Konvergensi Pembangunan Menuju Indonesia Emas 2045
Visi Indonesia Emas 2045 memerlukan perencanaan pembangunan yang matang. Hal ini coba diwujudkan melalui melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·5 menit baca
Visi Indonesia Emas 2045 memerlukan perencanaan pembangunan yang matang. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional berupaya mewujudkannya melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045.
Terdapat lima sasaran yang harus dicapai, yaitu pendapatan per kapita setara dengan negara maju, kemiskinan menuju 0 persen dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh dunia internasional meningkat, daya saing sumber daya manusia meningkat, serta intensitas emisi gas rumah kaca menurun menuju net zero emission. Namun, juga terdapat tantangan di berbagai bidang untuk mewujudkannya.
RPJPN 2025-2045 diharapkan menampung mimpi-mimpi besar anak bangsa menyambut usia 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Bagaimana pemerintah merancang RPJPN tersebut menuju Indonesia Emas 2045? Berikut petikan wawancara harian Kompas dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa di Jakarta, Rabu (24/5/2023).
Apa yang sedang dirancang oleh Bappenas untuk Indonesia Emas 2045?
Rencana pembangunan jangka panjang dibikin setiap 20 tahun. Untuk 20 tahun pertama (2005-2025) sudah kita lakukan. Sekarang kami diminta menyiapkan RPJPN 2025-2045. Karena 2045 itu 100 tahun kemerdekaan Indonesia, jadi kami juga mempersiapkan itu.
Kami sudah mendapatkan izin prakarsa dari Presiden (Joko Widodo) untuk menyusun RPJPN. Menurut arahan Presiden, RPJPN hendaknya menjadi pedoman bagi calon presiden, calon wakil presiden, dan calon-calon kepala daerah di masa mendatang.
Karena menjadi pedoman, semua perencanaan pembangunan secara nasional itu konvergen. Dengan begitu, pembangunan oleh pemerintah pusat yang dilakukan di daerah disambut dan berjalan beriringan dengan pembangunan pemerintah daerah.
Kalau keadaan sekarang, ada inisiasi pembangunan dari pemerintah pusat, tetapi pemda punya interest lain. Kami berharap ke depan bisa lebih sinkron. Alhasil, akan terbentuk efisiensi anggaran dan pembiayaan, serta cara mencapainya pun bisa secara keroyokan atau berbarengan.
Namun, tetap terbuka peluang kreativitas bagi presiden, wakil presiden, gubernur, bupati, dan wali kota yang akan datang dalam koridor yang diberikan oleh RPJPN itu. Keadaan dunia itu dinamis. Jadi, kami tidak sedang membuat perencanaan yang membuat Indonesia statis.
RPJPN ini milik bersama. Jangan sampai menganggap itu dilahirkan Bappenas atau pemerintahan Joko Widodo. Ini adalah milik negara dan ada proses politiknya, yaitu undang-undang. Oleh sebab itu, harapannya nantinya bisa diikuti.
Berarti rumusan RPJPN ini harus canggih karena sasarannya harus tepat. Bagaimana Bappenas menyiapkan rumusan ini dan apakah sudah melibatkan futurolog?
Menjelang akhir abad ke-20, para futurolog muncul dengan gagasan-gagasan luar biasa. Yang kita ingat ada Alvin Toffler, Herman Kahn, dan John Naisbitt.
Ada juga film Hollywood tahun 1960 yang memperkirakan pada 2000-an itu kalau kita menelepon sudah bisa lihat orangnya. Tidak perlu lagi kerja di kantor, tetapi bisa jarak jauh. Hal itu pun terjadi.
Jadi, benar (melibatkan) futurolog itu. Kami sudah mulai mengajak beberapa futurolog, tetapi belum intens berbicara dengan mereka.
Dalam perencanaan, memang beberapa negara menyusun perencanaan jangka panjang. China membuat perencanaan 100 tahun. Amerika Serikat tidak bikin (perencanaan) panjang, tetapi mereka punya strategi goals, misalnya mengirimkan warganya ke luar angkasa.
Dalam RPJPN, apakah ada hal-hal yang membangkitkan mimpi anak-anak Indonesia di 2045?
Mimpi itu harus achievable (dapat dicapai). Kita punya cita-cita akan menjadi jagoan di seaplane karena Indonesia negara kepulauan. Tidak perlu membuat banyak bandara di darat.
Mengapa tidak mengembangkan bandara dan pelabuhan sekaligus? Jadi, ke depan Indonesia bisa jadi salah satu raja seaplane. Kita sedang mendorong ke sana.
Publik juga bisa dilibatkan untuk menyumbang mimpi. Menjadi ”raja” seaplane di dunia merupakan satu mimpi yang harus kita wujudkan. Hal itu rasional di negara kepulauan sebesar ini.
Karena menjadi pedoman, semua perencanaan pembangunan secara nasional itu konvergen. Dengan begitu, pembangunan oleh pemerintah pusat yang dilakukan di daerah disambut dan berjalan beriringan dengan pembangunan pemerintah daerah.
Tantangan di bidang pendidikan juga besar. Bagaimana mau meningkatkan produktivitas jika pendidikan tidak mendukung?
Kami mengusulkan perubahan mendasar dalam kurikulum sekolah dasar. Misalnya ada tiga bahasa yang harus dikuasai sejak SD, yaitu bahasa daerah karena itu budaya dan jati diri sebagai bangsa, bahasa Inggris, dan bahasa coding.
Sejalan dengan itu, riset masa depan akan bergerak jauh. Konsolidasi riset sekarang mudah-mudahan bisa dipakai terus. Namun, kita harus punya riset-riset masa depan yang dipilih oleh kita sendiri, seperti riset untuk industrialisasi.
Yang sangat menjanjikan dan kita punya kesempatan adalah industrialisasi, khususnya manufaktur. Setelah reformasi, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB (produk domestik bruto) terus menurun.
Saat ini di bawah 20 persen. Kami berhadap pada 2045 kontribusinya bisa mendekati 30 persen. Jadi, industrialisasi harus tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana dukungan asupan makanan untuk membangun SDM di masa depan?
Ketahanan pangan juga perlu diperhatikan. Daerah-daerah yang menjadi lumbung pangan harus dipertahankan. Namun, ukurannya tidak lagi sebatas beras.
Riset terapan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas benih dan menjamin kualitasnya. Bagaimana mengarah ke pangan organik yang lebih sehat. Orang Indonesia ke depan harus sehat dan cerdas.
Setelah sehat dan cerdas baru bisa berkarier. Itulah yang kami sebut dalam transformasi sosial. Selain itu, sistem kesehatan diatur lebih baik. Begitu juga dalam intervensi kesehatan, imunisasi, dan vaksinasi.
Ada faktor eksternal yang mungkin memengaruhi Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas 2045, misalnya geopolitik dan perubahan iklim. Bagaimana tanggapannya?
Indonesia memiliki kekayaan biota laut dan hutan. Kita juga punya koral. Semua itu harus dijaga.
Sejumlah pulau di Indonesia mengalami abrasi karena mangrove dibabat. Padahal, mangrove itu yang menjaga pulau-pulau kita. Penting bagi Indonesia melakukan perlindungan mangrove besar-besaran.
Terkait geopolitik, kita harus punya kemampuan yang setidaknya punya deterrentefect. Jangan sampai kita ditertawakan. Prajurit kita hebat-hebat, tetapi peralatannya kurang. Ke depan, kita harus bisa buat peralatan sendiri.