Pacu Kreativitas Milenial dan Gen Z
Untuk mampu bertahan dan piawai menemukan solusi di berbagai situasi yang tidak pasti, anak muda perlu terus mengasah kreativitasnya sebagai penerus bangsa yang inovatif dan antibaper.
JAKARTA, KOMPAS — Dalam rangka menyokong ekonomi kreatif Tanah Air, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menilai kreativitas generasi milenial dan generasi Z perlu dipacu. Dengan kreativitas kedua generasi tersebut,khususnya dalam pemasaran, penjualan produk-produk Indonesia dapat melesat.
Pendapat itu dinyatakan dalam pidato kunci Kompasfest 2023: Creation yang diselenggarakan harian Kompas di Senayan Park, Jakarta, Sabtu (17/6/2023). Perhelatan yang menghadirkan beragam konferensi, kelas,dan hiburan itu berlangsung hingga hari ini.
Mengutip data Famous Allstars (FAS), Sandiaga menyebutkan, nilai industri kreator konten di Indonesia sebesar Rp 4 triliun-Rp 7 triliun dan akan naik lima kali lipat pada 2027. Meskipun demikian, Indonesia masih di tahap ekonomi kreator 2.0. Artinya, mayoritas kreator konten Tanah Air masih mengandalkan pengikut akun media sosialnya untuk mengampanyekan merek orang lain.
”Kita perlu meningkatkannya menjadi ekonomi kreator 3.0 yang berarti (kreator konten) mempromosikan karya sendiri dan memiliki hardcore follower,” ujar Sandiaga, yang hadir secara dalam jaringan.
Menurutnya, status menjadi ekonomi 3.0 penting untuk mendorong publik membeli produk-produk Indonesia. Dia mencontohkan sebuah jenama kerupuk udang Tanah Air diminati di China lantaran penjualan di TikTok setempat.
Karena peran strategis ekonomi kreator tersebut, dia berharap Kompasfest dapat menjadi wadah yang memacu generasi milenial dan generasi Z dari segi ketangkasan (agility), kreativitas, dan keingintahuan (curiousity). Dia optimistis, ekonomi kreatif dapat menjadi sektor ideal di masa depan karena kreativitas menjadi sumber daya yang dimiliki masing-masing individu serta bersifat orisinil, otentik, unik, dan terbarukan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan, generasi milenial merupakan penduduk yang lahir pada 1981-1996, sedangkan generasi Z lahir pada 1997-2012. Dari total penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa berdasarkan Sensus Penduduk 2020, proporsi generasi milenial sebanyak 25,87 persen dan generasi Z mencapai 27,94 persen.
Artinya, proporsi kedua generasi itu mencapai lebih dari setengah penduduk Indonesia. Oleh sebab itu, Sandiaga berpesan kepada generasi tersebut untuk tetap belajar serta meningkatkan kapasitas dengan integritas sehingga menjadi unggul dan berdaya saing.
Mengutip data BPS, dia menambahkan, nilai ekspor dari sektor ekonomi kreatif mencapai 25 miliar dollar AS. Jumlah tenaga kerja di bidang ekonomi kreatif meningkat lebih dari 2 juta orang dibandingkan pada posisi 2021.
Sebelumnya saat membuka Kompasfest, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra menilai kreativitas menjadi salah satu kunci untuk bertahan dan menemukan solusi dalam situasi yang penuh kerentanan dan ketidakpastian. Dia mengimbau anak muda untuk memiliki kreativitas dengan landasan informasi akurat dan terverifikasi sehingga kreasinya berdampak positif bagi kemajuan bangsa.
”Kreasi itu upaya menciptakan sesuatu dari yang belum ada menjadi ada memperbarui sesuatu dengan orisinalitas,” tuturnya.
Berkreasi, lanjutnya, dimulai dari kreativitas yang saat ini makin relevan dengan era VUCA yang merupakan kepanjangan dari volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas). Dia menilai, kreativitas membuat seseorang mampu fleksibel dan adaptif di era VUCA yang sarat dengan kerentanan, bahkan menemukan solusi-solusi baru.
Dia memaparkan sejumlah kiat menjadi seorang yang kreatif. Pertama, kreativitas membutuhkan rasa ingin tahu. Kedua,kreatif perlu kemampuan mencari beragam jalan atau alternatif dalam mencapai tujuan. Ketiga, kreativitas memerlukan keberanian untuk mengambil risiko karena dalam menemukan sesuatu yang baru terdapat peluang gagal.
Kreasi pertanian
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030-2040. Artinya, proporsi penduduk berusia produktif (15-64 tahun) mendominasi populasi. Bappenas memperkirakan, jumlah penduduk usia produktif pada rentang tahun tersebut mencapai 297 juta jiwa atau 64 persen dari populasi.
