Tim peneliti dari IPB University mengembangkan minuman herbal dari sargassum atau rumput laut cokelat. Sargassum menjadi campuran karena mempunyai antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan rumput laut hijau dan merah.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Perairan Indonesia sebagai wilayah tropis memiliki sumber daya plasma nutfah rumput laut yang cukup besar di dunia. Kelompok rumput laut terbanyakyang tumbuh di perairan laut Indonesia, yakni alga merah (Rhodophyceae) sekitar 452 jenis, disusul alga hijau (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis, dan alga coklat (Phaeophyceae) dengan 134 jenis.
Sargassumsp adalah bagian dari kelompok rumput laut atau alga coklat yang dapat tumbuh di daerah intertidal atau pasang surut dengan kedalaman hingga 10 meter. Sargassum banyak ditemukan di perairan Indonesia dan tersebar dari Perairan Aceh sampai Papua, seperti Natuna, Selat Sunda, pantai selatan Jawa, dan Kepulauan Seribu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, terdapat 50 jenis rumput laut sargassumdi Indonesia, tetapi baru 15 jenis yang diidentifikasi. Sargassumsangat berpotensi digunakan sebagai bahan baku industri alginat dengan pasar utama China dan Malaysia.
Sejumlah hasil riset menunjukkan sargassummempunyai banyak senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan senyawa kimia utama sargassum,antara lain, alginat, fukoidan, protein, vitamin C, tanin, dan yodium. Banyaknya kandungan dalam sargassum membuat rumput laut jenis ini digunakansebagai bahan maupun campuran dari industri farmasi, tekstil, makanan dan minuman, kertas, serta industri lainnya.
Selain itu, sargassummengandung senyawa-senyawa aktif seperti steroida, alkaloida, fenol, dan triterpenoid yang berfungsi sebagai antibakteri, antivirus, serta antijamur.Kemudian ekstrak sargassumdengan kandungan senyawa fenolik juga berpotensi sebagai antioksidan untuk melindungi kematian sel dari dimerisasi dan kerusakan.
Banyaknya kandungan dari sargassum ini juga yang melatarbelakangi tim peneliti dari Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, dan Science Techno Park IPB University mengembangkanminuman herbal laut campuran alami. Sargassum digunakan sebagai bahan campuran dalam minuman herbal bernama Algatea.
Ketua Tim Peneliti Inovasi Algatea Wahyu Ramadhan mengemukakan, sargassum digunakan sebagai bahan pembuat minuman herbal karena salah satu jenis rumput laut yang memiliki banyak kandungan dan manfaat. Hasil kajian dari tim peneliti juga menunjukkan sargassum memiliki kadar antioksidan yang tinggi dengan nilai IC50 (inhibition concentration) mencapai 50-60 juta per bagian (ppm).
Meski demikian, penggunaan sargassum di Indonesia untuk berbagai keperluan khususnya pada bidang pangan masih sangat terbatas dan bersifat lokal. Selama ini, sargassum lebih banyak dimanfaatkan untuk bidangkosmetik, biomedis, farmasi, dan industri, termasuk tekstilserta pembuatan kertaskarena sifatnya yang dapat mengikat air, seperti gel.
Menurut Wahyu, selama ini Indonesia telah dikenal memiliki banyak potensi rumput laut yang telah dieksplorasi ataupun yang belum banyak diketahui fungsinya. Harga dari berbagai jenis rumput laut yang telah banyak dieksplorasi fungsinya ini mayoritas juga sangat bergantung dari produk akhir yang dikembangkan tersebut.
”Contoh produk dari jenis rumput laut merah yang sudah banyak dieksplorasi ini yaitu agar-agar dan karagenan. Jenis rumput laut lainnya di Indonesia yang jarang dieksplorasi dan dikembangkan potensinya yaitu sargassum. Padahal, persebaran sargassum cukup banyak di Indonesia dan memiliki jumlah yang melimpah,” ujarnya, Minggu (4/6/2023).
Pengembangan produk
Riset terkait pengembangan Algatea telah dilakukan tim peneliti IPB khususnya dari Departemen Teknologi Hasil Perairan sejak 2012. Saat itu, tim peneliti berfokus mengembangkan pangan fungsional dari sargassum karena jenis rumput laut ini kurang banyak dieksplorasi untuk berbagai kebutuhan di bidang pangan.
