Akurasi Citra Penginderaan Jauh Masih Jadi Persoalan
Akurasi citra inderaja akan terus ditingkatkan mengingat sejumlah daerah di Indonesia belum memiliki citra resolusi sangat tinggi.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akurasi pemantauan citra penginderaan jauh atau inderaja masih menjadi persoalan di Indonesia. Badan Riset dan Inovasi Nasional berupaya mengatasi hal-hal ini dengan menggunakan metode-metode baru. Selain itu, permasalahan lain ialah masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki citra resolusi sangat tinggi.
Kepala Pusat Riset Penginderaan Jauh (PPRJ) Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rahmat Arief mengatakan, akurasi menjadi persoalan yang masih dihadapi saat ini. Akurasi saat pemantauan dengan citra inderaja masih sering terkendala oleh sejumlah faktor, seperti daerah sekitar khatulistiwa dan pulau-pulau kecil.
”Selain itu, daerah yang belum memiliki citra resolusi tinggi umumnya sulit diambil citranya karena tidak jarang tertutup awan tebal sehingga sulit untuk memotret citranya lewat citra optik dan berakhir tidak sesuai dengan kondisi aslinya,” ujar Rahmat, Selasa (9/5/2023).
Lebih lanjut, Rahmat menjelaskan, citra inderaja digunakan untuk memantau dan memetakan daerah-daerah di Indonesia. Namun, tingkat akurasi ketika pemantauan disebut tidak seakurat ketika pemetaan.
”Contohnya, kita ingin memetakan luas lahan baku sawah, nanti bisa diukur ukurannya sawah tersebut. Tapi, ketika memantau sawah, misalnya, kita ingin lihat proses pertumbuhan padi hingga panennya. Terkadang warna-warna yang menunjukkan proses itu, mulai dari hijau sampai kuning, sulit terkonstruksi karena kondisi atmosfernya,” tutur Rahmat.
Oleh karena itu, para periset dinilai perlu meningkatkan serta memperbaiki akurasi terhadap pemantauan citra inderaja. Metode-metode baru terus diupayakan untuk meningkatkan keakuratan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI).
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang kini melebur ke BRIN telah menyiapkan citra satelit radar untuk memantau daerah yang sulit diambil citranya, seperti awan tebal di Kalimantan Utara atau Riau dan Jambi yang berawan tebal saat musim hujan serta tertutup asap saat kemarau. Sejak 2012, Lapan menjadi lembaga tunggal penyedia data satelit inderaja berbagai resolusi dengan lisensi Pemerintah Indonesia.
Daerah yang sulit diambil citranya itu antara lain Kalimantan Utara karena awan tebalnya, atau Riau dan Jambi yang berawan tebal saat musim hujan dan tertutup asap saat musim kemarau.
Kondisi alam membuat citra inderaja Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan data optik, tetapi perlu dilengkapi dengan citra radar. Lapan mengambil citra radar 1 juta kilometer persegi wilayah Indonesia dengan resolusi 3 meter setiap tahunnya. Namun, pemanfaatan citra radar membutuhkan kemampuan lebih dibandingan dengan citra optik inderaja.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, BRIN akan terus mendukung perkembangan citra inderaja yang didukung PPRJ dari sisi aplikasi dan algoritma. Selain itu, BRIN memastikan ketersediaan data citra inderaja bagi seluruh kementerian dan lembaga yang membutuhkan.
”Yang perlu kita tangkap adalah kebutuhan kementerian dan lembaga terhadap data citra satelit inderaja ini. Sebab, saya ingin tahu kebutuhan yang sebenarnya, bukan hanya keinginan,” kata Handoko
Berdasarkan data Pusdatin 2023, sebanyak 34 provinsi di Indonesia sudah menggunakan layanan data citra inderaja, antara lain, Kalimantan Barat yang menggunakan layanan data sebanyak 26 layanan, Kalimantan Timur 25 layanan data, Jambi 23 layanan data, DKI Jakarta 22 layanan data, Jawa Barat 22 layanan data, dan Aceh 20 layanan data.
Sebanyak 656 instansi telah menggunakan data citra satelit inderaja sejak 2015-2022. Pemerintah daerah menggunakan layanan data sebanyak 518 layanan, di tingkat pendidikan sebanyak 87 layanan data, pemerintah pusat sebanyak 43 layanan data, TNI-Polri sebanyak 5 layanan data, dan lainnya sebanyak 3 layanan data.
Ketersediaan data
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BRIN Hendro Subagyo mengatakan, saat ini terdapat sejumlah data citra optik dan citra radar di Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN). Data citra inderaja dibagi ke dalam berbagai resolusi.
”Saat ini ketersediaan data citra inderaja meliputi data optik resolusi rendah (lebih dari 250 meter), optik resolusi menengah (15-30 meter), optik resolusi tinggi (1,5 meter), optik resolusi sangat tinggi (kurang dari 50 sentimeter), dan data Synthetic Aperture Radar (SAR) (3 meter),” ucap Hendro saat menyampaikan paparan di Rakornas Satelit Inderaja 2023, Selasa (9/5/2023).
Data citra optik resolusi rendah yang tersedia berjenis Terra/Aqua, S-NPP, NOAA-18/19/20, MetOp-A, Himawari-8, dan FY-3B/C yang berguna memantau cuaca, hot spot, dan suhu permukaan laut. Kemudian, citra optik resolusi menengah yang tersedia berjenis Landsat-7/8/9 dan Mosaik Landsat-8 yang berguna dalam bidang kehutanan, perkebunan, pertanian, kelautan, penelitian, mitigasi bencana, serta pertahanan dan keamananan.
Data citra optik resolusi tinggi yang tersedia berjenis SPOT-5/6/7 dan Mosaik SPOT 6/7 yang berguna dalam bidang tata ruang, kehutanan, perkebunan, pertanian, kelautan, penelitian, mitigasi bencana, serta pertahanan dan keamananan. Kemudian, citra optik resolusi sangat tinggi berjenis Pleiades 1A/B, Geoeye, Worldview 2, Worldview 3, dan Mosaik Pleiades. Terakhir, citra SAR berjenis TerraSAR-X dan TanDEM-X yang berguna untuk penelitian, mitigasi bencana, serta pertahanan dan keamanan.