Kampung Keluarga Berkualitas untuk Mengatasi ”Stunting”
Kampung Keluarga Berkualitas diharapkan menjadi ujung tombak untuk mengatasi masalah ”stunting”.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
Kampung Keluarga Berkualitas diharapkan menjadi ujung tombak untuk mengatasi masalah stunting. Di Kota Banjarmasin, saat ini telah terbentuk 31 Kampung Keluarga Berkualitas di 31 kelurahan dari 52 kelurahan.
Spanduk selamat datang terpasang di kantor Kelurahan Kelayan Barat, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (6/4/2023). Pada hari itu, perangkat kelurahan menyambut kedatangan tim verifikasi lomba Kampung Keluarga Berkualitas Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2023.
Tahun ini, Kelayan Barat menjadi salah satu wakil dari Kota Banjarmasin untuk mengikuti lomba Kampung Keluarga Berkualitas tingkat provinsi Kalsel. Kelurahan lain yang menjadi wakil Banjarmasin dalam ajang tahunan ini adalah Kuin Selatan di Kecamatan Banjarmasin Barat.
”Dua-duanya masuk empat besar. Mudah-mudahan dengan kerja keras semua pihak, terutama di tingkat kelurahan, Kampung Keluarga Berkualitas dari Banjarmasin bisa menjadi juara di tingkat provinsi,” kata Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.
Menurut Ibnu, di Banjarmasin saat ini sudah terbentuk 31 Kampung Keluarga Berkualitas di 31 kelurahan. Kampung ini dulunya dikenal dengan nama Kampung KB atau Keluarga Berencana, yang merupakan program dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
”Di Banjarmasin, Kampung Keluarga Berkualitas disebut juga Kampung Baiman (barasih wan nyaman atau bersih dan nyaman) dan menjadi model pembangunan kota. Kampung ini diharapkan bisa meningkatkan ekonomi keluarga serta menyukseskan program-program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana),” tuturnya.
Ibnu mengungkapkan, Kelayan Barat dulunya adalah salah satu kawasan kumuh di Kota Banjarmasin, terutama kawasan yang berada di pinggir Sungai Kelayan. Kawasan itu kemudian ditata oleh pemerintah kota bersama pemerintah pusat melalui Program 100-0-100, yaitu 100 persen akses air minum layak, 0 persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak.
”Pada Hari Habitat Internasional tahun 2022, kawasan Kelayan Barat, terutama pinggiran dan muara Sungai Kelayan menjadi salah satu best practice (praktik terbaik) dari tiga best practice penataan kawasan kumuh di Indonesia,” katanya.
Target kami, semua kelurahan (52 kelurahan) di Banjarmasin sudah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas pada 2024. ( Yanuar Diansyah)
Kini, Kampung Baiman Kelayan Barat telah menjadi salah satu Kampung Keluarga Berkualitas di Banjarmasin. Kampung ini juga berperan penting dalam percepatan pencegahan dan penurunan prevalensi stunting di Banjarmasin. ”Apa saja yang dilakukan di kelurahan itu bersentuhan langsung dengan masyarakat,” ujarnya.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Informasi Data Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Kota Banjarmasin Yanuar Diansyah menuturkan, Kampung Keluarga Berkualitas adalah ”rumah” dari berbagai program instansi pemerintah, swasta, dan korporasi.
Di Banjarmasin sudah terbentuk 31 Kampung Keluarga Berkualitas. Tahun ini, akan dicanangkan 13 Kampung Keluarga Berkualitas, kemudian tahun depan akan dicanangkan lagi 8 Kampung Keluarga Berkualitas. ”Target kami, semua kelurahan (52 kelurahan) di Banjarmasin sudah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas pada 2024,” katanya.
Disesuaikan
Menurut Yanuar, permasalahan di setiap Kampung Keluarga Berkualitas itu berbeda-beda sehingga intervensi programnya juga disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Setiap kampung juga memiliki inovasi program tersendiri.
Namun, untuk percepatan pencegahan dan penurunan stunting, setiap Kampung Keluarga Berkualitas umumnya memiliki program bapak asuh anak stunting, dapur sehat atasi stunting (dashat), dan pemberian makanan tambahan. Selain itu, ada juga kegiatan pendampingan keluarga stunting, edukasi masalah lingkungan, air bersih, jamban, perbaikan rumah, dan sebagainya.
”Kampung Keluarga Berkualitas juga melakukan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dalam upaya percepatan pencegahan dan penurunan stunting,” ujarnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalsel Ramlan mengatakan, Kampung Keluarga Berkualitas berawal dari Kampung KB (Keluarga Berencana). Kampung KB semula adalah kampung yang serba ter-, seperti terbelakang, terpencil, dan tertinggal. Di kampung itu, masih banyak warga prasejahtera dan menggunakan kontrasepsi KB jangka pendek.
Presiden Joko Widodo kemudian menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas. ”Dengan adanya inpres tersebut, semua desa dan kelurahan diminta untuk membentuk Kampung Keluarga Berkualitas,” ujarnya.
Di Kampung Keluarga Berkualitas, menurut Ramlan, diharapkan tidak ada lagi warga yang buta aksara dan tidak bersekolah. Di kampung itu juga semestinya tidak ditemukan lagi jalan rusak, jamban terapung, dan kesulitan air bersih. ”Penyediaan air bersih dan sanitasi bisa menurunkan kasus stunting,” katanya.
Untuk itu, Kampung Keluarga Berkualitas memang diharapkan menjadi wahana pemberdayaan masyarakat melalui berbagai macam program yang mengarah pada upaya mengubah sikap, perilaku, dan cara berpikir masyarakat ke arah yang lebih baik. ”Kampung yang tadinya tertinggal diharapkan dapat sejajar dengan kampung-kampung yang lain,” ujarnya.