Praktisi Mengajar yang memberikan kesempatan dosen dan praktisi berkolaborasi dalam perkuliahan disambut antusias. Namun, perbaikan-perbaikan perlu dilakukan untuk memastikan para praktisi mampu berbagi keahlian.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Dosen-dosen Universitas Bangka Belitung (UBB) di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, antusias memanfaatkan program Praktisi Mengajar yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Praktisi dari berbagai keahlian dapat berkolaborasi dengan dosen mengisi mata kuliah yang relevan untuk menyiapkan mahasiswa memahami dinamika dunia kerja.
PANGKAL PINANG, KOMPAS — Praktisi di dunia kerja yang berkolaborasi dengan dosen pengampu mata kuliah di perguruan tinggi lewat program Praktisi Mengajar memberikan tambahan wawasan keilmuan secara praktis dan termutakhir bagi mahasiswa. Kebutuhan untuk berkolaborasi dengan praktisi semakin tinggi dan disambut antusias oleh kalangan perguruan tinggi. Untuk itu, harus dipastikan para praktisi yang digandeng memiliki keahlian dan pengalaman yang relevan serta mampu menyampaikan pembelajaran secara berkualiatas.
Penyelenggaraan program Praktisi Mengajar tahun 2022 yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka menghasilkan lebih kurang 12.000 kolaborasi yang melibatkan ribuan praktisi di lebih dari 800 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Program ini memungkinkan mata kuliah dirancang dan dikelola bersama dosen dan praktisi sehingga mahasiswa dapat memperoleh pembelajaran holistik yang menghubungkan teori dengan praktik lapangan.
Tim Koordinator Praktisi Mengajar Universitas Bangka Belitung (UBB) Aditya Pamungkas di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Rabu (29/3/2023), mengatakan, pada 2022 ada 31 mata kuliah yang berkolaborasi dengan praktisi. Ada 150 praktisi yang terdata di sistem Praktisi Mengajar yang tertarik berkolaborasi dengan UBB. Hal ini menunjukkan minat para praktisi untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi di luar Jawa juga tinggi.
“Kami hanya mengandalkan CV yang ada dalam sistem Praktisi Mengajar untuk memilih praktisi yang sesuai dengan kebutuhan kolaborasi di mata kuliah. Baik mahasiswa maupun dosen mendapat manfaat dari program ini, terutama mendapat pengalaman dari para praktisi, bahkan mendapat hal-hal yang lebih baru. Untuk UBB yang ada di kepulauan, Praktisi Mengajar membuka akses pada beragam praktisi yang berpengalaman dan memiliki kualifikasi yang baik di bidangnya. Bagus untuk pengayaan materi,” ujar Aditya.
Program kolaborasi lewat Praktisi Mengajar dapat berkembang dari sekadar memberikan kuliah yang umumnya secara daring, maupun sesekali offline. Kolaborasi membuka peluang bagi mahasiswa dan dosen untuk melakukan study tour atau belajar secara langsung di dunia kerja. Ada juga kesempatan bagi mahasiswa untuk diundang dalam seminar atau kuliah umum yang melibatkan para praktisi tersebut di luar kegiatan perkuliahan.
Menurut Aditya, meskipun disambut antusias oleh dosen dan mahasiswa, dari evaluasi program Praktisi Mengajar di UBB, ada keluhan tidak semua praktisi mampu menyampaikan perkuliahan secara menarik. “Apalagi yang versi daring, kadang ada yang berjam-jam model ceramah. Ada keluhan membosankan, tidak menantang. Namun, kami menyikapinya dengan memberikan masukan untuk mengembangkan cara-cara mengajar yang lebih interaktif dan menantang mahasiswa,” kata Aditya.
Aditya berhasil berkolaborasi dengan dua praktisi untuk dua mata kuliah berbeda terkait kelautan. Dia memilih peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang sudah berpengalaman mengajar di perguruan tinggi dan praktisi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kepulauan Bangka Belitung. Perkuliahan mengandalkan metode daring. Para praktisi yang mengajar mendapatkan insentif dari pemerintah.
Para praktisi dapat berkolaborasi dengan dosen hingga satu semester. Di tahun 2022, sebagian besar pertemuan diisi oleh praktisi. Namun, dari pengalaman hal ini kurang efektif untuk mendukung pembelajaran mahasiswa. Dari 16 pertemuan misalnya, praktisi mengisi hingga 14 pertemuan. Semisal ada kebutuhan praktikum, dosen memberikan lagi waktu mandiri atau mencari alternatif waktu.
Tidak sulit
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UBB Nanang Wahyudin mengatakan para dosen dan perguruan tinggi kini tidak sulit lagi untuk menghadirkan para praktisi profesional secara gratis karena didukung pemerintah. Meskipun dosen belum pernah kenal dengan praktisi, sistem dapat menghubungkan dosen dengan praktisi yang relevan dengan mata kuliah yang membutuhkan kehadiran praktisi.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim berdialog dengan mahasiswa dan dosen dari sejumlah kampus di Medan, di Universitas Sumatera Utara, Selasa (26/10/2021). Nadiem meminta agar program Merdeka Belajar Kampus Merdeka terus ditingkatkan.
“Meskipun baru kenal, namun dari pengalaman kami bisa berkolaborasi. Saya merasakan tetap ada yang berbeda ketika para praktisi menyampaikan keahliannya. Semisal di bidang digital marketing, para praktisi bisa membawa kasus-kasus yang nyata di lapangan atau yang riil untuk bisa dipelajari mahasiswa,” kata Nanang.
