Sejumlah kalangan menggunakan istilah ”tembang puitik” untuk menyebut genre musik seriosa.
Oleh
NINOK LEKSONO
·2 menit baca
Di masa lalu tahun 1950-1960-an, saat berlangsung final Pemilihan Bintang Radio atau PBR, jalanan lebih sepi karena warga asyik menyimak acara tersebut. Ibaratnya, kini seperti jika ada pertandingan seru tim sepak bola Indonesia melawan tim tangguh di SEA Games.
Di dalam PBR, satu genre yang ikut dilombakan adalah musik seriosa. Menurut catatan pengamat musik Sutardjo Wiramihardja, ini adalah jenis musik di luar keroncong atau lagu hiburan. Kini, sejumlah kalangan menggunakan istilah ”tembang puitik”, boleh jadi sebagai padanan art song atau lieder (Jerman).
Ini adalah jenis musik di luar keroncong atau lagu hiburan. (Sutardjo Wiramihardja)
Menurut Sutardjo, sejak tahun 1951 sampai pertengahan pertama tahun 1960-an, musik seriosa sangat disukai masyarakat. Tahun 1951 jadi penanda karena pada tahun itulah dimulai PBR dengan mengikutsertakan musik seriosa, yang kira-kira berada di antara musik hiburan dan musik klasik, mungkin setara dengan semiklasik.
Sayang, dalam perkembangannya, musik seriosa tidak selaju seperti musik pop/hiburan. Peminat dan komponisnya turun sehingga karya yang terdengar kurang lebih ”itu-itu saja”.
Namun, genre ini tetap merupakan ”warisan budaya” dalam khazanah musik Indonesia. Suatu ikhtiar harus diupayakan untuk melestarikannya.
Niat ini dapat terwujud belum lama ini atas prakarsa tiga pihak. Pertama adalah Selasar Sunaryo Art Space di Bandung dan kedua IDEAtuls, regu produksi yang peduli dengan pelestarian seni budaya Indonesia agar lebih baik, berjangka panjang, dan bergerak maju. Yang ketiga tentu saja penyanyinya, yang kali ini menampilkan tenor Farman Purnama dan pianis Renardi Effendi.
Farman adalah seorang tenor kenamaan lulusan Konservatori Musik Utrecht hingga tingkat master di bawah bimbingan maestro Henny Diemer, sementara Renardi belajar piano di Yamaha Music School dan melanjutkan studi di Universitas Pelita Harapan hingga lulus cum laude. Kini, ia menjadi komposer dan pianis untuk Jakarta Concert Orchestra. Selain keduanya, juga ada Popo Fauza yang memproduksi musik untuk serial TV dan album pop.
Tim ini merekam 17 lagu seriosa dan 8 lagu di antaranya ditampilkan di Selasar Sunaryo Art Space pada 28 Mei 2023. Delapan lagu yang dinyanyikan Farman adalah ”Awan” (ciptaan Binsar Sitompul), ”O Angin” (Cornel Simanjuntak), ”Cintaku Jauh di Pulau” (FX Sutopo), ”Melati di Tapal Batas” (Ismail Marzuki), ”Karam” (Iskandar), ”Puing” (N Simanungkalit), ”Bukit Kemenangan” (Djauhari), dan ”Lukisan Tanah Air” (Yongky Djohari).
Selanjutnya, rekaman yang dibuat cermat ini bisa dinikmati di kanal digital seperti Spotify, Apple Music, dan Youtube Music.
Rekaman ini diharapkan dapat membawa referensi dan inspirasi bagi musik dan pendidikan Indonesia.