Implementasi Protokol Montreal berhasil menekan pelepasan bahan perusak ozon. Lubang ozon di Antarktika terpantau terus menyusut.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
Ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) bersama Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) menyatakan lubang ozon di Antarktika tahunan mencapai luas rata-rata 23,2 juta kilometer persegi antara 7 September dan 13 Oktober 2022. Area menipisnya lapisan ozon di atas kutub selatan ini sedikit lebih kecil daripada tahun lalu.
Hal ini secara umum melanjutkan tren penyusutan lubang ozon di Antarktika secara keseluruhan dalam beberapa tahun terakhir. ”Seiring waktu, kemajuan yang mantap sedang dibuat, dan lubangnya semakin kecil,” kata Paul Newman, Kepala Ilmuwan untuk Ilmu Bumi di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, dalam situs NASA, Rabu (26/10/2022).
Ia mengakui awalnya para peneliti ragu-ragu akan kesimpulan itu. Keraguan itu disebabkan perubahan cuaca dan faktor-faktor lain yang berubah dari hari ke hari serta minggu ke minggu.
Beberapa ilmuwan khawatir tentang potensi dampak stratosfer dari letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai pada Januari 2022.
”Namun, secara keseluruhan, kami melihatnya menurun selama dua dekade terakhir. Penghapusan zat perusak ozon melalui Protokol Montreal yaitu untuk mengecilkan lubang ozon,” katanya.
Penerapan Protokol Montreal merupakan upaya global untuk mencegah kerusakan ozon lebih lanjut dengan mengurangi atau mengganti aneka bahan perusak ozon (BPO). Hal itu, antara lain, meliputi penggunaan hidroflorokarbon (HFC) dan klorofluorokarbon (CFC).
Indonesia meratifikasi Protokol Montreal melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992. Pada tahun 1998, Indonesia berhasil menghapuskan konsumsi BPO, yakni halon, karbon tetraklorida, dan metil kloroform. Kemudian pada 2008, Indonesia telah menghapus konsumsi CFC dan metil bromida lebih cepat dari waktu yang ditetapkan dalam Protokol Montreal. Terbaru, pada 1 Januari 2022, Indonesia telah menghapus konsumsi HCFC-141b yang banyak digunakan dalam industri busa.
Lapisan ozon merupakan bagian stratosfer yang melindungi Bumi dari paparan sinar ultraviolet Matahari. Lapisan ini menipis dan membentuk semacam lubang ozon di atas kutub selatan setiap bulan September.
Lubang ozon ini disebabkan klorin dan bromin yang aktif secara kimiawi di atmosfer. Zat yang umumnya berasal dari senyawa buatan manusia ini menempel pada awan-awan di atas kutub setiap musim dingin selatan. Selanjutnya, klorin dan bromin reaktif sehingga memulai reaksi perusakan ozon saat Matahari terbit di akhir musim dingin Antarktika.
Para peneliti di NASA dan NOAA mendeteksi serta mengukur pertumbuhan dan pecahnya lubang ozon dengan menggunakan satelit Aura, Suomi NPP, dan NOAA-20. Pada 5 Oktober 2022, satelit-satelit itu mengamati lubang ozon maksimum satu hari seluas 26,4 juta kilometer persegi, sedikit lebih besar dari tahun lalu.
Ketika matahari kutub terbit, para ilmuwan NOAA juga melakukan pengukuran dengan Dobson Spectrophotometer, sebuah instrumen optik yang mencatat jumlah total ozon antara permukaan dan tepi ruang, yang dikenal sebagai nilai total kolom ozon. Secara global, rata-rata kolom total sekitar 300 unit dobson.
Pada 3 Oktober 2022, para ilmuwan mencatat nilai ozon total kolom terendah 101 unit dobson di kutub selatan. Pada saat itu, ozon hampir tidak ada sama sekali di ketinggian antara 14 dan 21 kilometer, pola yang sangat mirip dengan tahun lalu.
Sebelumnya, beberapa ilmuwan khawatir tentang potensi dampak stratosfer dari letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha‘apai pada Januari 2022. Letusan Gunung Pinatubo tahun 1991 melepaskan sejumlah besar sulfur dioksida yang memperkuat penipisan lapisan ozon. Namun, hingga kini belum ada dampak langsung dari Hunga Tonga yang terdeteksi dalam data stratosfer Antarktika.
Lubang ozon tropis
Meski ada kabar baik terkait tren penurunan lubang ozon di Antarktika, pada Juli 2022, para ilmuwan membawa kabar buruk akan temuan lubang ozon besar sepanjang tahun di daerah tropis. Lubang yang telah ada sejak tahun 1980-an ini tujuh kali lebih besar dari Antarktika.
Dalam jurnal AIP Advances, 5 Juli 2022, Qing-Bin Lu, ilmuwan dari University of Waterloo di Ontario, Kanada, mengungkap lubang ozon besar di daerah tropis itu. ”Daerah tropis merupakan setengah dari luas permukaan planet dan merupakan rumah bagi sekitar setengah populasi dunia. Keberadaan lubang ozon tropis dapat menimbulkan kekhawatiran global yang besar,” kata Lu.
Penipisan lapisan ozon dapat menyebabkan peningkatan radiasi UV di permukaan tanah. Pada kesehatan manusia, hal ini dapat meningkatkan risiko kanker kulit, katarak, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Dampak dari sisi lain, lubang ozon dapat menurunkan produktivitas pertanian serta berdampak negatif pada organisme dan ekosistem perairan yang sensitif.
Pengamatan Lu terhadap lubang ozon saat itu mengejutkan rekan-rekannya di komunitas ilmiah karena temuannya tidak diprediksi oleh model fotokimia konvensional. Data pengamatannya sangat sesuai dengan model reaksi elektron berbasis sinar kosmik (CRE) dan sangat menunjukkan mekanisme fisik identik yang bekerja untuk lubang ozon Antarktika dan tropis.