Ujian tulis berbasis komputer untuk masuk perguruan tinggi negeri semakin sulit dicurangi. Namun, tetap ada peserta yang tergoda berbuat curang dengan bantuan pihak lain.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Pelaksanaan ujian tulis berbasis komputer atau UTBK gelombang kedua untuk penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri tahun ini diikuti lebih dari 215.000 calon mahasiswa. Jumlah peserta di gelombang kedua yang dimulai pada 22-28 Mei 2023 lebih sedikit atau hampir separuh dari peserta tes gelombang pertama. Para peserta diingatkan untuk tidak curang saat menjalankan tes.
”Adik-adik santai saja mengerjakan ujian, tidak usah stres. Jangan juga curang karena itu merugikan diri sendiri. Percaya diri saja dengan kemampuan diri sendiri,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam kepada para peserta sebelum UTBK gelombang kedua digelar di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/5/2023).
Nizam didampingi Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset UI Dedi Priadi; Ketua Pelaksana Eksekutif Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) PTN 2023 Budi Prasetyo Widyobroto; serta Wakil Ketua I Tim Penanggung Jawab SNPMB Yuliandri. Mereka memantau pelaksanaan UTBK gelombang kedua di Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta di Rumpun Ilmu Kesehatan UI. Peserta yang sudah bersiap di tempat duduk masing-masing mendengarkan kata-kata penyemangat sekaligus pengingat untuk mengutamakan kejujuran alias tidak curang.
Nizam mengatakan, pelaksanaan UTBK tahun 2023 yang disesuaikan dengan transformasi seleksi masuk PTN ini berjalan lancar di dua gelombang. Bahkan, di tahun ini jumlah peserta yang tidak hadir menurun dan jumlah peserta meningkat.
”Transformasi seleksi masuk PTN yang mengutamakan tes potensi skolastik (TPS) ini diharapkan berkeadilan untuk semua peserta. Tahun ini semakin baik, terlihat jumlah peserta yang tidak hadir menurun di kisaran 2 persen saja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 4 persen. Dengan transformasi UTBK tahun ini, diharapkan dapat mendorong lulusan SMA/SMK sederajat lebih antusias untuk mengikuti seleksi di PTN,” kata Nizam.
Seleksi nasional berdasarkan tes di PTN tahun ini tidak lagi ada pengelompokan calon peserta kelompok sains dan teknologi, sosial humaniora, dan campuran. Peserta menjalankan UTBK TPS untuk menguji kemampuan literasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, numerasi, logika, hingga berpikir kritis. Peserta juga dapat memilih program studi lintas ilmu.
Budi mengatakan, peserta UTBK tahun ini mencapai 803.000 orang. Peserta terbanyak mengikuti tes di gelombang pertama 588.519 orang dan gelombang kedua 215.344 orang. Peserta penyandang disabilitas juga difasilitasi dengan baik. Para peserta menjalankan tes di 74 pusat UTBK di seluruh Indonesia.
Potensi kecurangan
Menurut Budi, pengembangan sistem UTBK terus ditingkatkan setiap tahunnya untuk mencegah kecurangan. Namun, potensi kecurangan tetap saja bisa terjadi.
”Peserta sebenarnya tahu bahwa untuk curang semakin sulit. Apalagi dengan model ujian TPS yang fokus pada kemampuan literasi dan penalaran, bukan lagi terkait dengan materi mata pelajaran di SMA sederajat. Tiap peserta juga berbeda soalnya. Bahkan, tidak ada lagi pilihan A, B, C, D, E, tetapi langsung mengeklik di kotak yang tersedia di pilihan. Namun, nyatanya ada saja peserta yang tergoda untuk curang dengan bantuan alat komunikasi,” kata Budi.
Pada gelombang pertama, ada laporan upaya kecurangan dari sejumlah peserta. Diduga kuat karena ada jaringan yang menawarkan jasa menjawab soal dengan cara berkomunikasi lewat handphone yang diselundupkan secara ilegal oleh peserta.
Malulah untuk berbuat curang karena yang rugi diri sendiri. Jika bisa masuk PTN dengan cara curang, bisa saja nantinya karena tidak mampu, justru nanti kuliahnya tidak berhasil.
