Perkuat Pendidikan Karakter Menyongsong Indonesia Emas 2045
Potensi kemajuan ekonomi Indonesia dari bonus demografi 2045 perlu dibarengi dengan pendidikan karakter. Tujuannya membangun jati diri, mentalitas, integritas, etos, dan budi pekerti generasi masa depan bangsa.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Mural bertema pendidikan karakter dan budi pekerti tergambar di tembok sebuah sekolah di kawasan Karang Tengah, Jakarta, Senin (4/11/2019).
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia diproyeksikan menuai bonus demografi pada 2045 karena akan didominasi penduduk berusia produktif. Peluang ini mesti dioptimalkan dengan memperkuat pendidikan karakter dalam menyongsong era Indonesia emas 2045 saat mencapai usia 100 tahun kemerdekaan.
Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amich Alhumami mengatakan, mayoritas penduduk berusia produktif itu menjadi modal kuat mewujudkan Indonesia emas. Mereka adalah generasi Y (milenial), Z, dan Alpha yang saat ini sebagian besar merupakan penduduk di kelompok anak, remaja, dan pemuda.
Untuk memaksimalkan potensi itu, dibutuhkan penguatan karakter generasi muda melalui pendidikan. Hal ini bertujuan membangun jati diri, mentalitas, integritas, etos, dan budi pekerti sehingga menempa sumber daya manusia yang berdaya saing.
“Kita perlu membangun karakter bangsa melalui transformasi pendidikan dalam menyongsong Indonesia emas 2045,” ujarnya dalam diskusi ‘Membangun Pendidikan Ramah dan Berkarakter Menuju Indonesia Emas 2045’ di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Lewat Sanggar Juara, anak-anak diberi pengajaran pendidikan karakter.
Amich menuturkan, harapan mewujudkan perekonomian maju pada 2045 harus ditopang dengan taraf pendidikan dan kesehatan penduduk yang baik serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Struktur perekonomian juga akan bergeser dengan semakin gencarnya ekonomi kreatif dan digital.
Kondisi ini sangat mungkin mengubah lanskap pasar kerja di Tanah Air. Oleh karenanya, sistem pendidikan perlu beradaptasi dengan melahirkan lulusan yang menguasai keterampilan dalam berbagai bidang pekerjaan atau transferable skills dan kompetensi transformatif.
Dalam pendidikan karakter, sangat penting menekankan kesadaran atas kemajemukan bangsa dengan berbagai agama, budaya, etnis, ras, bahasa, dan identitas lainnya. Tujuannya menumbuhkan toleransi, kerukunan, dan solidaritas sosial untuk memperkokoh persatuan.
Menurut Amich, mentalitas dan karakter menjadi faktor penentu dalam mencapai kemajuan bangsa. “Hanya dengan kesadaran akan kolektivitas sebagai bangsa majemuk itulah kekuatan-kekuatan yang mungkin terbagi dalam segmentasi masyarakat akan menjadi energi kreatif untuk mendorong pembangunan,” jelasnya.
Mayoritas penduduk berusia produktif itu menjadi modal kuat mewujudkan Indonesia emas. Mereka adalah generasi Y (milenial), Z, dan Alpha yang saat ini sebagian besar merupakan penduduk di kelompok anak, remaja, dan pemuda
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)Anindito Aditomo mengatakan, pihaknya fokus mengembangkan karakter peserta didik yang diterjemahkan dalam profil pelajar Pancasila. Siswa diharapkan memiliki enam karakter utama, yaitu beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, berbineka, serta mandiri.
“Rumusan ini semacam bintang penuntun untuk berbagai program di Kemendikbudristek. Ini sekaligus menunjukkan pengembangan karakter dalam Merdeka Belajar sebenarnya merupakan hal esensial,” ucapnya.
Perundungan
Untuk memotret beragam persoalan di sekolah, Kemendikbudristek menggelar asesmen nasional dengan tiga aspek penilaian, yaitu kompetensi literasi-numerasi, karakter, dan lingkungan pembelajaran. Asesmen ini melibatkan peserta didik, guru, serta kepala satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah.
Anindito menyebutkan, berdasarkan asesmen itu, terdapat 24,4 persen siswa yang mengalami perundungan atau bullying dalam setahun terakhir. Indikator perundungan itu di antaranya dipukul atau ditendang, diancam, dan barangnya diambil atau dirusak siswa lain.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo menghadiri diseminasi RUU Sisdiknas di Jakarta, Senin (12/9/2022).
“Dari sini kami bisa mengidentifikasi sekolah-sekolah yang menjadi sasaran pelatihan anti bullying. Pelatihan itu bertujuan meningkatkan iklim keamanan sekolah,” katanya.
Ketua Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumardiansyah Perdana Kusuma mengatakan, profil pelajar Pancasila dalam membentuk karakter siswa harus terus dikawal. Guru juga berperan mewujudkannya dengan menanamkan nilai-nilai keindonesiaan.
“Kami mengusulkan agar ada juga profil pendidik Pancasila. Guru dan dosen seperti apa yang menjadi teladan di era modern? Pemerintah bisa membuat parameternya,” ucapnya.
Sekretaris Deputi Kebijakan Pembangunan BRINRudi Arifiyanto menuturkan, bonus demografi 2045 sepatutnya dimanfaatkan dengan perbaikan ekosistem pendidikan. Menghadirkan lingkungan pendidikan yang tidak hanya mendukung berbagai kompetensi, tetapi juga ramah bagi siswa.