Lapisan Ozon Mulai Pulih, Membantu Meredam Pemanasan Global
Lapisan ozon pelindung Bumi perlahan pulih. Dengan kecepatan saat ini, diperkirakan hal itu memperbaiki sepenuhnya lubang di Antartika dalam waktu 43 tahun.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
NASA MELALUI AP
Warna biru dan ungu menunjukkan lubang di lapisan ozon pelindung Bumi di atas Antartika pada 5 Oktober 2022. Lapisan baru Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, laposan ozon pelindung Bumi perlahan pulih dengan kecepatan yang akan sepenuhnya memperbaiki lubang di Antartika sekitar 43 tahun ke depan.
JAKARTA, KOMPAS — Lapisan ozon pelindung Bumi perlahan pulih. Dengan kecepatan saat ini, diperkirakan memperbaiki sepenuhnya lubang di Antartika dalam waktu 43 tahun. Selain menurunkan paparan sinar ultraviolet berbahaya dari matahari, pemulihan ozon ini membantu meredam pemanasan global.
Panel ahli Protokol Montreal tentang Bahan Perusak Ozon yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mempresentasikan temuan ini dalam pertemuan tahunan ke-103 American Meteorological Society pada Selasa (10/1/2023).
Pemulihan lapisan ozon ini terjadi 35 tahun setelah setiap negara di dunia setuju untuk berhenti memproduksi bahan kimia yang merusak lapisan ozon di atmosfer.
Laporan penilaian empat tahunan ini menegaskan penghapusan hampir 99 persen dari zat perusak ozon yang dilarang telah berhasil menjaga lapisan ozon.
Bahkan, situasi saat ini mengarah ke pemulihan yang nyata lapisan ozon di stratosfer atas dan penurunan paparan sinar ultraviolet (UV) berbahaya dari Matahari.
KOMPAS/SUCIPTO
Warga yang berada di kawasan hari bebas kendaraan bermotor (car free day) Jalan Imam Bonjol, Jakarta, menandatangani dukungan untuk menjaga lapisan ozon pada perayaan Hari Ozon Internasional, Minggu (16/9/2018).
Jika kebijakan saat ini tetap berlaku, lapisan ozon diperkirakan pulih ke kondisi tahun 1980 (sebelum munculnya lubang ozon) pada tahun 2066 di atas Antartika, pada tahun 2045 di atas Kutub Utara, dan pada tahun 2040 di seluruh dunia.
Variasi ukuran lubang ozon Antartika, khususnya antara 2019 dan 2021, sebagian besar didorong oleh kondisi meteorologi. Meski demikian, lubang ozon Antartika perlahan-lahan membaik luas dan dalamnya sejak tahun 2000.
”Pemulihan ozon yang berjalan sesuai dengan laporan empat tahunan terbaru merupakan berita luar biasa,” kata Meg Seki, Sekretaris Eksekutif Sekretariat Ozon Program Lingkungan PBB, dalam keterangan tertulis.
”Penilaian dan tinjauan yang dilakukan oleh Panel Penilaian Ilmiah tetap menjadi komponen penting dari kerja Protokol yang membantu menginformasikan pembuat kebijakan dan keputusan,” ujarnya.
Pemulihan ozon yang berjalan sesuai dengan laporan empat tahunan terbaru merupakan berita luar biasa.
Paul Newman, Kepala Ilmuwan Bumi di NASA's Goddard Space Flight Center, yang turut menyusun laporan ini mengatakan, tanda-tanda penyembuhan telah dilaporkan empat tahun lalu, tetapi masih sedikit dan lebih awal. ”Angka-angka pemulihan itu kini telah meningkat pesat,” kata Newman.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Foto udara Stasiun Jakarta Kota atau di kawasan Kota Tua, Jakarta, Sabtu (24/9/2022). Kawasan Kota Tua ditetapkan sebagai zona bebas emisi atau low emission zone (LEZ) pada awal tahun 2021.
Laporan ini menyebutkan, dua bahan kimia utama yang merusak ozon berada pada tingkat lebih rendah di atmosfer. Tingkat klorin turun 11,5 persen sejak memuncak pada 1993 dan brom, yang lebih efisien dalam memakan ozon, tetapi berada pada tingkat lebih rendah di udara, turun 14,5 persen sejak puncaknya tahun 1999.
Menurut Newman, tidak bertambahnya lagi tingkat brom dan klorin di atmosfer ini menjadi bukti nyata efektivitas Protokol Montreal. ”Telah terjadi perubahan besar dalam cara masyarakat kita berurusan dengan zat perusak ozon,” kata salah satu ketua panel ilmiah David W. Fahey, Direktur Laboratorium Ilmu Kimia Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat.
Dampak iklim
Tambahan ke-10 dari Panel Penilaian Ilmiah menegaskan kembali dampak positif perjanjian tersebut terhadap iklim. Perjanjian tambahan tahun 2016, yang dikenal sebagai Amendemen Kigali terhadap Protokol Montreal, mewajibkan penghentian secara bertahap produksi dan konsumsi beberapa hidrofluorokarbon (HFC).
Emisi HFC tidak secara langsung menguras ozon, tetapi merupakan gas perubahan iklim yang kuat. Panel Penilaian Ilmiah mengatakan, amendemen ini diperkirakan menghindari pemanasan 0,3–0,5 derajat celsius pada tahun 2100, ini tidak termasuk kontribusi dari emisi HFC-23.
”Pemulihan ozon jadi preseden untuk aksi iklim. Keberhasilan menghapus secara bertahap bahan kimia pemakan ozon menunjukkan langkah yang dapat dan harus dilakukan, sebagai hal mendesak, untuk beralih dari bahan bakar fosil, mengurangi gas rumah kaca, dan dengan demikian membatasi kenaikan suhu,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas.
Penilaian terbaru ini dibuat berdasarkan studi ekstensif, riset, dan data yang dikumpulkan sekelompok besar ahli internasional, termasuk dari WMO, Program Lingkungan PBB (UNEP), Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) , Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), dan Komisi Eropa.