”Kami sudah mengkaji Sargassum sebagai antidiabetes dan sifat lainnya. Bahkan, pada 2012 penelitian sudah mencapai tahap uji in vivo. Namun, pada tahap ini kami baru menguji ekstrak rumput laut meskipun sudah mendapat ekstrak kasar seperti seduhan teh,” ucapnya.
Setelah itu, pada 2013 tim peneliti kembali mengeksplorasi jenis rumput laut lainnya. Hingga pada 2020-2021, tim mulai mengembangkan produk Algatea dari hasil riset dasar terdahulu seiring pencanangan kurikulum baru dari pemerintah yang berfokus agar hasil riset dari perguruan tinggi harus bersinergi dengan sektor industri.
Algatea kemudian dikembangkan sebagai pangan fungsional dengan konsep yang sudah dikemas dan siap minum. Algatea dikembangkan dengan konsep ini karena mayoritas minuman fungsional dibuat tidak siap minum atau masih harus melalui proses penyeduhan.
Kami sudah mengkaji Sargassum sebagai antidiabetes dan sifat lainnya. Bahkan, pada 2012 penelitian sudah mencapai tahap uji in vivo. Namun, pada tahap ini kami baru menguji ekstrak rumput laut.
”Tahun 2021 merupakan inisiasi awal untuk peningkatan produk mulai dari skala laboratorium hingga ke komersialisasi dengan perusahaan. Aspek yang diperhatikan dalam pengembangan produk ini seperti kondisi terhadap suhu, pengawetan, dan ketahanan kandungan antioksidan selama waktu tertentu,” kata Wahyu.
Setelah melalui proses pelatihan dan pengembangan dengan pihak swasta, produk minuman herbal dari sargassum resmi terdaftar dengan merek Algatea. Sebelumnya, produk ini akan diberi nama sargatea, tetapi diurungkan karena nama tersebut beririsan dengan produk lain.
Bahan Campuran
Algatea tidak hanya dibuat dengan bahan sargassum, tetapi juga memiliki beragam bahan campuran dari tanaman herbal lain yang kaya manfaat. Bahan campuran tersebut di antaranya tanaman bunga telang, kayu secang, serai, jahe, lemon, dan madu. Penambahan bahan lain ini membuat Algatea memiliki tiga varian rasa, yakni jahe, lemon, dan serai.
Meski memiliki beragam bahan campuran dari tanaman herbal, Wahyu menekankan, minuman ini tidak bisa diklaim mempunyai beragam manfaat dan khasiat. Sebab, arah pengembangan Algatea bukan sebagai jamu dan tidak melalui proses uji klinis.
Kendati demikian, pada umumnya semua bahan campuran dalam Algatea seperti sargassum, jahe, hingga secang telah banyak dikenal secara luas memiliki kandungan yang baik bagi tubuh. Beragam kandungan dari bahan-bahan Algatea juga membuat minuman ini bisa dikonsumsi oleh semua orang dari beragam kalangan umur, termasuk anak kecil.
”Kami tidak berani mengklaim sesuatu di luar batas wajar karena tujuan utamanya, yaitu membawa bahan pangan dari penyajian secara tradisional menjadi lebih modern. Ke depan, kami tengah melakukan riset untuk mengembangkan variasi produk ini dengan penambahan bakteri asam laktat yang baik bagi kesehatan pencernaan,” ungkap Wahyu.
Tingginya potensi rumput laut di Indonesia membuat KKP terus berupaya meningkatkan produksi melalui sektor budidaya. KKP juga mendorong agar pelaku usaha atau investor dapat turut menggarap potensi industri pengolahan rumput laut di Indonesia guna meningkatkan daya saing dan nilai ekspor produk tersebut di pasar dunia.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu sebelumnya menyebut bahwa KKP juga turut mengupayakan untuk mengembangkan budidaya rumput laut di wilayah-wilayah perbatasan. Upaya tersebut dilakukan melalui program pengembangan budidaya rumput laut mulai dari proses pembibitan, penyuluhan, hingga pembuatan sentra kawasan.