Adaptasi Dampak Kekeringan pada Tanaman Pekarangan
El Nino yang memicu cuaca panas dan kekeringan dapat berdampak terhadap tanaman pekarangan. Hal ini perlu upaya antisipasi dan adaptasi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena meningkatnya suhu muka laut atau El Nino yang memicu cuaca panas atau kemarau panjang hingga kekeringan dapat berdampak terhadap tanaman pekarangan. Dari aspek teknis budidaya tanaman, hal ini memerlukan beragam upaya adaptasi dampak kekeringan terhadap tanaman pekarangan.
Direktur Eksekutif Yayasan Belantara Dolly Priatna mengemukakan, El Nino adalah kejadian cuaca yang tidak dapat diprediksi sekitar 2-7 tahun sekali dan biasanya berlangsung selama 9-12 bulan. Dampak El Nino akan membuat Indonesia dan Australia lebih kering dari biasanya sehingga meningkatkan bahaya kekeringan panjang dan kebakaran lahan.
”El Nino akan berdampak pada vegetasi tumbuhan, seperti membuat stres, kekeringan sehingga memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman tersebut,” ujarnya dalam diskusi daring tentang antisipasi dan adaptasi El Nino pada tanaman pekarangan, Jumat (9/6/2023).
Menurut Dolly, dampak El Nino pada vegetasi tumbuhan akan memicu perubahan fenologi, seperti proses perbungaan atau tumbuhnya daun muda. Perubahan ini berpotensi menyebabkan ketidaksesuaian dengan serangga penyerbuk yang berujung pada kurangnya produksi benih dan mengubah interaksi ekologis dari berbagai komponen di alam.
El Nino akan berdampak pada vegetasi tumbuhan, seperti membuat stres, kekeringan sehingga memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman tersebut.
Salah satu yang terdampak kekeringan akibat El Nino ialah tanaman pekarangan. Berdasarkan jenisnya, tanaman pekarangan terdiri dari tanaman hias, sayuran, buah, dan obat. Sementara dari spesifikasi khususnya, terdapat kelompok rerumputan, tanaman semusim, dan tahunan.
Tanaman pekarangan juga memiliki empat teknik budidaya, yakni hidroponik, media pot untuk ukuran kecil, tabulampot untuk ukuran besar, dan media tanah. Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik memiliki kecenderungan membutuhkan banyak air. Sementara pada media tanah, tanaman tidak harus terus disiram dengan air.
Anggota Tim Teknis Program Kampung Iklim (Proklim) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Muhammad Kundarto, mengatakan, tanaman pekarangan memiliki jenis dan teknik budidaya yang beragam. Oleh karena itu, upaya antisipasi dampak El Nino terhadap tanaman pekarangan memiliki tata kelola yang berbeda.
”Upaya antisipasi dan adaptasi terkait El Nino pada tanaman pekarangan perlu disesuaikan dengan lokasi, kondisi, dan teknik budidayanya. Sebab, hal ini akan berpengaruh nantinya terhadap bagaimana proses pengawetan air,” tuturnya.
Beberapa upaya antisipasi yang perlu dilakukan, menurut Kundarto, adalah menyiram tanaman pekarangan pada waktu yang lebih pagi, sekitar pukul 06.00-08.00, atau lebih sore, pada pukul 16.00-18.00. Upaya lainnya, dengan tidak memangkas tanaman kecuali dalam kondisi darurat karena akan meningkatkan suhu tanaman.
Terkait upaya adaptasi kekeringan, Kundarto menyarankan agar melakukan budidaya tanaman yang tahan terhadap kondisi panas. Di sisi lain, tanaman semusim yang tidak tahan kekeringan dapat diberi naungan atau diletakkan di bawah naungan untuk mengurangi intensitas paparan sinar matahari secara langsung.
Upaya adaptasi lainnya bisa dilakukan dengan memberi mulsa atau penutup tanah dengan rumput kering untuk mengurangi evaporasi dan tidak menggemburkan tanah di area pekarangan. Hal terpenting lainnya, menerapkan irigasi tetes langsung di daerah perakaran tanaman.
Gerakan masyarakat
Aktivis Proklim Samtama Jakarta, Adian Sudiana, merupakan salah seorang warga yang telah memanfaatkan pekarangan rumah untuk media berbagai jenis tanaman. Upaya Adian ini merupakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk El Nino, di perkotaan.
Adian memandang, selama ini sudah banyak masyarakat perkotaan, khususnya di Jakarta, memanfaatkan pekarangan atau ruang yang terbatas untuk budidaya tanaman seperti sayuran. Kegiatan pertanian tersebut, di antaranya, dilakukan dengan hidroponik, tanaman dalam pot, dan pertanian konvensional.
”Dampak El Nino sudah dirasakan di daerah yang belum mendapat penghijauan secara merata dan diperkirakan dampak ini mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Dengan kondisi ini, gerakan bersama sangat diperlukan melalui program Proklim,” ucapnya.