Pemberdayaan Masyarakat Adat Dorong Upaya Pelestarian Lingkungan
Masyarakat adat dan komunitas lokal di sejumlah lokasi menerima suntikan Dana Nusantara. Beberapa di antaranya menggunakan dana itu untuk menjaga lingkungan sembari membangun ekonomi rakyat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberdayaan dan pendanaan masyarakat adat lokal akan berdampak pada menguatnya kapasitas mereka dalam melestarikan lingkungan. Hal itu juga mendorong kemandirian ekonomi mereka melalui kegiatan usaha berbasis lingkungan.
Pemberdayaan dan pendanaan itu dapat diakses melalui Dana Nusantara, yakni hibah dana yang dihimpun dari sejumlah donor internasional. Program ini merupakan inisiatif dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Dana ini diuji coba ke masyarakat adat dan komunitas lokal di 30 lokasi di Indonesia sejak Desember 2022. Masing-masing pihak menerima dana Rp 50 juta setelah proposalnya disetujui. Dana disalurkan langsung ke rekening komunitas atau masyarakat adat untuk dikelola bersama.
Dana itu bisa digunakan antara lain untuk pemetaan wilayah adat, pengembangan pendidikan rakyat, rehabilitasi dan restorasi lahan, serta pengembangan ekonomi rakyat. Sejauh ini, dana masih diberikan ke komunitas lokal dan masyarakat adat yang didampingi AMAN, Walhi, dan KPA.
Berdasarkan Laporan Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), 80 persen keanekaragaman hayati dunia dilindungi dan dikelola masyarakat adat serta komunitas lokal.
Anggota komunitas adat Batuwangi, Yayan Hermawan, Senin (8/5/2023), mengatakan, komunitasnya merupakan salah satu pihak yang menjadi subyek uji coba Dana Nusantara. Dana itu digunakan untuk mendukung regenerasi petani muda di komunitasnya.
Menurut Yayan, generasi muda di komunitasnya kerap pergi meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di kota, sehingga regenerasi petani pun terhambat. Dengan komoditas kopi yang ada di desa, masyarakat akhirnya mengelola Dana Nusantara untuk mengembangkan usaha kopi. Langkah ini akhirnya membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat, termasuk generasi muda.
”Insya Allah kopi bisa disebarkan ke restoran-restoran terdekat. Kami ingin buka gerai agar generasi muda merasakan (peran) sebagai petani, dan bahwa sebagai generasi muda, (mereka) mesti bisa mengolah hasil tani di daerah,” ucap Yayan pada peluncuran Dana Nusantara di Jakarta.
Dana Nusantara itu, tambahnya, juga menyuntikkan semangat ke masyarakat untuk mengelola hasil bumi sambil meningkatkan kegiatan ekonomi. ”Ibaratnya dulu kami nanam 1.000 (pohon), sekarang jadi nanam 2.000 (dengan Dana Nusantara),” katanya. ”Ini juga menunjang ekonomi di daerah kami. Yang awalnya kopi minimal (harganya) Rp 6.000-Rp 8.000, jadi Rp 10.000,” tambah Yayan.
Sementara itu, perwakilan Persatuan Petani Siantar-Simalungun Jacob Kappau mengatakan, komunitasnya menggunakan Dana Nusantara untuk membangun ruang komunal guna mewadahi diskusi warga. Dana juga digunakan untuk mengembangkan pertanian selaras alam, yakni praktik pertanian yang meminimalkan penggunaan unsur kimia.
Menurut masyarakat setempat, ini adalah praktik pertanian masa depan karena mendukung keberlanjutan lingkungan. ”Ini sudah berjalan dan kami sudah panen perdana. Saya harap ini terus berlangsung dan bermanfaat untuk masyarakat,” kata Jacob.
”Yang masyarakat rasakan adalah padi dan sayur yang kami tanam lebih bagus dari segi rasa. Ada bedanya tanaman yang menggunakan bahan kimia dan tidak. (Yang tidak menggunakan bahan kimia) rasanya lebih bagus dan enak,” tambahnya.
Menurut Direktur Eksekutif Walhi Zenzi Suhadi, masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Dengan demikian, pelestarian alam dan pemberdayaan ekonomi rakyat dapat berjalan beriringan. Hal ini penting karena peran masyarakat adat dan komunitas lokal krusial untuk mitigasi dampak krisis.
Berdasarkan Laporan Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), 80 persen keanekaragaman hayati dunia dilindungi dan dikelola masyarakat adat serta komunitas lokal. ”Dana Nusantara dibutuhkan untuk memberikan dukungan pada masyarakat adat dan lokal yang selama ini telah membangun ekonomi, pemulihan lingkungan, menjaga hutan, dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim,” ucap Zenzi.