Sampah Plastik dan Karbon Dioksida Diubah Menjadi Energi Terbarukan
Reaktor bertenaga surya dapat mengubah karbon dioksida dan sampah plastik menjadi bahan bakar berkelanjutan.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Kondisi di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang di Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/6/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Peneliti dari Universitas Cambridge mengembangkan reaktor bertenaga surya yang dapat mengubah karbon dioksida dan sampah plastik menjadi bahan bakar berkelanjutan serta produk kimia berharga lainnya. Inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar fosil.
Mengutip Science Daily, Kamis (29/6/2023), penemuan tersebut menunjukkan bagaimana karbon dioksida, baik dari knalpot industri maupun udara, dapat diubah menjadi energi terbarukan yang bersih hanya dengan memanfaatkan energi matahari.
Melalui metode tersebut, para peneliti berhasil mengubah karbon dioksida menjadi ”syngas” atau gas sintetis. Mereka juga berhasil mengubah botol plastik menjadi asam glikolat, yaitu bahan kimia yang biasa ditemukan pada produk kosmetik.
Menurut Kepala Peneliti di Departemen Kimia Yusuf Hamied Universitas Cambridge Erwin Reisner, penelitian tersebut terinspirasi dari fotosintesis, yakni tanaman memanfaatkan sinar matahari dalam proses memasak makanan. Dengan konsep serupa, ia dan tim mengembangkan ”daun buatan” yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi bahan bakar yang didukung matahari.
Karbon dioksida, baik dari knalpot industri maupun udara, dapat diubah menjadi energi terbarukan yang bersih hanya dengan memanfaatkan energi matahari.
Tidak seperti eksperimen sebelumnya yang memanfaatkan sumber karbon dioksida, kali ini para peneliti mengekstraksi karbon dioksida dari limbah industri dan udara sekitar. Teknologi ini dapat menangkap, memusatkan, dan mengubah karbon dioksida menjadi bahan bakar terbarukan.
Konsep ini juga mengambil ide dari penangkapan dan penyimpanan karbon di bawah tanah. Akan tetapi, peneliti mengubah sistem teknologi dengan tenaga surya untuk bekerja dengan gas buang atau langsung dari udara.
”Teknik penangkapan karbon sudah mapan. Namun, sangat sulit untuk memisahkan karbon dioksida dari berbagai molekul yang ada di udara,” ujar Reisner.
Walaupun teknologi yang dibuat masih perlu ditingkatkan, menurut Reisner, temuan tersebut menandakan langkah penting untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Terobosan ini berpotensi menghilangkan kebutuhan akan ekstraksi minyak dan gas yang berbahaya.
Reisner mengemukakan, tujuan akhir dari penelitian tersebut ialah menghilangkan bahan bakar fosil untuk menciptakan ekonomi sirkular yang sesungguhnya. ”Kami tidak hanya tertarik pada dekarbonisasi, tetapi juga dengan ’defosilisasi’. Kami perlu sepenuhnya menghilangkan bahan bakar fosil untuk menciptakan ekonomi sirkular yang sesungguhnya,” kata Reisner.
Menurut anggota peneliti dari Departemen Kimia Universitas Cambridge, Qian Wang, memanen energi matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi bahan bakar adalah cara yang menjanjikan untuk mengurangi emisi karbon serta beralih dari bahan bakar fosil. Namun, sulit untuk menghasilkan bahan bakar bersih tanpa produk sampingan.
Sementara itu, anggota peneliti dari Departemen Kimia Universitas Cambridge lainnya, Sayan Kar, mengatakan, sistem bertenaga surya ini mengambil dua produk limbah berbahaya (emisi plastik dan karbon) dan mengubahnya menjadi sesuatu yang benar-benar berguna.
”Fakta bahwa kami dapat secara efektif mengambil karbon dioksida dari udara dan membuat sesuatu yang berguna darinya adalah sesuatu yang istimewa. Sangat memuaskan saat melihat bahwa kami benar-benar dapat melakukannya hanya dengan menggunakan sinar matahari,” ucapnya.
Kar menambahkan, di masa mendatang, sistem tersebut dapat menjadi lebih serbaguna dan menghasilkan produk yang lebih kompleks, hanya dengan mengubah katalisnya. Para peneliti berharap, suatu hari nanti sistem tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan pabrik daur ulang yang sepenuhnya digerakkan oleh energi surya.
Saat ini para ilmuwan sedang mengerjakan perangkat percontohan. Merekameningkatkan efisiensi untuk menggabungkan penangkapan udara langsung dengan pemanfaatan karbon dioksida sebagai jalan menuju masa depan nol karbon.