Peta demografi penduduk dunia akan berubah dengan India sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia pada akhir 2023. Sementara tren pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung turun.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, jumlah penduduk dunia pada akhir 2022 telah mencapai 8 miliar jiwa. Proyeksi terbaru menunjukkan India menjadi negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia dengan 1,429 miliar jiwa melampaui China dengan 1,426 miliar jiwa di akhir 2023.
Sementara Amerika Serikat dan Indonesia masih menjadi negara berpenduduk terbanyak ketiga dan keempat. Meski kondisi tersebut tidak berubah dalam satu dekade ini, World Population Prospects 2019 dari Departemen Sosial dan Ekonomi PBB (UNDESA) memproyeksikan pada 2050, populasi penduduk Indonesia 331 juta jiwa, posisi keenam setelah India, China, Nigeria, Amerika Serikat, dan Pakistan.
Sementara hasil Long Form Sensus Penduduk 2022 mendapati angka kelahiran total di Indonesia 2,18 per perempuan usia subur. Dalam lima dekade terakhir, angka kelahiran total menunjukkan tren yang menurun. Di tengah tren ini, keseimbangan pertumbuhan penduduk harus tetap dijaga.
Meski demikian, Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (Ipadi) Sudibyo Alimoeso dihubungi di Jakarta, Kamis (27/4/2023), mengatakan, pertumbuhan penduduk Indonesia masih akan terjadi. Data menunjukkan, pertambahan penduduk masih tercatat 1,25 persen per tahun. Kenaikan itu diproyeksikan masih akan terjadi setidaknya hingga 2060.
”Perubahan demografi yang terjadi di tingkat global telah membawa sebagian besar negara menuju ke aging population (populasi yang menua). Hal ini juga yang terjadi di Indonesia. Kita harus mendorong agar penduduk lansia kita bisa tetap berkualitas,” katanya.
Menurut Sudibyo, Indonesia harus bisa menjaga keseimbangan pertumbuhan penduduk untuk memastikan gelombang lansia yang terjadi di masa depan tidak terlalu membebani. Pada 2035, jumlah lansia di Indonesia diprediksi meningkat dua kali lipat dari saat ini menjadi sekitar 48 juta lansia. Pada saat yang sama, peluang untuk mendapatkan bonus demografi mulai tertutup.
Untuk itulah, upaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia harus semakin diperkuat. Upaya tersebut harus mulai disiapkan sedini mungkin. Keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia di Indonesia perlu ditingkatkan sehingga ketika penduduk mulai menua, mereka sudah sejahtera, bahkan masih produktif.
”Ketika populasi yang menua ini tidak sejahtera, mereka justru akan menjadi beban demografi. Mereka pun akan menjadi beban keluarga sehingga generasi sandwich (beban ganda untuk menanggung anak dan lansia) semakin besar. Itu sangat berat,” kata Sudibyo.
Ia menambahkan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini juga bertujuan mendorong Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi secara maksimal. Harapan Indonesia untuk bisa memiliki nilai daya saing yang tinggi dengan negara lain bisa terwujud jika sumber daya manusia yang dimiliki berkualitas. Tingkat perekonomian Indonesia pun diharapkan bisa meningkat.
Untuk menjaga penduduk tetap tumbuh perlu mengatur pelaksanaan program KB agar terjadi keseimbangan pertumbuhan penduduk antarwilayah.
Menurut dia, disparitas status kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan di Indonesia menjadi tantangan yang juga perlu diperhatikan. Indeks pembangunan manusia di Indonesia sulit ditingkatkan apabila masih terjadi kesenjangan antarwilayah di Indonesia.
Secara terpisah, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengatakan, tingkat kelahiran yang menurun di Indonesia merupakan bentuk keberhasilan dari program keluarga berencana (KB). Akan tetapi, sejumlah upaya masih harus dilakukan di sejumlah daerah dengan tingkat kelahiran total yang masih tinggi. Pada daerah dengan tingkat kelahiran total rendah juga harus tetap dijaga agar tidak terus menurun sehingga menyebabkan pertumbuhan penduduk menjadi negatif.
Ia menuturkan, tingginya disparitas pertumbuhan penduduk dan tingkat fertilitas antarwilayah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, menjadi persoalan tersendiri. Sejumlah provinsi, khususnya di bagian barat Indonesia, seperti Jawa, Bali, dan Sumatera, cenderung memiliki pertumbuhan penduduk yang rendah, sebaliknya provinsi di bagian timur Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
”Disparitas antarwilayah akan menjadi konsen kebijakan pemerintah ke depan dalam rangka pengendalian penduduk di Indonesia. Salah satunya melalui analisis situasi kependudukan dan faktor-faktor spesifik lokal yang dominan memengaruhinya,” kata Bonivasius.
Ia menambahkan, upaya lain yang dilakukan adalah melalui inovasi program-program spesifik lokal sesuai dengan permasalahan daerah serta peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam menyelesaikan masalah kependudukan di setiap wilayah. Sistem peringatan dini pengendalian penduduk pun telah dibentuk untuk pemerintah daerah.
Penuaan penduduk
Bonivasius menyampaikan, penduduk yang menua ditandai dengan proporsi penduduk lansia usia di atas 60 tahun yang mencapai lebih dari 10 persen. Di Indonesia, angka tersebut sudah tercapai dan diperkirakan terus meningkat seiring menurunnya angka kelahiran dan meningkatkanya umur harapan hidup.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada 2022 29,3 juta orang atau 10,8 persen dari total penduduk. Angka tersebut meningkat signifikan sejak 1971 yang tercatat 4,5 persen. Diproyeksi pada 2045 akan meningkat menjadi 19,9 persen.
”Pemerintah menginginkan agar kemandirian lansia harus dipersiapkan sebaik-baiknya, baik dari sisi kemandirian fisik maupun kemandirian ekonomi. Selain aspek kesehatan, aspek ekonomi lansia juga menjadi fokus garapan pemerintah. Aspek jaminan sosial dan jaminan kesehatan juga sangat penting untuk mendukung kualitas hidup lansia,” tuturnya.
Secara terpisah, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menuturkan, penuaan penduduk yang dihadapi Indonesia semakin menantang di tengah permasalahan kemiskinan ekstrem. ”BKKBN wajib mewujudkan lansia yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat. Itu sebabnya intervensi kelompok bina keluarga lansia dengan sekolah lansia menjadi hal yang sangat penting,” katanya.
BKKBN setidaknya memiliki program unggulan yang disebut GoLantang (Go Lansia Tangguh). Program itu dilakukan untuk menciptakan lansia tanggung dalam tujuh dimensi, yakni spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan lingkungan. Pemerintah melalui berbagai kementerian/lembaga juga terus gencar meningkatkan jaminan kesehatan ataupun jaminan sosial untuk seluruh masyarakat, termasuk lansia.