WHO: Pandemi Diharapkan Berakhir Sebelum Akhir 2023
Status pandemi Covid-19 diharapkan bisa dicabut sebelum akhir 2023 ini. Meski begitu, situasi global yang menunjukkan adanya kenaikan kasus baru Covid-19 mendorong masyarakat untuk selalu waspada.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Meski penularan Covid-19 di dunia kembali meningkat, situasi yang terjadi dinilai masih terkendali. Berbagai upaya dilakukan untuk memastikan setiap negara siap untuk masuk pada masa endemi. Diharapkan, pandemi bisa berakhir sebelum akhir 2023 ini.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia N Paranietharan menuturkan, pandemi Covid-19 memang belum berakhir. Secara global, kasus baru Covid-19 dilaporkan meningkat.
Sejumlah negara, seperti India dan Indonesia juga melaporkan adanya kenaikan kasus. Meski begitu, berbagai persiapan yang sudah dilakukan diharapkan bisa membawa dunia pada kondisi yang terbaik sehingga siap memasuki fase endemi.
“Pada Mei (2023), komite internasional akan memberikan rekomendasi pada direktur jenderal WHO. Pada saat itu diharapkan akan ada gagasan mengenai keputusan (endemi) tersebut. Kami harap kita akan melihat akhir pandemi sebelum akhir tahun ini,” katanya ketika ditemui seusai acara penyerahan bantuan obat Paxlovid dari Pemerintah Amerika dan Pemerintah Australia kepada Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis (13/4/2023).
Total bantuan obat Paxlovid yang diberikan sebanyak 24.096 dosis perawatan. Setiap dosis perawatan bisa diberikan untuk satu pasien selama lima hari perawatan. Paxlovid merupakan antivirus jenis oral dalam bentuk kombipak yang terdiri Nirmatrelvir dan Ritonavir.
Obat tersebut diberikan pada seseorang dengan risiko tinggi seperti lansia dan orang dengan penyakit penyerta. Obat ini dikonsumsi pada awal penularan Covid-19 untuk mencegah terjadinya perburukan. Risiko rawat inap bisa ditekan hingga 89 persen.
Terkait dengan transisi pandemi menuju endemi, Paranietharan menuturkan, WHO terus mendorong setiap negara untuk mempersiapkan hal itu. WHO bersama tim percepatan pun berupaya memastikan setiap negara memiliki kapasitas yang baik dalam penanganan Covid-19, mulai dari pencegahan, perawatan, dan ketersediaan vaksinasi.
Pada saat itu diharapkan akan ada gagasan mengenai keputusan (endemi) tersebut. Kami harap kita akan melihat akhir pandemi sebelum akhir tahun ini.
“Kita memang harus segera menyatakan akhir pandemi. Namun, itu tidak berarti virus Sars-CoV hilang. Virus ini tetap bersama kita, namun kita bisa menanganinya dengan baik seperti virus lainnya. Begitulah fase endemi terjadi,” tuturnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, Indonesia pun kini tengah berada pada masa transisi dari pandemi ke endemi. Pemerintah setidaknya telah mempersiapkan lima strategi yang menjadi kunci transisi menuju endemi. Strategi ini dilakukan untuk memastikan penanganan Covid-19 bisa ditangani dengan baik oleh setiap individu.
Strategi pertama, yakni tetap melanjutkan edukasi mengenai Covid-19. Dengan edukasi yang baik diharapkan setiap masyarakat bisa mengetahui secara tepat bagaimana mencegah Covid-19, bagaimana protokol kesehatan yang harus dilakukan, serta tahu apa yang boleh dan tidak dalam menghadapi Covid-19.
“Jadi strategi pertama kita adalah tetap memberikan edukasi dan memastikan masyarakat tahu apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit (Covid-19) ini,” kata Budi.
Strategi kedua dilakukan dengan memastikan vaksin bisa tersedia dan diproduksi dengan jumlah yang cukup untuk kebutuhan masyarakat. Sementara strategi ketiga yakni memastikan Indonesia memiliki kemampuan yang baik dalam aspek diagnosis.
Alat diagnostik pun dipastikan tersedia dalam jumlah yang cukup. Selain itu, Indonesia juga telah memperkuat kapasitas laboratorium pengurutan genome secara menyeluruh (WGS). Sebanyak 50 pusat pemeriksaan pengurutan genome telah tersebar di seluruh wilayah dari sebelum pandemi yang hanya tersedia delapan laboratorium.
Strategi keempat dilakukan dengan mempersiapkan obat-obatan. Pemerintah akan memastikan obat bisa tersedia dan terjangkau bagi masyarakat. Ketika tertular Covid-19, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan obat di fasilitas kesehatan atau apotek terdekat.
Sementara strategi kelima dengan menyiapkan rumah sakit beserta dengan alat kesehatan dan sumber daya kesehatan yang dibutuhkan. “Indonesia siap untuk bergerak dari pandemi ke endemi. Secara strategis kita sudah siap, baik dari sisi edukasi, produksi vaksin, produksi alat diagnostik, obat, dan rumah sakit. Masyarakat akan bisa menghadapi Covid-19 dengan baik sama seperti penyakit lainnya,” tutur Budi.
Varian “Arcturus”
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, dua kasus telah terdeteksi di Indonesia dengan subvarian Omicron XBB.1.16 atau varian Arcturus. Masyarakat diminta untuk tidak panik, namun tetap waspada.
“Sementara ini tidak ada perubahan kebijakan (setelah ada temuan varian baru). Itu karena varian (Arcturus) ini penularan dan fatalitasnya hampir sama dengan varian sebelumnya,” katanya.
Meski begitu, masyarakat tetap diminta untuk waspada. Kasus baru penularan Covid-19 di Indonesia tercatat mengalami kenaikan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 12 April 2023 melaporkan kasus baru Covid-19 bertambah 987 kasus per hari. Satu pekan sebelumnya, kasus baru Covid-19 yang dilaporkan sebanyak 665 kasus.
Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Adhitama menuturkan, pemerintah perlu memperkuat kembali upaya pengendalian Covid-19. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan, yakni melakukan analisa penyebab kenaikan kasus baru, mencegah agar penambahan kasus bisa ditekan, serta mengantisipasi ada lonjakan kasus dengan persiapan sarana kesehatan.
“Selain itu tentu cakupan vaksinasi booster (penguat) yang kini tidak terlalu banyak dibicarakan lagi. Vaksinasi booster tetap harus terus ditingkatkan, baik bagi kelompok rentan dan juga masyarakat luas.Yang belum di-booster, segeralah mendapatkannya,” ujarnya.