Kemampuan Adaptasi Kunci Keberhasilan Media Penyiaran
”Kita semua harus bergerak untuk melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berubah cepat. Industri media tidak terbebas dari dampak revolusi digital,” kata Wapres Ma’ruf Amin.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Perkembangan teknologi dan serbuan media sosial memberi tantangan besar pada industri penyiaran. Oleh karena itu, kemampuan adaptasi pada perubahan ini menjadi kunci industri media penyiaran untuk bertahan, bahkan terus berkembang.
”Saya percaya bahwa perubahan adalah keniscayaan. Kita semua harus bergerak untuk melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berubah cepat. Industri media tidak terbebas dari dampak revolusi digital,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam pembukaan Asia Media Summit ke-18 tahun 2023 di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (23/5/2023).
Wapres Amin mengingatkan bahwa kecanggihan teknologi digital tidak sekadar memunculkan gawai model baru. Namun, pola pikir ataupun perilaku konsumen juga berubah. Media sosial bahkan mengubah cara audiens mengonsumsi berita secara drastis. Survei di sejumlah negara pada tahun 2020 menunjukkan lebih dari 50 persen penduduk usia dewasa menjadikan media sosial sebagai sumber berita.
Oleh karena itu, menurut Wapres, kemampuan media untuk beradaptasi di tengah persaingan super ketat dan serbuan konten menentukan keberlangsungan media tersebut. Salah satu yang bisa membuka peluang adalah jejak data preferensi konten, perilaku, dan pola pikir konsumen di dunia digital. Data ini bisa dianalisis dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menguntungkan media.
Selain itu, Wapres juga mengajak media terus memperkuat peran sebagai jembatan komunikasi dan informasi dalam pendidikan publik. Media ditantang untuk konsisten menyebarkan informasi yang valid. Karena itu, media juga bisa berperan meningkatkan literasi publik, termasuk mengomunikasikan agenda-agenda pembangunan serta penguatan demokrasi dan pemulihan ekonomi yang inklusif.
Dalam keterangan seusai pembukaan, Wapres juga mengharapkan rekomendasi dari Asia Media Summit bisa memberi masukan pada kebijakan pemerintah dalam mendorong ekonomi berkelanjutan.
Asia Media Summit (AMS) ke-18 ini diselenggarakan TVRI bersama Asia-Pacific Institute for Broadcasting Development (AIBD) sepanjang 22-25 Mei di Bali. Acara yang diikuti sekitar 300 peserta dari 40 negara di Asia Pasifik ini akan merumuskan tantangan yang dihadapi media penyiaran dan masa depan media penyiaran.
Selain itu, pertemuan AMS di Bali sekaligus untuk memulihkan ekonomi nasional, terutama di bidang akomodasi, pariwisata, dan UMKM di Bali. Karena itu, para peserta AIBD, kata Direktur Utama TVRI Iman Brotoseno, juga diajak mengunjungi Desa Wisata Penglipuran dan Garuda Wisnu Kencana, mencicipi kuliner khas Bali, serta berbelanja produk UMKM Bali.
Sementara itu, CEO AIBD Philomena Gnanapragasam menjelaskan, tema ”Media menguatkan keberlanjutan ekonomi” berarti ada urgensi negara-negara anggota untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, degradasi lingkungan, keadilan sosial, kesadaran publik, kewajiban swasta, dan komitmen internasional. Media bisa memainkan peran dalam memperkuat keberlanjutan ekonomi melalui aksi kolektif, solusi inovasi, dan transformasi di praktik ekonomi, sosial, dan lingkungan.