Aditya menambahkan, pembelajaran oleh praktisi dengan sistem daring belum tentu efektif, bergantung kemampuan praktisi untuk mengembangkan model dan strategi pembelajaran. Ada praktisi yang tidak mahir menyampaikan keilmuannya. Sejauh ini, mahasiswa merasa lebih optimal lewat offline.
Menurut Aditya, soal administrasi pelaporan juga perlu diperbaiki. “Memang maksudnya baik untuk menjamin program berjalan dengan baik. Tapi mungkin bisa ditemukan cara yang fleksibel namun tetap dapat dipertanggungjawabkan,” kata Aditya.
Dengan membuka interaksi antara dosen dan praktisi akan memperkaya wawasan serta memperbarui pengetahuan para dosen atas berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan industri terkini.
Ia mengutarakan, tim Praktisi Mengajar di kampus pun harus memastikan bahwa praktisi yang sedang mengajar bisa menyiapkan materi ajar sebagai bukti. Padahal, terkadang para praktisi lebih senang dalam bentuk diskusi. Selain itu, bukti tangkapan layar (screenshoot) kegiatan dinilai terlalu kaku.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) mulai mendapatkan program Praktisi Mengajar kolaborasi UMN dan Bank Indonesia Institute. Peluncuran program Praktisi Mengajar yang menghadirkan praktisi Bank Indonesia untuk mengintegrasikan dan mengajarkan isu-isu kebanksentralan dalam kurikulum bagi mahasiswa Fakultas Bisnis UMN dilaksanakan di kampus UMN di Tangerang, Senin (22/8/2022).
“Para praktisi semangat untuk ikut menjadi pengajar. Namun, untuk urusan pelaporan adminsitrasi dengan model sekarang ini masih belum semuanya bisa tertib. Akibatnya, untuk praktisi jadi tidak bisa dibayar sesuai jam mengajar karena syarat administrasi pelaporan yang tidak sesuai ketentuan, padahal mereka sudah menjalankan tugas. Semisal karena keasyikan mengajar, jadi lupa men-screenshoot jam awal dan akhir atau merekam kuliah daring sebagai bukti,” kata Aditya.
Di berbagai kampus lainnya, Praktisi Mengajar juga dioptimalkan. Para calon guru di program studi Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Yogyakarta, pada akhir tahun lalu, misalnya merespons kebutuhan dan perubahan kurikulum di tingkat sekolah, dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka, mendatangkan kepala sekolah sebagai narasumber untuk menyiapkan mahasiswa menjalankan praktik kependidikan pada semester 7.
Kelas Kuliah Bersama Praktisi menjadi salah satu kelas yang wajib diikuti untuk mahasiswa Pendidikan Sosiologi yang sedang mengambil mata kuliah Microteaching, sebagai persiapan memasuki praktik kependidikan. Namun, kelas praktisi ini juga dibuka secara umum.
Endri Kurniawan, yang merupakan Kepala Sekolah di SMAN 1 Geyer, Jawa Tengah dan guru penggerak angkatan pertama memaparkan tema “Paradigma dan Praktik Kurikulum Merdeka”. Dia menjelaskan secara detail terkait dengan paradigma Kurikulum Merdeka yang telah dilaksanakan oleh berbagai sekolah.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pengunjung bertanya tentang jam dinding buatan siswa yang dijual saat bazar kuliner dan kerajinan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema "Kewiraushaan" di SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (10/12/2022).
Setelah itu memberi gambaran jelas terkait dengan perbedaan jelas antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka ini. Salah satu yang unggulan dari Kurikulum Merdeka ini adalah adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Endri sebagai praktisi berbagi pengalaman dalam mengajarkan Kurikulum Merdeka serta memberi contoh bagaimana proses membagi waktu dalam memberikan materi dan waktu pengerjaan proyek.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Gugup Kismono mengatakan program Praktisi Mengajar tidak hanya penting bagi mahasiswa tetapi juga para dosen. Dengan membuka interaksi antara dosen dan praktisi akan memperkaya wawasan serta memperbarui pengetahuan para dosen atas berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan industri terkini.
“Harapannya, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia industri makin lama makin erat sehingga berbagai capaian positif bisa dirasakan untuk kemajuan Indonesia,” ujar Gugup.
Proses alih pengetahuan dan keahlian dari dunia kerja ke sivitas akademika dapat terus berkesinambungan sehingga perguruan tinggi bisa menghasilkan lulusan yang siap berkarya di dunia kerja.
Kepala Program Praktisi Mengajar dan Wirausaha Merdeka, Gamaliel Waney mengatakan dengan kolaborasi yang baik antara dosen dan praktisi dari perusahaan, kurikulum yang diberikan akan lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Program ini sebagai upaya untuk menutup kesenjangan kompetensi lulusan baru dengan kebutuhan dunia kerja serta mendorong kolaborasi perguruan tinggi dan industri dalam menyelenggarakan pembelajaran praktis dan aplikatif.
Kolaborasi yang dilakukan dalam pengembangan mata kuliah ini akan meningkatkan relevansi mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Ke depannya, melalui program ini, proses alih pengetahuan dan keahlian dari dunia kerja ke sivitas akademika dapat terus berkesinambungan sehingga perguruan tinggi bisa menghasilkan lulusan yang siap berkarya di dunia kerja.