Tiada Lagi Regulasi Pembatasan Covid-19, Protokol Kesehatan Jangan Ditanggalkan
PSBB, PPKM, dan PPKM Darurat pernah mewarnai peri kehidupan negeri ini di tengah pandemi Covid-19. Meski kebijakan terkait pembatasan telah dicabut, semua mesti tetap waspada sebab potensi penularan Covid-19 masih ada.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
Lebaran 2023 menjadi Lebaran pertama pascapencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM yang sebelumnya diterapkan di tengah pandemi Covid-19. Meski tidak ada lagi pembatasan aktivitas masyarakat, kewaspadaan terhadap potensi penularan Covid-19 masih terus diingatkan kepada masyarakat. Apalagi, belakangan ada tren peningkatan kasus Covid-19.
Merujuk laman Covid19.go.id per 21 April 2023, ada 904 kasus baru sehingga secara total ada 6.762.804 kasus konfirmasi terhitung sejak Maret 2020. Pasien yang sembuh sebanyak 6.590.632 atau sekitar 97,5 persen. Adapun jumlah kasus mencapai 11.002 kasus aktif. Untuk jumlah yang meninggal sebanyak 161.170 orang.
Bertempat di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, Rabu (19/4/2023), Presiden Joko Widodo pun kembali mengingatkan warga mengenai arti penting vaksinasi, baik vaksinasi pertama dan kedua maupun booster (vaksin penguat) yang pertama dan kedua. ”Jangan merasa aman (dan) kemudian tidak melengkapi vaksinasi yang sudah dianjurkan oleh pemerintah,” katanya.
Kepala Negara juga meminta masyarakat agar tetap waspada dan tetap menjalankan protokol kesehatan, semisal menggunakan masker jika sedang merasa sakit. ”Dan, saya meminta bagi mereka yang merasa flu atau demam agar menggunakan masker. Demikian juga dengan yang memiliki komorbid gunakanlah masker. Dan, jika bertemu dengan lansia (warga lanjut usia) juga sebaiknya menggunakan masker,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga mengingatkan kepada masyarakat agar tetap patuh menjaga kebersihan dengan mencuci tangan seusai berkegiatan. ”Terakhir jangan lupa untuk mencuci tangan setelah kita berkegiatan,” katanya.
Pesan untuk melengkapi diri dengan vaksin dan penerapan protokol kesehatan ini relevan disampaikan di masa Lebaran 2023. Hal ini tidak lepas dari potensi pergerakan secara nasional yang diperkirakan oleh Kementerian Perhubungan akan mencapai sekitar 123 juta orang di masa Lebaran kali ini. Notabene, jumlah itu setara sekitar setengah populasi negeri ini.
Belajar dari pengalaman selama pandemi, mobilitas tinggi warga dan munculnya varian baru berpotensi meledakkan kasus Covid-19, terlebih ketika banyak orang abai menerapkan protokol kesehatan. Di titik ini, kesiapan pemerintah dan berbagai pihak menyediakan vaksin dan juga kesadaran warga untuk mau divaksin pun menentukan keberhasilan kita melewati masa Lebaran ini dengan sehat.
Hal yang mesti dicermati, data capaian vaksinasi penguat dosis pertama dan kedua masih rendah. Target sasaran vaksin di Indonesia adalah 234.666.020 orang. Data resmi menunjukkan, per 19 April 2023, jumlah penerima vaksin pertama bertambah 523 orang sehingga secara total ada 203.830.409 orang telah mendapatkan vaksinasi pertama.
Jumlah penerima vaksin kedua bertambah 956 orang menjadi 174.868.532 orang. Sementara itu, jumlah penerima vaksin penguat pertama bertambah 5.531 orang menjadi 68.724.484 orang. Adapun penerima vaksin penguat kedua bertambah 661 orang menjadi 3.133.569 orang.
Perilaku baru
Epidemiolog dan peneliti keamanan kesehatan Griffith University, Dicky Budiman, mengingatkan, protokol kesehatan harus sudah menjadi perilaku baru dan tidak ditanggalkan sama sekali. Penggunaan masker, misalnya, masih penting terutama dalam konteks mudik Lebaran setelah pandemi Covid-19 mereda.
