Tidur Tak Teratur Ungkit Risiko Kematian akibat Kanker dan Jantung
Hidup dengan jadwal tidur dan bangun yang teratur amat penting untuk menjaga kesehatan. Studi menunjukkan, jadwal tidur tak teratur dapat meningkatkan risiko kematian akibat kanker dan jantung.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anda yang hidup dengan jadwal bangun dan tidur yang tidak menentu perlu berhati-hati. Sebab, jam tidur dan bangun yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kanker dan jantung pada usia lanjut.
Hal tersebut dibuktikan dalam sebuah studi yang dilakukan selama tujuh tahun pada orang dewasa usia pertengahan dan lansia. Setidaknya hampir 90.000 orang dengan rentang usia 40-70 tahun diteliti dalam studi tersebut. Pengamatan dilakukan selama satu minggu dengan menggunakan alat pelacak gerakan di pergelangan tangan.
Para peneliti menghitung skor keteraturan tidur dari setiap partisipan. Dalam waktu sekitar tujuh tahun, 3.010 orang partisipan penelitian tersebut meninggal. Partisipan dengan skor keteraturan tidur yang rendah diketahui lebih mungkin untuk meninggal karena sebab apa pun dibandingkan dengan orang dengan skor keteraturan tidur rata-rata. Dari data partisipan penelitian yang meninggal tersebut, 1.701 meninggal karena kanker dan 616 orang meninggal karena penyakit kardiovaskular.
”Kami menunjukkan bahwa ketidakteraturan dalam tidur juga dapat berdampak pada kematian terlepas dari durasi tidurnya,” ujat Matthew Pase, peneliti studi tersebut yang juga profesor bidang psikologi di Monash University Australia, seperti yang dikutip dari Live Science, Selasa (28/3/2023).
Menurut dia, pergeseran waktu bangun dan tidur dapat mengganggu sistem pada tubuh, seperti sistem perbaikan jaringan dan metabolisme. Hal tersebut yang dinilai dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Meski begitu, ia belum dapat memastikan hubungan sebab akibat yang antara jadwal tidur yang tidak teratur dengan risiko penyakit yang mematikan.
Ketidakteraturan dalam tidur juga dapat berdampak pada kematian terlepas dari durasi tidurnya.
Keterbatasan lain penelitian ini, ujar Pase, yakni memastikan gerakan saat orang benar-benar tidur atau hanya berbaring dalam kondisi diam. Penelitian yang dilakukan hanya mendalami data gerakan untuk memperkirakan waktu tidur dan bangun. ”Jika dapat meningkatkan keakuratan dalam pengukuran tersebut, hasil yang lebih kuat lagi bisa dilihat,” ujarnya.
Pakar gangguan tidur dan pernapasan di Guy’s and Thomas’s NHS Foundation Trust, Johan Meurling, mengungkapkan sejumlah tips agar seseorang bisa tidur dengan teratur. Hal pertama yang bisa dilakukan yakni mengatur jam alarm untuk bangun tidur pada waktu yang sama, baik di hari kerja maupun hari libur.
Selain itu, seseorang sebaiknya menghindari tidur di siang hari dan tidak bermain media sosial saat sudah di tempat tidur. Olahraga di siang hari bisa dilakukan, tetapi ia menyarankan untuk tidak berolahraga beberapa jam sebelum waktu tidur. Konsumsi kafein pun harus dihindari setelah pukul 15.00.
Dokter spesialis pengobatan tidur yang juga pengajar di Stanford University, Kin Yuen, mengatakan, penting pula bagi seseorang untuk mengetahui jam biologis yang dimiliki untuk membangun jam tidur yang teratur. Aktivitas yang dilakukan dapat disesuaikan dengan jam biologis tersebut, apakah sebagai morning person atau evening person.