Klorofluorokarbon Perusak Ozon Kembali Mencapai Rekor Tertinggi
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa emisi klorofluorokarbon atau CFC perusak ozon yang telah dilarang penggunaannya kembali meningkat dan bisa berkontribusi meningkatkan emisi gas rumah kaca.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Klorofluorokarbon atau CFC diketahui bisa melarutkan lapisan ozon yang melindungi Bumi dari Matahari sehingga mendorong larangan penggunaannya di seluruh dunia. Namun, para ilmuwan mengungkapkan bahwa CFC buatan manusia kembali meningkat dan berkontribusi meningkatkan emisi yang mengubah iklim.
Pelarangan penggunaan CFC telah dilakukan sejak tahun 1987 melalui Protokol Montreal. Pelarangan ini berkontribusi pada pemulihan lapisan ozon. Panel ahli Protokol Montreal tentang Bahan Perusak Ozon yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyampaikan pemulihan ozon ini dalam pertemuan tahunan ke-103 American Meteorological Society pada Selasa (10/1/2023).
Namun, riset terbaru menunjukkan, cemaran lima jenis CFC ke atmosfer ternyata kembali meningkat pada pengukuran 2010 dan mencapai rekor tertinggi pada 2020. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada Senin (3/4/2023).
”Ini seharusnya tidak terjadi,” kata Martin Vollmer, ahli kimia atmosfer di Swiss Federal Laboratories for Materials Science and Technology di Dübendorf yang membantu menganalisis data jaringan monitor CFC internasional, kepada Nature, Senin.
Dalam kajian ini, para peneliti menganalisis lima CFC yang seharusnya tidak lagi diproduksi sejak penggunaannya dilarang pada 1987. Pengukuran dimulai sejak 2010. Pada 2020, kelima gas berada pada kelimpahan tertinggi sejak pengukuran langsung dimulai.
Meskipun pada tingkat saat ini kelima jenis CFC tidak mengancam pemulihan lapisan ozon, mereka berkontribusi pada ancaman yang berbeda, bergabung dengan emisi lain yang memanaskan atmosfer.
”Jika Anda memproduksi gas rumah kaca dan zat perusak ozon selama produksi senyawa generasi berikutnya ini, mereka memiliki dampak tidak langsung pada iklim dan lapisan ozon,” kata anggota tim penulis, Isaac Vimont dari Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA).
Luke Western, ahli kimia di University of Bristol, Inggris, mengatakan, sekalipun peningkatan CFC saat ini belum menimbulkan banyak ancaman terhadap pemulihan lapisan ozon, senyawa kimia yang pernah digunakan sebagai zat pendingin dan aerosol ini dapat bertahan di atmosfer selama ratusan tahun.
Senyawa kimia CFC merupakan gas rumah kaca ampuh yang memerangkap panas hingga 10.000 kali lebih efisien daripada karbon dioksida. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, CFC banyak digunakan sebagai pendingin dan semprotan aerosol.
Jika Anda memproduksi gas rumah kaca dan zat perusak ozon selama produksi senyawa generasi berikutnya ini, mereka memiliki dampak tidak langsung pada iklim dan lapisan ozon.
Mengingat bahwa mereka adalah gas rumah kaca yang kuat, emisi CFC ini juga akan berdampak negatif pada iklim Bumi. Efek pemanasan tahunan kolektif dari kelima bahan kimia ini di planet ini setara dengan emisi yang dihasilkan oleh negara kecil seperti Swiss atau sekitar1 persen dari total emisi gas rumah kaca Amerika Serikat. Namun, jika tren kenaikan yang cepat berlanjut, dampaknya akan meningkat.
Sumber belum diketahui
Dalam riset ini, para peneliti belum bisa mengidentifikasi sumber emisi CFC. Namun, mereka menduga pabrik secara tidak sengaja melepaskan tiga bahan kimia, yaitu CFC-113a, CFC-114a dan CFC-115, saat memproduksi pengganti CFC.
Ketika CFC dihapuskan, hidrofluorokarbon (HFC) dibawa masuk sebagai pengganti. Namun, CFC dapat muncul sebagai produk sampingan yang tidak diinginkan selama pembuatan HFC. Produksi yang tidak disengaja ini tidak diatur oleh Protokol Montreal.
Namun, penemuan lubang di lapisan ozon di atas Antartika sebagai akibat dari penggunaannya menyebabkan kesepakatan global pada tahun 1987 untuk menghilangkannya. Setelah Protokol Montreal mulai berlaku, konsentrasi global CFC terus menurun.
Para peneliti menyebut temuan terbaru ini sebagai ”peringatan dini” tentang cara baru CFC membahayakan lapisan ozon. Emisi kemungkinan besar disebabkan oleh proses yang tidak tunduk pada larangan saat ini dan penggunaan yang tidak dilaporkan.
Protokol membatasi pelepasan zat perusak ozon yang dapat menyebar, tetapi tidak melarang penggunaannya dalam produksi bahan kimia lain sebagai bahan mentah atau produk sampingan.
Hal ini bukan pertama kalinya produksi yang tidak dilaporkan berdampak pada tingkat CFC. Pada tahun 2018, para ilmuwan menemukan bahwa laju pelambatan CFC telah turun setengah dari lima tahun sebelumnya.
Bukti dalam kasus itu menunjuk ke pabrik-pabrik di China timur, demikian disampaikan para peneliti. Begitu produksi CFC di wilayah itu berhenti, penarikan tampaknya kembali ke jalurnya. Studi tersebut mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui sumber yang tepat dari kenaikan emisi CFC baru-baru ini.