”Ketika mudik, (bertemu) banyak orang, pakailah masker. Itu penting untuk melindungi kita dan orang sekitar kita. Sebaiknya masker menjadi hal yang sangat dianjurkan kalau bicara fasilitas umum. Sebaiknya jadi kewajiban dulu, nih, dalam durasi atau masa mudik atau arus balik ini,” ucap Dicky, Rabu (19/4/2023).
Apalagi, saat ini mayoritas negara di dunia mengalami peningkatan kasus Covid-19, terutama kasus reinfeksi. ”Jadi, bukan infeksi baru, melainkan infeksi yang semakin terlihat lebih mudah terjadi reinfeksi. Orang yang sudah terinfeksi Covid bisa lagi tahun depan atau dalam tahun yang sama, kalau buruk kondisi tubuhnya, bisa dua kali (terinfeksi),” paparnya.
Reinfeksi Covid-19 ini berpotensi menyebabkan penurunan kualitas kesehatan karena berdampak pada gangguan beragam organ tubuh. ”Sebagaimana diimbau Presiden, memakai masker itu penting, termasuk di sini cuci tangan dan lain-lain. Apalagi, bicara momentum arus mudik dan balik,” ucap Dicky.
Reinfeksi Covid-19 ini berpotensi menyebabkan penurunan kualitas kesehatan karena berdampak pada gangguan beragam organ tubuh. Sebagaimana diimbau Presiden, memakai masker itu penting, termasuk di sini cuci tangan dan lain-lain. Apalagi, bicara momentum arus mudik dan balik.
Di sisi lain, upaya meningkatkan modal imunitas melalui booster atau vaksinasi penguat juga penting. Hal ini terutama untuk meningkatkan modal imunitas. Menurut Dicky, rendahnya cakupan vaksin booster berkaitan erat dengan manajemen strategi komunikasi risiko dari pemerintah yang masih harus terus diperbaiki.
Pelemahan pesan-pesan tentang risiko Covid-19 menyebabkan turunnya kewaspadaan. Masyarakat tak lagi antusias untuk vaksin. Selain itu, terdapat kendala berupa kekurangan ketersediaan stok vaksin penguat. Pemerintah juga tak lagi gencar untuk mendongkrak cakupan vaksinasi penguat. ”Tidak segencar sebelumnya sehingga mengesankan bahwa ini sudah enggak perlu,” ujarnya menambahkan.
Di masa mudik Lebaran, cakupan vaksinasi penguat bisa didongkrak dengan membuka gerai vaksinasi di stasiun, bandara, atau pelabuhan yang melayani transportasi publik. ”Bagus itu kalau disediakan untuk vaksin booster yang akan meningkatkan cakupan untuk melindungi mereka walaupun sebetulnya harusnya sebelum mudik,” kata Dicky.
Dicky mengingatkan bahwa virus Covid-19 adalah virus yang terus berevolusi dan semakin pintar. ”Dia tidak semakin lemah, dia semakin kuat. Namun, di sisi lain, modal imunitas kita di masyarakat itu sudah (pada tingkat) yang semakin baik, yang mengesankan, (sehingga) dia (virus Covid-19) terkesan semakin lemah. Padahal, dampaknya pada orang yang sama sekali belum memiliki imunitas: fatal,” ucapnya.
Terkait hal tersebut, perlindungan harus tetap diberikan kepada kelompok masyarakat yang belum memiliki imunitas, seperti bayi, anak-anak di bawah 3 tahun, dan mereka yang punya masalah kesehatan. ”Dengan cara, kita harus menerapkan perilaku hidup bersih, sehat, perilaku mitigasi dalam mencegah beragam penyakit menular, terutama yang ditularkan melalui udara,” kata Dicky.
Wanti-wanti demi menjaga kesehatan semua ini mesti dicamkan dan dilaksanakan. Apalagi, di momen Lebaran ini akan terjadi pergerakan dan pertemuan antarwarga dalam jumlah besar yang boleh jadi di antaranya termasuk kategori warga belum memiliki imunitas. Pandemi Covid-19 memang telah mereda, tetapi virus penyebabnya tetap ada. Saatnya kita semua saling menjaga.