Pegiat Lingkungan Kecam Pendanaan Energi Kotor Batubara
Realisasi produksi batubara di Indonesia pada tahun 2022 meningkat 103 persen dari target 663 juta ton. Aliran dana dari bank-bank turut berkontribusi atas meningkatnya produksi batubara tersebut.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Para pembicara berfoto dalam diskusi Merdeka dari Energi Kotor, Bersihkan Bank-mu dari Batubara, di Jakarta, Rabu (13/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Para pegiat lingkungan menggugat sektor perbankan yang masih mendanai perusahaan tambang batubara lantaran tidak ramah lingkungan. Di sisi lain, investasi pada sektor pertambangan batubara masih diminati karena memberikan jaminan, minim risiko, dan belum diatur dengan tegas.
Juru Kampanye Keuangan Energi Asia Market Forces Binbin Mariana mengatakan masih banyak bank di Indonesia yang terlibat dalam pendanaan energi batubara. Padahal, secara global bank-bank di dunia mulai meninggalkan pendanaan energi batubara lantaran dianggap tidak ramah lingkungan dan menimbulkan emisi karbon penyebab krisis iklim.
”’Bersihkan Bankmu’ merupakan kampanye yang diluncurkan oleh organisasi-organisasi pegiat lingkungan di Indonesia beberapa tahun lalu. Kampanye ini dilakukan agar bank-bank tersebut sadar dan tidak lagi membiayai batubara,” kata Binbin dalam diskusi ”Merdeka dari Energi Kotor, Bersihkan Bank-mu dari Batubara”, di Jakarta, Rabu (13/4/2023).
Idealnya, taksonomi hijau perlu diperjelas bahwa batubara dan energi kotor masuk dalam kategori merah atau bank dilarang mendanainya.
Selama dua dekade, emisi karbon yang dihasilkan sektor energi meningkat sebanyak dua kali lipat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan, dan Verifikasi (MPV) Tahun 2020, menyebut, kegiatan pengadaan energi serta penggunaan energi telah menyumbang 638.808 gigagram CO2 dari total emisi 1.866.552 gigagram CO2 pada tahun 2019.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Foto-foto dan seruan kampanye mengenai penolakan terhadap pendanaan sektor batubara dalam diskusi Merdeka dari Energi Kotor, Bersihkan Bank-mu dari Batubara, di Jakarta, Rabu (13/4/2023).
Binbin mencontohkan, PT Adaro tengah berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) captive berkapasitas 1,1 gigawatt. Menurut rencana, PLTU tersebut digunakan untuk memasok listrik ke smelter aluminium di dalam megaproyek Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI), Kalimantan Utara.
Diperkirakan, PLTU itu dapat menghasilkan emisi 5,2 juta ton CO2 per tahun sehingga dinilai tidak sesuai dengan upaya memperlambat laju kenaikan temperatur bumi dan mencapai net zero pada tahun 2050. Sebagaimana telah tercantum dalam enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) pada September 2022, Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan kemampuan sendiri sebesar 31,89 persen dan dengan dukungan internasional sebesar 43,2 persen pada tahun 2030.
”Bank-bank seperti Mandiri, CIMB atau UOB yang masih membiayai Adaro tidak memperhitungkan risiko finansial dan krisis iklim yang terjadi sebagai dampak dari pembiayaan ke batubara. Padahal bank sebagai lembaga intermediasi yang bertanggung jawab harusnya mengukur risiko-risiko ini dengan baik,” ujar Binbin.
Proyek pembangunan PLTU captive baru milik PT Adaro juga mendapatkan penolakan dari KPOP4PLANET. KPOP4PLANET merupakan kumpulan para fans musik KPOP yang peduli terhadap isu lingkungan.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Juru Kampanye KPOP4PLANET, Nurul Sarifah, mengampanyekan petisi penolakan terhadap perusahaan yang masih menggunakan batubara dalam diskusi “Merdeka dari Energi Kotor, Bersihkan Bank-mu dari Batubara" di Jakarta, Rabu (13/4/2023).
Juru Kampanye KPOP4PLANET, Nurul Sarifah, menceritakan, sebelumnya, Hyundai Motor menandatangani nota kesepahaman (MOU) pembelian produksi aluminium dari Adaro pada November 2022. Kemitraan tersebut ditolak lantaran bertolak belakang dengan komitmen Hyundai dalam memproduksi mobil berbahan aluminium ”ramah lingkungan” yang juga gencar dipromosikan salah satu boyband Korea, yakni BTS.
”Kecewa ketika jenama yang kerap dipromosikan sebagai produk ramah lingkungan berencana membeli aluminum yang akan diproduksi PLTU baru. Terjadinya krisis iklim seharusnya membuat Hyundai menetapkan standar,” kata Nurul.
Minat perbankan
Besarnya minat bank-bank di Indonesia pada batubara tidak lepas dari jaminan dan minimnya risiko investasi. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan kredit perbankan terhadap sektor pertambangan meningkat 50 persen dibandingkan tahun lalu. Ini karena sektor perbankan masih berharap pada kenaikan harga komoditas batubara yang terus berlanjut.
”Muncul anggapan juga bahwa investasi di sektor pertambahan dan hilirisasi minerba sesuai denga peta jalan kebijakan pemerintah pusat. Lalu, ada jaminan dari negara saat terjadi tekanan finansial sehingga investasi di sektor pertambangan risikonya relatif kecil,” kata Bhima.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, produksi batubara di Indonesia pada tahun 2022 terealisasi 687 juta ton atau 103 persen dari yang ditargetkan, yakni 663 juta ton. Lalu, pemanfaatan batubara domestik juga meningkat mencapai 124,8 persen atau terealisasi 206 juta ton dari yang ditargetkan 165,7 juta ton.
Menurut Bhima, batubara dianggap sebagai energi kotor lantaran dari segi prosesnya memiliki dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat yang besar. Energi kotor merupakan energi yang selama proses dari hulu ke hilir berkontrubusi terhadap penambahan emisi.
Otoritas Jasa Keuangan, kata Bhima, berperan penting dalam menentukan kebijakan sektor perbankan. Sampai saat ini, OJK masih mengategorikan PLTU dan sebagian pertambangan berkategori oranye atau zona tengah antara merah dan hijau.
”Jadi, seolah-olah bank masih boleh menyalurkan pendanaan energi kotor. Idealnya, taksonomi hijau perlu diperjelas bahwa batubara dan energi kotor masuk dalam kategori merah atau bank dilarang mendanainya. Lalu, itu sifatnya wajib, misalnya dengan menerapkan kebijakan rasio kredit minimum ke sektor pendanaan hijau harus lebih tinggi,” kata Bhima.