Yuliandri, yang juga Rektor Universitas Andalas, mengatakan, panitia UTBK di tiap PTN sudah mengantisipasi upaya kecurangan yang bisa dilakukan peserta. Jika dalam pemeriksaan sebelum masuk ruang tes dengan menggunakan metal detektor didapati ada upaya untuk curang, peserta diminta untuk membuat berita acara pemeriksaan (BAP). Selanjutnya, apabila dalam pemeriksaan ada dugaan terkait jaringan, panitia juga melaporkan ke kepolisian setempat.
”Kami ingin membuat efek jera supaya kecurangan tidak terjadi. Untuk sanksi bagi peserta akan dilihat sesuai BAP. Kami serius membangun sistem untuk mengantisipasi kecurangan dalam penerimaan mahasiswa baru di PTN,” jelas Yuliandri.
Nizam mengakui, tiap tahun upaya untuk mengatasi kecurangan tetap menjadi pekerjaan rumah bagi panitia seleksi masuk PTN. Dari sisi penyelenggara, Nizam mengapresiasi pengamanan fisik hingga perangkat lunak (software) yang semakin baik untuk mengantisipasi kecurangan agar proses seleksi berjalan adil dan PTN mendapatkan calon mahasiswa baru yang potensial.
”Malulah untuk berbuat curang karena yang rugi diri sendiri. Jika bisa masuk PTN dengan cara curang, bisa saja nantinya karena tidak mampu, justru nanti kuliahnya tidak berhasil,” kata Nizam.
Sementara itu, Dedi mengatakan, penyelenggaraan UTBK mulai tahun ini jadi lebih efektif. Sebab, tidak ada lagi pengelompokan ruangan untuk rumpun sains dan teknologi, sosial humaniora, dan campuran. Semua peserta menjalankan satu model tes, yakni TPS. UI melayani sekitar 58.000 peserta UTBK tahun ini.
Jalur mandiri
Usai pelaksanaan seleksi masuk PTN secara nasional, penerimaan mahasiswa baru dilanjutkan lewat jalur seleksi mandiri. Nizam mengatakan, pelaksanaan seleksi mandiri untuk tiap PTN diberi batas waktu paling lama hingga akhir Juli 2023.
”Ketentuan seleksi mandiri hingga maksimal akhir Juli sudah tertuang dalam Permendikbudristek. Kami menekankan semua PTN patuh dengan jadwal,” ujar Nizam.
Menurut Nizam, kuota kuliah di PTN tetap lebih sedikit dibandingkan lulusan SMA/SMK sederajat tiap tahunnya, yaitu di kisaran 35 persen. Dengan demikian, masih banyak peluang bagi perguruan tinggi swasta (PTS) untuk mendapatkan calon mahasiswa baru.
Nizam mengakui, konsentrasi calon mahasiswa memang awalnya lebih fokus untuk mengikuti seleksi di PTN dulu, termasuk jalur mandiri. Karena itu, dengan ditetapkan berakhirnya proses seleksi paling lama bulan Juli, maka masih ada kesempatan bagi PTS untuk menjaring calon mahasiswa baru.
”Kami mendorong PTS untuk terus meningkatkan kualitas agar orangtua dan calon mahasiswa dengan senang hati masuk PTS. Tidak semua mahasiswa bisa ditampung kuliah di PTN karena daya tampung terbatas,” katanya.
Yuliandri mengatakan, tiap PTN harus melaporkan daya tampung mahasiswa baru kepada Ditjen Dikti. Ada kuota yang harus dipatuhi untuk seleksi nasional di jalur prestasi dan tes, serta mandiri. Di jalur mandiri ada keleluasaan PTN untuk bisa mengombinasikan cara menerima mahasiswa baru. Ada yang lewat penilaian prestasi, tes, atau kombinasi, bahkan dengan pola kerja sama, hingga seleksi bersama dengan PTN lain.
”Untuk daya tampung PTN sudah dilaporkan di awal tahun. Jadi tidak bisa juga bagi PTN untuk memperbanyak kuota di jalur mandiri karena sudah dilaporkan,” kata Yuliandri.
Budi menambahkan, di aturan terbaru tentang seleksi mahasiswa baru di PTN, jika kuota di tiap jalur tidak terpenuhi, bisa dialihkan ke jalur selanjutnya, termasuk mandiri. Sebagai contoh, di jalur seleksi berdasarkan prestasi ada kuota yang tidak terpenuhi termasuk ada calon mahasiswa yang tidak mendaftar ulang, maka kuota sisa bisa dialihkan ke jalur UTBK dan jika masih tersisa ke jalur mandiri.