Persiapkan Generasi Z Mengisi Puncak Bonus Demografi
Dari total penduduk Indonesia sebanyak 270,2 juta jiwa pada 2020, proporsi generasi Z mencapai 27,94 persen.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Generasi Z agar tak terlena dengan populasi besar saat Indonesia memasuki puncak bonus demografi. Anak muda harus bisa turut mempersiapkan diri sedini mungkin untuk bisa bersaing. Hal ini supaya mereka tidak menjadi penonton di masa mendatang.
Dalam forum bertajuk Festival Generasi Z 2023, komunitas sosial anak muda, CentennialZ mengadakan konferensi membahas tantangan dan persiapan generasi Z pada masa mendatang. Dalam forum tersebut hadir pembicara, yakni para praktisi senior dan muda dari berbagai bidang.
”Ke depan, persaingan semakin sulit. Generasi Z harus memperkuat diri sendiri dengan mempersiapkan skill agar tidak menjadi penonton nantinya,” kata Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim saat sesi diskusi Festival Generasi Z 2023 di Jakarta, Sabtu (8/7/2023).
Jika merujuk Badan Pusat Statistik, generasi Z didefinisikan sebagai penduduk yang lahir pada 1997-2012. Dari total penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa berdasarkan Sensus Penduduk 2020, proporsi generasi Z mencapai 27,94 persen.
Pada usia emas ke-100 tahun Indonesia, generasi Z diproyeksikan menyumbang tenaga usia produktif cukup besar pada 2045. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memprediksi, saat puncak demografi 2030-2040, jumlah usia produktif di Indonesia mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk.
Silmy mengungkapkan, anak muda tidak boleh terlena dengan populasi besar di masa depan. Menurut dia, jika tidak mempersiapkan diri dengan baik, kesempatan tersebut justru hanya akan dinikmati sedikit populasi.
”Perlu sejak dini memperbanyak relasi serta mengembangkan skill. Dengan demikian akan menciptakan sebuah trust (kepercayaan) dari orang lain. Jangan sampai kita menjadi penonton di masa depan,” ujar Silmy yang pernah menjadi Direktur Utama Krakatau Steel.
Anak muda perlu mengetahui tentang dirinya, bisa membawa diri, serta tepat dalam menempatkan diri.
Pandangan serupa diutarakan Tsamara Amany, politisi muda sekaligus Founder Teman Sandar. Menurut perempuan berusia 27 tahun tersebut, keterampilan harus menjadi perhatian anak muda sebagai calon angkatan kerja.
Selain itu, lanjut Tsamara, anak muda harus mampu mengembangkan keterampilan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun, di sisi lain, dia mengharapkan peran pemerintah untuk menjembatani anak-anak muda menemukan keselarasan tersebut.
Dia mengingatkan ancaman pengangguran terdidik yang masih membayangi Indonesia akibat tidak adanya keselarasan antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan kerja. Jika merujuk data Survei Angkatan Kerja Nasional BPS, pada 2021 total ada 1,2 juta penganggur lulusan diploma dan sarjana. Itu artinya, ada 14,3 persen penganggur terdidik dari total penganggur di Indonesia.
”Dengan demikian, perlu ada jaminan dan tanggung jawab bersama memastikan angkatan kerja ke depan memiliki skill serta melakukan upskiling,” kata Tsamara.
Sementara Komisaris Independen PT Bank Syariah Indonesia dan Ketua Umum Pengurus Besar HMI periode 2013-2015, Arief Rosyid Hasan mengingatkan anak muda dalam memegang nilai-nilai luhur serta refleksi diri sendiri. ”Anak muda perlu mengetahui tentang dirinya, bisa membawa diri, serta tepat dalam menempatkan diri,” ujarnya.
Arief berpandangan hal ini berkaitan dengan persaingan yang akan semakin ketat. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) seharusnya tidak menjadi ketakutan, tetapi harus menjadi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Beri kesempatan anak muda
Di sisi lain, Arief berpandangan, anak muda harus diberi kesempatan sebagai penempaan mereka. Anak muda yang diberi tanggung jawab akan menjadi jalan untuk membuktikan kualitas diri.
”Para senior harus mampu memberikan kesempatan pada junior. Tetapi, juga yunior harus mencari cara untuk mendapat kesempatan itu,” kata Arief.
Begitu pula, menurut Silmy, harus ada kesempatan bagi anak muda. Di sisi lain, anak muda harus menunjukkan kapabalitas atas keterampilan mereka agar kesempatan tersebut bisa datang.
”Ibaratnya seperti menyalakan kembang api. Anak muda harus menunjukkan eksistensi skill mereka bahwa mereka bisa diberikan tanggung jawab,” ucap Silmy.