihadirkan 34 peserta program Laboratorium NFT Bentara Budaya powered by Astra lewat puluhan karya dalam pameran bertajuk ”Re-Identify” di Bentara Budaya Jakarta. Pameran juga diikuti sejumlah seniman undangan.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Muhammad Neil El Himam mengapresiasi pameran itu dalam memperkuat ekosistem digital di Tanah Air. Ia berharap pameran tersebut meningkatkan literasi digital di kalangan seniman dan pelaku ekonomi kreatif.
”Hal ini demi memajukan kreativitas seni Indonesia di kancah global serta membuka akses pasar lebih luas,” ujarnya saat membuka pemeran itu di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (13/7/2023) malam. Pameran berlangsung hingga 22 Juli mendatang.
Neil menuturkan, sebelumnya karya berbentuk digital dianggap kurang bernilai karena mudah dikopi atau disalin serta disebarluaskan. Namun, teknologi blockchain mengubah anggapan itu karena membuat produk digital bisa bernilai tinggi.
”Besarnya potensi digital dan berkembangnya teknologi blockchain, oleh kami lebih difokuskan terkait perlindungan hingga monetisasi kekayaan intelektual,” ucapnya.
Perkembangan teknologi digital menjadi medan baru bagi seniman dan pekerja kreatif menampilkan karya-karyanya. Alhasil, jangkauannya pun menjadi lebih luas karena mudah diakses melalui ruang virtual.
General Manager Bentara Budaya Ilham Khoiri menuturkan, program Laboratorium NFT Bentara Budaya powered by Astra digagas pada pertengahan 2022. Program ini sekaligus bentuk adaptasi terhadap dinamika global.
”NFT merupakan salah satu bentuk platform visual yang memungkinkan seniman mendapatkan etalase lebih luas dalam jaringan blockchain dengan rangkaian global. Seniman punya copyright jelas. Jika ada transaksi, seniman juga mendapatkan royalti,” ujarnya.
Perkembangan teknologi digital menjadi medan baru bagi seniman dan pekerja kreatif menampilkan karya-karyanya. Alhasil, jangkauannya pun menjadi lebih luas karena mudah diakses melalui ruang virtual.
”Hasil dari program laboratorium NFT kita pamerkan sekarang ini. Ada 34 seniman dari kelas angkatan 1 dan 2. Karyanya berupa instalasi, lukisan, drawing, foto, dan video. Semua karya punya versi NFT sehingga bisa diakses secara luas,” katanya.
Kurator pameran, Aloysius Budi Kurniawan, menyebutkan, di era digitalisasi, ruang ekspresi menjadi semakin luas dan beragam. Pameran ”Re-identify” menjadi salah satu wahana multiplatform bagi seniman dan pekerja kreatif untuk berekspresi.
”Jika sebelumnya pameran seni rupa lebih didominasi dengan pertunjukan karya secara offline, kini kreator bisa mengombinasikan pameran secara online. Bahkan, jenis-jenis karya yang disuguhkan pun kian bervariasi dan interaktif,” ujarnya.
Head of Media Relations Astra Regina Panontongan menuturkan, kemajuan teknologi digital membuat manusia semakin terhubung. Seni digital mengubah paradigma, dari yang sebelumnya berkarya secara fisik, seperti di kanvas, menjadi multiplatform.
”Sekarang bisa dalam bentuk digital dan dimiliki orang di seluruh dunia. Hak ciptanya juga terus terjaga,” ucapnya.