Oleh sebab itu, kelompok muda saat ini didorong untuk berdaya, berkreasi, maupun produktif di sektor riil yang diminati agar Indonesia dapat menikmati bonus demografi tersebut. Menurut Founder Petani Muda Keren AA Gede Agung Wedhatama P, pemuda dapat terjun ke sektor pertanian untuk menyokong cita-cita bonus demografi tersebut.
Dia berpendapat, kawan-kawan muda mesti mampu melihat potensi sektor pertanian sebagai ladang berkreasi. ”Pertanian menjadi sektor paling menarik karena permintaan unlimited dari kebutuhan pakan dan pangan. Kini, anak muda dapat bertani dengan mudah lewat aplikasi ponsel. Contohnya sekarang, meskipun saya di sini (Jakarta), saya dapat memantau kebun saya dan mengontrol penyiraman (jika dibutuhkan),” katanya seraya menunjukkan ponselnya saat sesi Local Innovators: The Agriculture Heroes.
Executive Vice President Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Retail PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tonny Bellamy berpendapat, tranformasi ke cara bertani modern tidak melihat usia, muda maupun tua dapat menjalankannya. Perseroan pun siap menyediakan energi untuk menyokong pertanian modern sarat dengan penggunaan teknologi yang membutuhkan tenaga listrik yang andal.
Anti baper
Di sesi dalam sesi Comedy in Tragedy: CreatingOpportunity Beyond Limitation, Komika Yudha Keling dan Dani Aditya menegaskan,keberanian untuk menertawakan diri sendiri sebagai bentuk perwujudan antibaper yang sepatutnya dimiliki generasi muda.
”Berani menertawakan diri sendiri itu membuat hidup lebih plong. Ini juga menjadi cara mengelola diri bahwa semua orang pasti pernah mengalami hal buruk. Jadi, untuk bisa beradaptasi dan menerima ya belajar juga untuk tidak baper,” kata Yudha.
Dani yang merupakan komika disabilitas pertama di Indonesia mengungkapkan, kondisi fisik dirinya justru menjadi amunisi untuk melawak. Ia pun membuktikan dirinya mampu melalui berbagai ujian kehidupan, bertahan, bahkan menjadi sukses karena mau beradaptasi dan merangkul apa yang disebut orang kekurangan.
”Ini bukan kekurangan, ini justru kelebihan. Saya jugategaskan orang cacat itu setara. Apa yang saya lakukan saat ini sekaligus untuk menunjukkan anak cacat itu bukan untuk dikucilkan, tapi sudah semestinya bisa diterima dan tetap bisa berkarya,” ujar Dani.
Baca juga: Saatnya Anak Muda Berkarya
Pada sesi selanjutnya, tiga kreator konten, yakni Kevin Nguyen, Vina Muliana, dan Erika Ricardo, membagikan tips sekaligus memantik semangat anak muda untuk memanfaatkan platform media sosial sebagai sarana pengembangan diri sesuai dengan minat dan bakatnya.
”Kalau dibilang Gen Z itu generasi strawberry atau lembek, saya enggak setuju. Kalau saya lihat dari dunia HR, Gen Z ini sebenarnya bersedia bekerja lembur melebihi batasan waktu dan lain sebagainya asalkan value perusahaan tempatnya bekerja memang sesuai dengan dirinya,” ujar Vina.
Pernyataan ini disepakati oleh Erika dan Kevin yang merupakan representasi dari Generasi Z. Mereka menuturkan, generasi Z sebenarnya punya kepedulian tinggi terhadap berbagai isu. Hanya saja, sebagian terkendala untuk berani berbicara atau bahkan tak memiliki akses yang memadai.
Mereka pun mendorong agar anak muda bisa menjadikan medial sosial sebagai sarana untuk berani berpendapat. ”Selama tidak menyinggung SARA, bukan hoaks, misinformasi, dan disinformasi, media sosial ini bisa menjadi alat yang pas bagi generasi muda. Karena itu, sebelum bikin konten, ada baiknya riset agar data dan faktanya tepat sehingga orang memperoleh informasi yang berguna,” ujar Kevin, yang aktif membuat konten tentang politik dan sejarah.
Namun, untuk mengelola konten ini, diperlukan konsistensi dan dedikasi yang tinggi. “Saya yakin, kok, Generasi Z ini mampu. Yang terpenting sekarang mulai saja dulu. Eksplor banyak tema yang ada sampai menemukan yang sesuai. Kami semua juga seperti itu. Enggak ada yang instan,” ujar Vina.